Pecihitam.org<\/a><\/strong> – Salah satu kisah Nabi yang sering dibahas menjelang Hari Raya Idul Adha, yaitu kisah Nabi Ibrahim AS. Kisah Nabi Ibrahim As ini merupakan sejarah awal mula ajaran Islam tentang ibadah haji dan menyembelih hewan qurban di Hari Raya Idul Adha.<\/p>\n\n\n\n Berikut kisah selengkapnya tentang sejarah awal mula ibadah Haji dan Qurban.<\/p>\n\n\n\n Dikisahkan dahlu Nabi Ibrahim menikah dengan seorang wanita bernama Sarah. Namun Nabi Ibrahim di beri cobaan oleh Allah, karena selama bertahun – tahun beliau menikah, tak kunjung dikarniai keturunan. Padahal, Nabi Ibrahim sangat menginginkan keturunan yang bisa meneruskan dakwahnya.<\/p>\n\n\n\n Kemudian Sarah, Istri dari Nabi Ibrahim pun berbaik hati, yang mengizinkan beliau untuk menikah lagi dengan seorang wanita bernama Siti Hajar. Dari pernikahan Nabi Ibrahim dengan Siti Sarah mendapatkan seorang putra yang diberi nama Ishaq. Namun .<\/p>\n\n\n\n Dari pernikahannya dengan Siti Hajar, beliau kemudian dikarunia anak, yaitu Nabi Ismail As. Nabi Ibrahim baru dikaruniai anak dari Siti Sarah setelah beberapa tahun setelah anak dari istri kedua dilahirkan.<\/p>\n\n\n\n Kelahiran Nabi Ismail sangat membuat hati Nabi Ibrahim bahagia. Karena, beliau sudah mendambakan keturunan sudah sejak lama. Kebahagiaan Nabi Ibrahim ternyata membuat hati Sarah bersedih karena belum bisa memberikan keturunan pada suaminya. Sarah merasa pilu saat melihat Hajar dan Ismail.<\/p>\n\n\n\n Nabi Ibrahim kemudian mengadukan permasalahan ini kepada Allah SWT. Lalu turunlah perintah agar Nabi Ibrahim membawa Siti Hajar dan Ismail pergi jauh dari Palestina.<\/p>\n\n\n\n Kemudian, Malaikat Jibril turun ke bumi untuk mengantar kepergian Nabi Ibrahim, Siti Hajar dan Nabi Ismail. Sampailah mereka di sebuah padang pasir gersang, sepi tak berpenghuni. Daerah inilah yang di kemudian hari menjadi kota Mekkah.<\/p>\n\n\n\n Nabi Ibrahim kemudian mendirikan sebuah tenda untuk berlindung anak dan istrinya. Tak lama kemudian, Nabi Ibrahim diperintahkan untuk meninggalkan keduanya dan kembali ke Palestina.<\/p>\n\n\n\n Siti Hajar pun begitu cemas dan sedih ketika Nabi Ibrahim akan meninggalkannya seorang diri bersama anaknya yang masih kecil di tempat sunyi, tidak ada orang sama sekali, kecuali hanya pasir dan batu. Namun, Nabi Ibrahim AS tidak bisa berbuat apa-apa dan tetap meninggalkan Hajar beserta Ismail dipadang pasir tersebut. Karena itu adalah perintah Allah SWT.<\/p>\n\n\n\n Nabi Ibrahim kemudian melanjutkan perjalanannya dan sampai pada sebuah bukit. Saat Nabi Ibrahim tidak dapat melihat Siti Hajar dan anaknya lagi, beliau kemudian berdoa untuk keselamatan istri dan putranya dengan mengangkat kedua belah tangannya.<\/p>\n\n\n\n Hingga suatu ketika Siti Hajar kehabisan persediaan air yang dibawanya, beliau sangat kehausan sehingga air susunya pun kering dan tak bisa menyusui Ismail.<\/p>\n\n\n\n Ia memandang kepada Ismail, bayinya yang sedang meronta-ronta kehausan. Hajar pun kemudian berusaha mencari sumber air. Dalam usahanya mencari air, Hajar berlari kesana kemari dari bukit Shafa dan Marwah selama tujuh kali.<\/p>\n\n\n\n Hajar sangat berharap bisa mendapatkan sesuatu yang bisa menolongnya, tetapi hanya batu dan pasir yang ia temui di sana. Lalu dari bukit Shafa, Hajar melihat bayangan air yang mengalir di atas Bukit Marwah.<\/p>\n\n\n\n Kemudian berlarilah ia ke bukit Marwah, tetapi setelah sampai di sana yang dikiranya air ternyata hanya bayangan.<\/p>\n\n\n\n Siti Hajar pun mendengar ada suara yang memanggilnya dari Bukit Shafa, pergilah ia ke ke tempat itu. Namun, setelah sampai di Bukit Shafa ia tidak menjupai siapa-siapa. Peristiwa inilah yang kemudian dikenal dengan ritual Sa’i dalam ibadah haji.<\/p>\n\n\n\n Dari usaha pencariannya, Siti Hajar terus mendengar suara yang mengarah pada tempat di mana bayinya Ismail di baringkan dalam keadaan menangis sambil meronta-ronta dan menghentak-hentakan kakinya.<\/p>\n\n\n\n Tiba-tiba, di dekat Ismail berbaring, memancarlah mata air. Air itu terus keluar dengan melimpah.<\/p>\n\n\n\n Melihat mata air tersebut, Siti Hajar pun langsung gembira dan berlari tergesa-gesa untuk menampung air tersebut. Disebutlah air yang berlimpah itu dengan nama “Zam-Zam” yang artinya “berkumpul”.<\/p>\n\n\n\n Beliau langsung membasahi bibir putranya dengan air tersebut. Seketika wajah Ismail terlihat sangat segar. Begitu pula dengan Siti Hajar. Wajahnya terlihat kembali bersinar, ia merasa senang karena Allah telah memberikan pertolongan dengan memberikan kehidupan setelah dibayang-bayangi oleh kematian.<\/p>\n\n\n\n Setelah sekian lama ditinggalkan, Nabi Ibrahim pun kembali menemui Siti Hajar dan Ismail. Saat itu Nabi Ismail sudah beranjak remaja, dan Ibrahim pun sangat senang dapat bertemu mereka kembali.<\/p>\n\n\n\n Allah kemudian memerintahkan Nabi Ibrahim dan Ismail untuk membangun Ka\u2019bah. Ka\u2019bah dibangun hingga ketinggian 7 hasta. Malaikat Jibril pun turut andil dengan menunjukkan posisi peletakan batu Hajar Aswad<\/strong><\/a>.<\/p>\n\n\n\n1. Nabi Ibrahim Memiliki Pertama Bernama Ismail<\/strong><\/h2>\n\n\n\n
2. Siti Hajar dan Ismail Ditinggal di Padang Pasir<\/strong><\/h2>\n\n\n\n
Di sana tidak ada binatang, tidak ada pohon, bahkan air mengalir pun juga tidak terlihat di tempat itu.<\/p>\n\n\n\n3. Siti Hajar Kehabisan Air<\/strong><\/h2>\n\n\n\n
5. Allah Menciptakan Mata Air Zam-zam<\/strong><\/h2>\n\n\n\n
6. Nabi Ibarahim Membangun Ka’bah Bersama Ismail<\/strong><\/h2>\n\n\n\n