Pecihitam.org<\/a><\/strong> – Sejak gerakan Wahabi muncul abad ke-18 di Arab Saudi, paham yang didirikan oleh Muhammad bin Abdul Wahab ini menggeliat dan meresahkan, bahkan hingga ke tanah air. Hal ini terlihat dari banyaknya kajian yang diisi oleh para dai-dai Wahabi di berrbagai tempat.<\/p>\n\n\n\n Selain itu, tampak pula dengan banyaknya media dan portal berita yang bertebaran di dunia maya yang berafiliasi dengan paham tersebut. Begitu masifnya dai-dai mereka menyebarkan paham dan ajarannya baik dengan menulis artikel hingga melayani konsultasi keagamaan. Benar-benar sebuah skema yang jitu dalam berdakwah di dunia modern seperti saat ini.<\/p>\n\n\n\n Karena paham wahabi yang bersifat takfiri dan cukup keras, tak jarang di lapangan menimbulkan friksi yang hebat dengan kelompok lain. Repotnya mereka pintar bermain play victim<\/a><\/strong>. Upaya menolak ajaran Wahabi mereka tuduh sebagai sebuah penolakan terhadap pemurnian Islam.<\/p>\n\n\n\n Biar nggak kagetan, berikut adalah cara-cara yang ditempuh oleh Wahabi dan media-medianya dalam dialektikanya dengan umat Islam di luar mereka.<\/p>\n\n\n\n 1. Menolak Sebutan Mereka Sendiri<\/strong><\/p>\n\n\n\n Memang agak aneh kelompok yang satu ini. Karena meski mereka Wahabi namun tak mau disebut Wahabi<\/a><\/strong> dan tidak mau mengakui bahwa mereka adalah Wahabi. Mereka lebih suka disebut sebagai Salafi.<\/p>\n\n\n\n Mungkin, istilah \u2018Wahabi\u2019 sudah terlanjur identik dengen cara dakwah yang kaku, yang gemar memberi stempel sesat kepada pihak lain yang berbeda pendapat dengan mereka. Selain itu nama Wahabi juga sudah dipandang sebagai sesuatu yang ekstrim oleh masyarakat sehingga mereka bermaksud untuk berlepas diri darinya.<\/p>\n\n\n\n Alasan lain mereka menolak disebut \u2018Wahabi\u2019 karena sebutan itu mengandung kesalahan nisbah. Jika yang dimaksudkan adalah pengikut Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab harusnya disebut Muhammadi.<\/p>\n\n\n\n Mereka kemudian mengatakan sebutan itu kepada pihak lain yakni kaum yang dinyatakan sebagai khawarij<\/a><\/strong> yang muncul pada abad ke-3 Hijriyah yakni Wahbiyyah, pengikut Abdul Wahhab bin Rustum.<\/p>\n\n\n\n Lantas, mengapa para pendahulu mereka nyaman-nyaman saja dengan sebutan itu hingga bertahan selama berpuluh-puluh tahun?<\/p>\n\n\n\n 2. Meminjam Pendapat Ulama Golongan Lain<\/strong><\/p>\n\n\n\n Seperti yang kita tahu, Wahabi akam memusuhi siapa saja yang tidak sepaham dengan mereka. Namun kelompok Syiah adalah disebut-sebut sebagai musuh nomor wahid. Banyak dalil yang mereka sajikan untuk meng-counter musuh bebuyutannya itu.<\/p>\n\n\n\n Bahkan pernah salah satu dalil yang mereka jadikan sandaran adalah fatwa Hadratussyekh KH Hasyim Asy\u2019ari<\/strong><\/a>, pendiri Nahdlatul Ulama. Padahal selama ini mereka selalu memberi stempel bid\u2019ah pada NU. Tapi demi memuluskan tujuannya dengan tak tahu malu mereka pun dengan seenaknya mengutip dalil.<\/p>\n\n\n\n Dalam kitab Risalah Ahlussunah wal Jama\u2019ah, KH Hasyim Asy\u2019ari menyebut Syiah Rafidhah sebagai salah 1 dari 6 golongan sesat di samping Haruriyah, Qadariyah, Jahmiyah, Murji\u2019ah, dan Jabariyah<\/a><\/strong>. Potongan kalam KH Hasyim Asy\u2019ari ini ternyata banyak dijumpai di situs-situs Wahabi dalam tema \u2018Syiah Bukan Islam\u2019.<\/p>\n\n\n\n