PeciHitam.org<\/a> –\u00a0<\/strong>Sistem pemilihan dalam sejarah Islam mengenal adanya Istilah ahlul halli wal aqdi. <\/em>Yang mana istilah ini merujuk kepada sebuah lembaga yang merepresentasikan atau mewakili golongan-golongan yang bersepakat untuk mengangkat pemimpin.<\/p>\n Lembaga ini mempunyai wewenang untuk menentukan sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan duniawi atas nama umat atau golongan tertentu. Sederhananya, ahlul halli wal aqdi adalah wakil golongan yang bertugas pembutan kebijakan dipemerintahan.<\/p>\n Istilah ini banyak mempunyai istilah, dan landasannya bisa dirunut sejak era Khalifah kedua khulafaur rasyidun, <\/em>Umar bin Khattab Al-Faruq. Berikut penjelasannya!<\/p>\n Kaidah fikih menjelaskan Istilah ahlul halli wal aqdi <\/em>sebagai representasi aspirasi rakyat yang terwakilkan. Ia diberi tanggung jawab untuk menentukan sesuatu atas nama golongan atau umat yang diwakili.<\/p>\n Aspirasi rakyat atau umat yang diwakili akan disalurkan kedalam sebuah lembaga tinggi guna dicarikan kebijakannya.<\/p>\n Imam Al-Mawardi menyebutkan bahwa hal ini bisa disebut juga disebut ahlul Ikhtiyar, <\/em>sedangkan Syaikhul Islam <\/em>menyebut dengan Ahlul Syaukah. <\/em>Pendapat lain juga menyebutkan dengan ahlul syura <\/em>atau dewan syura.<\/p>\n Organisasi modern saat ini seperti Nahdlatul Ulama juga memiliki dewan Syura yang mana mempunyai kedudukan tertinggi dalam sebuah organisasi.<\/p>\n Contoh pada era masa Umar bin Khattab, yang mana beliau menunjuk Sahabat Senior yang bertugas untuk mengangkat Khalifah sepeninggal beliau.<\/p>\n Sahabat-sahabat yang ditunjuk oleh Umar bin Khattab bertugas untuk mengadakan musyawarah guna menentukan tokoh yang akan melanjutkan jabatan amirul mukminin. <\/em><\/p>\n Sebelum kemangkatan beliau, Umar menunjuk 6 sahabar senior yakni Ali bin Abi Thalib, Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Talhah bin Ubaidillah, Abdurrahman bin Auf, dan Saad bin Abi Waqash.<\/p>\n Ijtihad yang dilakukan oleh Umar diamini, dan dijalankan oleh para Sahabat oleh karenanya bisa dijadikan landasan hukum yang tepat. Ijma <\/em>sahabat membolehkan adanya perwakilan untuk menentukan siapa yang akan menjadi pemimpin. Umar bin Khattab berpesan untuk jangan sampai memilih Abdullah bin Umar karena ia adalah anak Umar bin Khattab.<\/p>\n Dewan atau perwakilan Sahabat Senior yang dipilih oleh Umar bin Khattab, bukan berdasarkan atas nafsu Umar semata. Ia berdalil bahwa sahabat senior tersebut\u00a0 adalah sahabat Al-Mubasyarin fil Jannah, <\/em>sahabat Jaminan Surga. Tentunya jaminan dari Rasulullah SAW tersebut menjadi dalih kuat bagi mereka menggantikan Umar bin Khattab.<\/p>\n Perwakilan sahabat ini kemudian dikenal dengan Istilah ahlul Halli wal Aqdi <\/em>atau Ahlus Syura <\/em>(Dewan Syura). Sepeninggal Umar bin Khattab dewan yang dibentuk tersebut kemudian melakukan Musyawarah dan memilih Usman bin Affan sebagai pengganti Umar. Keabsahan sebuah rapat untuk mengangkat pemimpin tertuang dalam keterangan Al-Quran;<\/p>\n \u0641\u064e\u0628\u0650\u0645\u064e\u0627 \u0631\u064e\u062d\u0652\u0645\u064e\u0629\u064d \u0645\u0650\u0646\u064e \u0627\u0644\u0644\u0651\u064e\u0647\u0650 \u0644\u0650\u0646\u0652\u062a\u064e \u0644\u064e\u0647\u064f\u0645\u0652 \u0648\u064e\u0644\u064e\u0648\u0652 \u0643\u064f\u0646\u0652\u062a\u064e \u0641\u064e\u0638\u0651\u064b\u0627 \u063a\u064e\u0644\u0650\u064a\u0638\u064e \u0627\u0644\u0652\u0642\u064e\u0644\u0652\u0628\u0650 \u0644\u0627\u0646\u0652\u0641\u064e\u0636\u0651\u064f\u0648\u0627 \u0645\u0650\u0646\u0652 \u062d\u064e\u0648\u0652\u0644\u0650\u0643\u064e \u0641\u064e\u0627\u0639\u0652\u0641\u064f \u0639\u064e\u0646\u0652\u0647\u064f\u0645\u0652 \u0648\u064e\u0627\u0633\u0652\u062a\u064e\u063a\u0652\u0641\u0650\u0631\u0652 \u0644\u064e\u0647\u064f\u0645\u0652 \u0648\u064e\u0634\u064e\u0627\u0648\u0650\u0631\u0652\u0647\u064f\u0645\u0652 \u0641\u0650\u064a \u0627\u0644\u0623\u0645\u0652\u0631\u0650 \u0641\u064e\u0625\u0650\u0630\u064e\u0627 \u0639\u064e\u0632\u064e\u0645\u0652\u062a\u064e \u0641\u064e\u062a\u064e\u0648\u064e\u0643\u0651\u064e\u0644\u0652 \u0639\u064e\u0644\u064e\u0649 \u0627\u0644\u0644\u0651\u064e\u0647\u0650 \u0625\u0650\u0646\u0651\u064e \u0627\u0644\u0644\u0651\u064e\u0647\u064e \u064a\u064f\u062d\u0650\u0628\u0651\u064f \u0627\u0644\u0652\u0645\u064f\u062a\u064e\u0648\u064e\u0643\u0650\u0651\u0644\u0650\u064a\u0646\u064e<\/strong><\/p>\n Artinya; \u201cMaka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya\u201d (Qs. Ali Imran: 159)<\/em><\/p>\n Cuplikan ayat \u0648\u064e\u0634\u064e\u0627\u0648\u0650\u0631\u0652\u0647\u064f\u0645\u0652 \u0641\u0650\u064a \u0627\u0644\u0623\u0645\u0652\u0631\u0650 bermaksud diperbolehkan untuk berunding, bermusyawarah, tarik uruk, atau berdebat selama dalam konteks maslahah.<\/em><\/p>\n Diperbolehkan untuk melakukan musyawarah menentukan keputusan politik, arah ekonomi dan peraturan sosio masyarakat karena kerangka tersebut adalah urusan duniawi.<\/p>\n Sikap permisif dalam al-Quran<\/a> tersebut dalam menentukan urusan duniawi dengan musyawarah antar manusia menunjukan flesibilitas Islam dalam urusan Duniawi.<\/p>\nAhlul Halli Wal Aqdi dalam Fikih<\/strong><\/h2>\n