Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
{"id":61290,"date":"2020-07-16T08:07:06","date_gmt":"2020-07-16T01:07:06","guid":{"rendered":"https:\/\/pecihitam.org\/?p=61290"},"modified":"2020-07-16T08:07:07","modified_gmt":"2020-07-16T01:07:07","slug":"menilik-kesadaran-manusia-dari-sudut-pandang-tasawuf","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/www.pecihitam.org\/menilik-kesadaran-manusia-dari-sudut-pandang-tasawuf\/","title":{"rendered":"Menilik Kesadaran Manusia dari Sudut Pandang Tasawuf"},"content":{"rendered":"\n

Pecihitam.org<\/a><\/strong> – Seberapa pentingnya kesadaran bagi kelangsungan hidup manusia? Mengapa manusia mengalami berbagai proses untuk sampai pada tahap benar-benar sadar? Kesadaran adalah kunci utama seorang manusia tetap menjadi manusia, supaya bisa tetap memanusiakan dirinya dan orang lain.<\/p>\n\n\n\n

Jika manusia tidak mampu memahami siapa dirinya maka sulit baginya untuk menunjukkan pada orang lain tentang jati dirinya. Sebab adanya kesadaran itu karena adanya suatu problem dalam hidupnya tidak mungkin semua orang memiliki kehidupan yang tidak memiliki masalah sama sekali. <\/p>\n\n\n\n

Setiap orang membutuhkan kesadaran untuk tetap melanjutkan hidupnya meskipun dipenuhi dengan lika-liku dan problema hidup. Namun sadarkah manusia bahwasannya Tuhan memberikan ujian tidak akan pernah melebihi batas kemampuan hamba-Nya.<\/p>\n\n\n\n

Kesadaran sering kali disalah artikan karena setiap manusia memiliki penilaian dan persepsi berbeda-beda mengenai kesadaran. Kesadaran bisa diartikan sebagai proses mengingat akan dirinya sehingga tidak lupa siapa dirinya dan dari mana asalnya. <\/p>\n\n\n\n

Jika seseorang sering memandang sebelah mata orang-orang di sekitarnya, hal itu disebabkan karena kurangnya kontemplasi diri atau introspeksi sehingga kesadarannya hilang.<\/p>\n\n\n\n

Manusia telah melalui berbagai tahapan dan cara untuk sampai pada tahap benar-benar sadar, bahkan ada saja orang yang merasa dirinya telah mencapai tahap kesadaran. Padahal sebenarnya tidak menyadari untuk apa hidupnya dan bagaimanan caranya supaya tetap dikatakan sadar.<\/p>\n\n\n\n

Setiap orang memiliki kesadaran metafisik dan fisik, yang dimaksud dengan kesadaran metafisik adalah kesadaran secara batiniah dan itu hanya dimiliki oleh orang yang telah melampaui kesadaran fisik. Kesadaran fisik maksudnya adalah kesadaran lahiriah yang terjadi secara natural.<\/p>\n\n\n\n

Kesadaran lahiriah dimulai dari menyelami diri sendiri dan melihat sekitar lingkungannya untuk mengambil sampel atau problem kehidupan yang bisa dia telaah untuk dijadikan bahan atau sumber supaya hidupnya lebih baik. <\/p>\n\n\n\n

Kesadaran metafisik ini akan muncul dengan sendirinya jika kesadaran fisik telah terlampaui karena kesadaran metafisik hanya akan dimiliki oleh orang-orang tertentu yang mampu menyelami dirinya melebihi dari orang lain. <\/p>\n\n\n\n

Jika seseorang hanya mampu untuk menyelami kesadaran fisik maka segala upaya daya yang dilakukan untuk tetap berada pada titik kesadarannya seperti halnya olahraga ataupun ibadah sekalipun itu hanya dilakukan secara fisik tanpa diselami oleh dirinya. <\/p>\n\n\n\n

Hal itulah yang membuat seseorang berada pada titik yang sama dan dia harus tetap melampaui kesadaran fisik supaya mencapai pada kesadaran metafisiknya. Kesadaran fisik menjadi dasar bagi kehidupan didunia, sedangkan kesadaran metafisik bekal menjalani hidup setelah kematian di dunia.<\/p>\n\n\n\n

Salah satu contohnya adalah kesadaran metafisik yang dimiliki oleh seorang sufi yang telah melampaui kesadaran fisik dimana dia merelakan kehidupan duniawinya hanya untuk seluruhnya memberikan cintanya pada Allah. <\/p>\n\n\n\n

Salah satu sufi<\/a><\/strong> yang memilih untuk memberikan seutuhnya ruang di hatinya hanya untuk cintanya pada Allah yakni Rabi’ah Al-Adawiyah<\/strong><\/a>, disebabkan karena manusia selalu dipenuhi hawa nafsu dan keangkuhan. Memilih jalan hidup yang berbeda dari manusia lainnya dengan mengabdikan diri pada Allah tanpa sedikitpun meragukan cintanya pada-Nya.<\/p>\n\n\n\n

Bagaimana bisa banyak manusia lupa akan siapa dirinya dan dari mana asalnya? Ya, manusia memang diberi kesempurnaan untuk berpikir secara nalar sehingga bisa memilah mana yang baik dan mana yang tidak baik. <\/p>\n\n\n\n

Jika manusia mampu menyadari dari mana asalnya maka tidak akan ada manusia yang bercerai-berai dalam menghadapi segala problema kehidupan. Sebab Selama kita hidup tidak akan pernah kita terlepas dari problema kehidupan baik sosial, budaya, politik, agama maupun ekonomi.<\/p>\n\n\n\n

Banyak orang melupakan jati dirinya sebagai manusia hanya karena problem kehidupan seperti ekonomi, sosial dan sebagainya. Faktor di luar diri manusia menjadi tidak menentu bahkan mengendalikannya sehingga membuatnya bergantung pada hal di luar dirinya.<\/p>\n\n\n\n

Semisal saat seseorang merasa telah memiliki materi yang cukup sehingga meniadakan jati dirinya sebagai manusia yang baik budi pekertinya sehingga membiarkan dirinya bergelimang harta sedangkan sanak saudaranya dibiarkan hidup terlantar.<\/p>\n\n\n\n

Kesadaran sangat diperlukan untuk keseimbangan diri dan harmonisasi hidup, dengan begitu manusia di muka bumi akan memiliki peluang yang sama untuk saling menjaga dan melindungi satu sama lain baik dalam kehidupan sosial seperti keluarga, bahkan lingkup berbangsa dan bernegara. <\/p>\n\n\n\n

Indonesia yang dipenuhi dengan keanekaragaman baik suku, budaya, maupun agama akan lebih memusatkan perhatian pad persatuan karena kesadaran seharusnya telah melekat dalam pribadi masyarakatnya. Bukan dengan adanya perbedaan justru memecah belah rakyat Indonesia, sebab kesadaran fisik seringnya berbalik menjadi keegoisan sehingga memunculkan banyak penderitaan.<\/p>\n\n\n\n

Apakah setiap manusia bisa mencapai tahap melampaui kesadaran fisik dan mencapai kesadaran metafisiknya? Setiap manusia memiliki kesadaran yang tidak bisa sembarang diakui keberadaannya, bahkan kesadaran tentang keimanannya terhadap Tuhannya. <\/p>\n\n\n\n

Keberadaan hak dan kewajiban yang dimiliki setiap manusia seharusnya mampu dijadikan sebagai tolok ukur di masyarakat mengenai kesadaran fisik. Kesadaran fisik masyarakat Indonesia yang berkaitan dengan bidang sosial, budaya, politik dan agama diikat oleh pedoman atau dasar negara yakni Pancasila.<\/p>\n\n\n\n

Setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan ruang untuk bisa menyelami kesadaran pribadinya, sebab itu akan menjadi pondasinya untuk tetap melanjutkan hidup yang lebih baik dan layak. <\/p>\n\n\n\n

Jika seseorang hanya menyibukkan dirinya untuk sesuatu kesenangan maka dia tidak akan pernah mencapai puncak kesadaran pribadinya. Sebab kesadaran pribadi hanya akan muncul jika kita mampu mengalahkan ego untuk sampai pada hakikat kebahagiaan sebagai manusia.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Pecihitam.org – Seberapa pentingnya kesadaran bagi kelangsungan hidup manusia? Mengapa manusia mengalami berbagai proses untuk sampai pada tahap benar-benar sadar? Kesadaran adalah kunci utama seorang manusia tetap menjadi manusia, supaya bisa tetap memanusiakan dirinya dan orang lain. Jika manusia tidak mampu memahami siapa dirinya maka sulit baginya untuk menunjukkan pada orang lain tentang jati dirinya. […]<\/p>\n","protected":false},"author":39,"featured_media":61342,"comment_status":"closed","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[17],"tags":[12334],"yoast_head":"\nMenilik Kesadaran Manusia dari Sudut Pandang Tasawuf - Pecihitam.org<\/title>\n<meta name=\"description\" content=\"Pecihitam.org - Seberapa pentingnya kesadaran bagi kelangsungan hidup manusia? Mengapa manusia mengalami berbagai proses untuk sampai pada tahap\" \/>\n<meta name=\"robots\" content=\"index, follow, max-snippet:-1, max-image-preview:large, max-video-preview:-1\" \/>\n<link rel=\"canonical\" href=\"https:\/\/pecihitam.org\/menilik-kesadaran-manusia-dari-sudut-pandang-tasawuf\/\" \/>\n<meta property=\"og:locale\" content=\"en_US\" \/>\n<meta property=\"og:type\" content=\"article\" \/>\n<meta property=\"og:title\" content=\"Menilik Kesadaran Manusia dari Sudut Pandang Tasawuf - Pecihitam.org\" \/>\n<meta property=\"og:description\" content=\"Pecihitam.org - Seberapa pentingnya kesadaran bagi kelangsungan hidup manusia? Mengapa manusia mengalami berbagai proses untuk sampai pada tahap\" \/>\n<meta property=\"og:url\" content=\"https:\/\/pecihitam.org\/menilik-kesadaran-manusia-dari-sudut-pandang-tasawuf\/\" \/>\n<meta property=\"og:site_name\" content=\"Pecihitam.org\" \/>\n<meta property=\"article:publisher\" content=\"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/\" \/>\n<meta property=\"article:published_time\" content=\"2020-07-16T01:07:06+00:00\" \/>\n<meta property=\"article:modified_time\" content=\"2020-07-16T01:07:07+00:00\" \/>\n<meta property=\"og:image\" content=\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/kesadaran-manusia.jpg\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:width\" content=\"1283\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:height\" content=\"720\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:type\" content=\"image\/jpeg\" \/>\n<meta name=\"author\" content=\"Indriani Pratami\" \/>\n<meta name=\"twitter:card\" content=\"summary_large_image\" \/>\n<meta name=\"twitter:label1\" content=\"Written by\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:data1\" content=\"Indriani Pratami\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:label2\" content=\"Est. reading time\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:data2\" content=\"4 minutes\" \/>\n<script type=\"application\/ld+json\" class=\"yoast-schema-graph\">{\"@context\":\"https:\/\/schema.org\",\"@graph\":[{\"@type\":\"Article\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/menilik-kesadaran-manusia-dari-sudut-pandang-tasawuf\/#article\",\"isPartOf\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/menilik-kesadaran-manusia-dari-sudut-pandang-tasawuf\/\"},\"author\":{\"name\":\"Indriani Pratami\",\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/#\/schema\/person\/a4aaf4a024f2af0b1de8cae8d76ba6fd\"},\"headline\":\"Menilik Kesadaran Manusia dari Sudut Pandang Tasawuf\",\"datePublished\":\"2020-07-16T01:07:06+00:00\",\"dateModified\":\"2020-07-16T01:07:07+00:00\",\"mainEntityOfPage\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/menilik-kesadaran-manusia-dari-sudut-pandang-tasawuf\/\"},\"wordCount\":796,\"publisher\":{\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/#organization\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/menilik-kesadaran-manusia-dari-sudut-pandang-tasawuf\/#primaryimage\"},\"thumbnailUrl\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/kesadaran-manusia.jpg\",\"keywords\":[\"kesadaran manusia\"],\"articleSection\":[\"Tasawuf\"],\"inLanguage\":\"en-US\"},{\"@type\":\"WebPage\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/menilik-kesadaran-manusia-dari-sudut-pandang-tasawuf\/\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/menilik-kesadaran-manusia-dari-sudut-pandang-tasawuf\/\",\"name\":\"Menilik Kesadaran Manusia dari Sudut Pandang Tasawuf - Pecihitam.org\",\"isPartOf\":{\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/#website\"},\"primaryImageOfPage\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/menilik-kesadaran-manusia-dari-sudut-pandang-tasawuf\/#primaryimage\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/menilik-kesadaran-manusia-dari-sudut-pandang-tasawuf\/#primaryimage\"},\"thumbnailUrl\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/kesadaran-manusia.jpg\",\"datePublished\":\"2020-07-16T01:07:06+00:00\",\"dateModified\":\"2020-07-16T01:07:07+00:00\",\"description\":\"Pecihitam.org - Seberapa pentingnya kesadaran bagi kelangsungan hidup manusia? Mengapa manusia mengalami berbagai proses untuk sampai pada tahap\",\"breadcrumb\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/menilik-kesadaran-manusia-dari-sudut-pandang-tasawuf\/#breadcrumb\"},\"inLanguage\":\"en-US\",\"potentialAction\":[{\"@type\":\"ReadAction\",\"target\":[\"https:\/\/pecihitam.org\/menilik-kesadaran-manusia-dari-sudut-pandang-tasawuf\/\"]}]},{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/menilik-kesadaran-manusia-dari-sudut-pandang-tasawuf\/#primaryimage\",\"url\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/kesadaran-manusia.jpg\",\"contentUrl\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/kesadaran-manusia.jpg\",\"width\":1283,\"height\":720,\"caption\":\"kesadaran manusia\"},{\"@type\":\"BreadcrumbList\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/menilik-kesadaran-manusia-dari-sudut-pandang-tasawuf\/#breadcrumb\",\"itemListElement\":[{\"@type\":\"ListItem\",\"position\":1,\"name\":\"Home\",\"item\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/\"},{\"@type\":\"ListItem\",\"position\":2,\"name\":\"Menilik Kesadaran Manusia dari Sudut Pandang Tasawuf\"}]},{\"@type\":\"WebSite\",\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/#website\",\"url\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/\",\"name\":\"Pecihitam.org\",\"description\":\"Suara Islam Ahlussunnah wal Jamaah\",\"publisher\":{\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/#organization\"},\"potentialAction\":[{\"@type\":\"SearchAction\",\"target\":{\"@type\":\"EntryPoint\",\"urlTemplate\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/?s={search_term_string}\"},\"query-input\":\"required name=search_term_string\"}],\"inLanguage\":\"en-US\"},{\"@type\":\"Organization\",\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/#organization\",\"name\":\"Pecihitam.org\",\"url\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/\",\"logo\":{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png\",\"contentUrl\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png\",\"width\":2401,\"height\":2401,\"caption\":\"Pecihitam.org\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/\"},\"sameAs\":[\"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/\",\"https:\/\/www.instagram.com\/pecihitam_org\/\",\"https:\/\/id.pinterest.com\/pecihitam_org\/\",\"https:\/\/www.youtube.com\/channel\/UCVZO49u3U4iibd-X7MmqBcQ\"]},{\"@type\":\"Person\",\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/#\/schema\/person\/a4aaf4a024f2af0b1de8cae8d76ba6fd\",\"name\":\"Indriani Pratami\",\"image\":{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/#\/schema\/person\/image\/\",\"url\":\"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/ada187a66dadbe6f06c45dbdc5a74f7f?s=96&r=g\",\"contentUrl\":\"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/ada187a66dadbe6f06c45dbdc5a74f7f?s=96&r=g\",\"caption\":\"Indriani Pratami\"},\"description\":\"Sarjana Aqidah dan Filsafat Islam- UIN Sunan Kalijaga | Magister Ilmu Filsafat Universitas Gadjah Mada\",\"url\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/author\/indripratami\/\"}]}<\/script>\n<!-- \/ Yoast SEO plugin. -->","yoast_head_json":{"title":"Menilik Kesadaran Manusia dari Sudut Pandang Tasawuf - Pecihitam.org","description":"Pecihitam.org - Seberapa pentingnya kesadaran bagi kelangsungan hidup manusia? Mengapa manusia mengalami berbagai proses untuk sampai pada tahap","robots":{"index":"index","follow":"follow","max-snippet":"max-snippet:-1","max-image-preview":"max-image-preview:large","max-video-preview":"max-video-preview:-1"},"canonical":"https:\/\/pecihitam.org\/menilik-kesadaran-manusia-dari-sudut-pandang-tasawuf\/","og_locale":"en_US","og_type":"article","og_title":"Menilik Kesadaran Manusia dari Sudut Pandang Tasawuf - Pecihitam.org","og_description":"Pecihitam.org - Seberapa pentingnya kesadaran bagi kelangsungan hidup manusia? Mengapa manusia mengalami berbagai proses untuk sampai pada tahap","og_url":"https:\/\/pecihitam.org\/menilik-kesadaran-manusia-dari-sudut-pandang-tasawuf\/","og_site_name":"Pecihitam.org","article_publisher":"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/","article_published_time":"2020-07-16T01:07:06+00:00","article_modified_time":"2020-07-16T01:07:07+00:00","og_image":[{"width":1283,"height":720,"url":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/kesadaran-manusia.jpg","type":"image\/jpeg"}],"author":"Indriani Pratami","twitter_card":"summary_large_image","twitter_misc":{"Written by":"Indriani Pratami","Est. reading time":"4 minutes"},"schema":{"@context":"https:\/\/schema.org","@graph":[{"@type":"Article","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/menilik-kesadaran-manusia-dari-sudut-pandang-tasawuf\/#article","isPartOf":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/menilik-kesadaran-manusia-dari-sudut-pandang-tasawuf\/"},"author":{"name":"Indriani Pratami","@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/#\/schema\/person\/a4aaf4a024f2af0b1de8cae8d76ba6fd"},"headline":"Menilik Kesadaran Manusia dari Sudut Pandang Tasawuf","datePublished":"2020-07-16T01:07:06+00:00","dateModified":"2020-07-16T01:07:07+00:00","mainEntityOfPage":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/menilik-kesadaran-manusia-dari-sudut-pandang-tasawuf\/"},"wordCount":796,"publisher":{"@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/#organization"},"image":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/menilik-kesadaran-manusia-dari-sudut-pandang-tasawuf\/#primaryimage"},"thumbnailUrl":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/kesadaran-manusia.jpg","keywords":["kesadaran manusia"],"articleSection":["Tasawuf"],"inLanguage":"en-US"},{"@type":"WebPage","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/menilik-kesadaran-manusia-dari-sudut-pandang-tasawuf\/","url":"https:\/\/pecihitam.org\/menilik-kesadaran-manusia-dari-sudut-pandang-tasawuf\/","name":"Menilik Kesadaran Manusia dari Sudut Pandang Tasawuf - Pecihitam.org","isPartOf":{"@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/#website"},"primaryImageOfPage":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/menilik-kesadaran-manusia-dari-sudut-pandang-tasawuf\/#primaryimage"},"image":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/menilik-kesadaran-manusia-dari-sudut-pandang-tasawuf\/#primaryimage"},"thumbnailUrl":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/kesadaran-manusia.jpg","datePublished":"2020-07-16T01:07:06+00:00","dateModified":"2020-07-16T01:07:07+00:00","description":"Pecihitam.org - Seberapa pentingnya kesadaran bagi kelangsungan hidup manusia? Mengapa manusia mengalami berbagai proses untuk sampai pada tahap","breadcrumb":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/menilik-kesadaran-manusia-dari-sudut-pandang-tasawuf\/#breadcrumb"},"inLanguage":"en-US","potentialAction":[{"@type":"ReadAction","target":["https:\/\/pecihitam.org\/menilik-kesadaran-manusia-dari-sudut-pandang-tasawuf\/"]}]},{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/menilik-kesadaran-manusia-dari-sudut-pandang-tasawuf\/#primaryimage","url":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/kesadaran-manusia.jpg","contentUrl":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/kesadaran-manusia.jpg","width":1283,"height":720,"caption":"kesadaran manusia"},{"@type":"BreadcrumbList","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/menilik-kesadaran-manusia-dari-sudut-pandang-tasawuf\/#breadcrumb","itemListElement":[{"@type":"ListItem","position":1,"name":"Home","item":"https:\/\/www.pecihitam.org\/"},{"@type":"ListItem","position":2,"name":"Menilik Kesadaran Manusia dari Sudut Pandang Tasawuf"}]},{"@type":"WebSite","@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/#website","url":"https:\/\/www.pecihitam.org\/","name":"Pecihitam.org","description":"Suara Islam Ahlussunnah wal Jamaah","publisher":{"@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/#organization"},"potentialAction":[{"@type":"SearchAction","target":{"@type":"EntryPoint","urlTemplate":"https:\/\/www.pecihitam.org\/?s={search_term_string}"},"query-input":"required name=search_term_string"}],"inLanguage":"en-US"},{"@type":"Organization","@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/#organization","name":"Pecihitam.org","url":"https:\/\/www.pecihitam.org\/","logo":{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/","url":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png","contentUrl":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png","width":2401,"height":2401,"caption":"Pecihitam.org"},"image":{"@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/"},"sameAs":["https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/","https:\/\/www.instagram.com\/pecihitam_org\/","https:\/\/id.pinterest.com\/pecihitam_org\/","https:\/\/www.youtube.com\/channel\/UCVZO49u3U4iibd-X7MmqBcQ"]},{"@type":"Person","@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/#\/schema\/person\/a4aaf4a024f2af0b1de8cae8d76ba6fd","name":"Indriani Pratami","image":{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/#\/schema\/person\/image\/","url":"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/ada187a66dadbe6f06c45dbdc5a74f7f?s=96&r=g","contentUrl":"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/ada187a66dadbe6f06c45dbdc5a74f7f?s=96&r=g","caption":"Indriani Pratami"},"description":"Sarjana Aqidah dan Filsafat Islam- UIN Sunan Kalijaga | Magister Ilmu Filsafat Universitas Gadjah Mada","url":"https:\/\/www.pecihitam.org\/author\/indripratami\/"}]}},"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/61290"}],"collection":[{"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/users\/39"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=61290"}],"version-history":[{"count":0,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/61290\/revisions"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/media\/61342"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=61290"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=61290"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=61290"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}