Pecihitam.org<\/a><\/strong> – Meskipun saat ini banyak sekali teknologi informasi yang semakin memudahkan seseorang untuk belajar agama, namun hendaknya tetap memiliki guru untuk mendapatkan pengajaran agama yang tepat. Lantas bagaimana hukum belajar agama tanpa guru, atau cukup membaca buku bolehkah?<\/p>\n\n\n\n Seringkali kita mendengar sebuah adagium yang sudah masyhur bahwasanya jika:<\/p>\n\n\n\n \u0645\u0646 \u0644\u0627 \u0634\u064a\u062e \u0641\u0627\u0644\u0634\u064a\u0637\u0627\u0646 \u0634\u064a\u062e\u0647<\/strong><\/p>\n\n\n\n \u201cSiapa saja yang tidak memiliki guru, maka Setanlah yang menjadi gurunya\u201d<\/em><\/p>\n\n\n\n Dalam kesempatan lain, kita juga mendengar sebuah ungkapan hampir senada yang berbunyi:<\/p>\n\n\n\n \u0645\u0646 \u0643\u0627\u0646 \u0634\u064a\u062e\u0647 \u0643\u062a\u0627\u0628\u0647 \u0643\u0627\u0646 \u062e\u0637\u0623\u0647 \u0623\u0643\u062b\u0631 \u0645\u0646 \u0635\u0648\u0627\u0628\u0647<\/strong><\/p>\n\n\n\n \u201cSiapa saja yang menjadikan kitab (buku) sebagai gurunya, maka dia akan lebih banyak salah dari pada benarnya\u201d<\/em><\/p>\n\n\n\n Dari sini sudah jelas bahwa guru dalam mempelajari ilmu agama itu sangat penting. Hal ini juga untuk menjaga sanad agarr tetap bersambung hingga sampai Rasulullah Saw.<\/p>\n\n\n\n