Pecihitam.org<\/a><\/strong> – Dalam sejarah Islam, setelah wafatnya Khalifah Usman bin Affan dan tampilnya Ali bin Abu Thalib sebagai khalifah keempat, umat Islam mendapat ujian berbagai fitnah hingga umat terpecah. Ada yang meminta supaya diusut dulu penyebab wafatnya Usman dan siapa dalang di baliknya, sedangkan yang lain meminta ditegakkan dulu posisi khalifah untuk meredakan situasi yang genting.<\/p>\n\n\n\n Akibatnya, bermunculan tuduhan saling menyesatkan di antara umat Islam. Bahkan, sampai ada kelompok yang mengafirkan kelompok lain. Puncaknya adalah terjadinya perang shifin yaitu pertempuran sesama kaum muslimin.<\/p>\n\n\n\n Inilah salah satu faktor yang menyebabkan munculnya berbagai paham atau aliran teologi (akidah) dalam Islam. Di antara aliran teologi itu, salah satunya adalah aliran Maturidiyah.<\/p>\n\n\n\n Aliran Maturidiyah merupakan aliran teologi yang bercorak rasional-tradisional. Aliran ini kali pertama muncul di daerah Samarkand, pada pertengahan kedua abad ke-9 Masehi. Nama aliran itu dinisbahkan dari nama pendirinya, yaitu Abu Manshur Muhammad bin Muhammad bin Mahmud al-Maturidi<\/a>. Ia lahir di Samarkand dan wafat pada tahun 944 M.<\/p>\n\n\n\n Saat itu Abu Manshur Al-Maturidi lahir dan hidup di tengah-tengah iklim keagamaan yang penuh dengan pertentangan pendapat antara Muktazilah<\/strong><\/a> dan Asy\u2019ariyah mengenai kemampuan akal manusia.<\/p>\n\n\n\n Beliau adalah orang yang banyak merujuk pada rasio (akal) dan dari pendapat-pendapat mereka sendiri. Mereka memberikan kepadanya titel yang menyeluruh\/sempurna, sepanjang persoalan itu bisa dibuktikan, dia tidak akan mengambil pendapat ulama.<\/p>\n\n\n\n Mereka mengatakan, \u201cIa berdiri keras melawan golongan Mu\u2019tazillah\u201d. Ia begitu luar biasa dalam menyerang teks (Al Quran dan As Sunnah) dengan menggunakan rasio. Ia seorang rasionalis yang mencoba membuktikan eksistensi Allah dengan hujjahnya sendiri, akan tetapi jika dia tidak mengetahui bagaimana eksistensi Allah berdasarkan Al Qur\u2019an maka dia akan dihukum oleh Allah SWT.<\/p>\n\n\n\n Aliran ini disebut-sebut memiliki kemiripan dengan Asy\u2019ariyah. Mafhum, karena Al-Maturidiyah<\/mark> sendiri dikenal dengan salah satu aliran<\/mark> dalam Ahlus Sunnah wal Jamaah. Dan sebelum mendirikan aliran Maturidiyah ini, Abu Mansur al-Maturidi juga merupakan murid dari pendiri Asy\u2019ariyah, yakni Abu Hasan al-Asy\u2019ari<\/strong><\/a>.<\/p>\n\n\n\n Meski demikian ada pendapat bahwa mereka berdua tidak pernah saling bertemu. Namun dilaporkan bahwa mereka berdebat dan berkomunikasi melalui surat dan melalui murid-murid mereka (meskipun tidak ada bukti nyata bahwa mereka secara nyata berkomunikasi lewat surat).<\/p>\n\n\n\n Beberapa literatur menjelaskan mazhab teologis Maturidiyah ini memang tidak sebanyak dengan aliran al-Asyariyah. Di antara literatur yang memaparkan aliran ini di antaranya al-Syahrastani dalam al-Milal wa al-Nihal, Ibnu Hazm, dan Abdul Qahir al-Baghdadi.<\/p>\n\n\n\n Mengutip Ensiklopedia Islam terbitan Ichtiar Baru Van Hoeve, disebutkan bahwa pada pertengahan abad ke-3 H terjadi pertentangan yang hebat antara golongan Muktazilah dan para ulama. Sebab, pendapat Muktazilah dianggap menyesatkan umat Islam.<\/p>\n\n\n\n Abu Hasan Al-Maturidi yang hidup pada masa itu akhirnya melibatkan diri dalam pertentangan tersebut dengan mengajukan pemikirannya. Pemikiran-pemikiran al-Maturidi ini dinilai bertujuan untuk membendung tidak hanya paham Muktazilah, namun juga aliran Asy\u2019ariyah.<\/p>\n\n\n\n Banyak kalangan yang menilai, pemikiran al Maturidi itu merupakan jalan tengah antara aliran Muktazilah dan Asy\u2019ariyah. Oleh karenanya, aliran ini sering disebut \u201cberada antara teologi Muktazilah dan Asy\u2019ariyah\u201d. Namun yang pasti, keduanya (Maturidi dan Asy\u2019ari) secara tegas sama-sama menentang aliran Muktazilah.<\/p>\n\n\n\n Kaum Asy\u2019ariyah berhadapan dengan Muktazilah di pusatnya, yakni Basrah, sedangkan Maturidi berhadapan di Uzbekistan, di daerah Maturid. Karena itulah, Maturidiyah dan Asy\u2019ariyah dianggap memiliki haluan yang sama meskipun berbeda aliran.<\/p>\n\n\n\nMengenal Aliran al Maturidiyah<\/strong><\/h2>\n\n\n\n