Kemantapan dalam syariat <\/em>ditujukan dalam pengetahuan holistik terhadap hukum-hukum Islam. Sebagai contoh, jika anggota sujud saja tidak mengetahuinya bagaimana mungkin akan mantap dalam bersyariat. Bagian-bagian kecil dalam hukum fikih harus paham secara sempurna, barulah pantas untuk menyebut diri sebagai Ulama.<\/p>\n

\n
1. Paham dan Menjalani Akhlak Tassawuf<\/li>\n<\/ol>\n

   Pemahaman terhadap keilmuan tassawuf <\/em>sebagai salah satu gerakan perbaikan akhlak, bukan sebagai bid\u2019ah <\/em>yang dituduhkan oleh kaum salafi wahabi. <\/em><\/p>\n

   Kajian tassawuf <\/em>adalah kajian tentang akhlak mulia dengan merujuk kepada pemikiran Imam Ghazali dan Abu Yazid al-Bustami. Menolak kajian tassawuf <\/em>hampir serupa dengan menolak adanya akhlak <\/em>dalam Islam.<\/p>\n

   Bahwa syarat Ulama menurut KH Marzuqi Mustamar tidak melulu <\/em>tentang ciri fisik atau ketekunan ibadah sahaja. Pun Dzi Khuwaisirah yang dicap jelek oleh Rasulullah SAW adalah orang yang sangat taat beribadah.<\/p>\n

   Ash-Shawabu Minallah<\/em><\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

   PeciHitam.org – Peran Ulama dalam berdakwah di masyarakat seyogyanya memiliki kompetensi keilmuan mantap. Karena Ulama adalah kepanjangan dari misi dakwah Rasulullah SAW, maka tidak dibenarkan jika mengklaim sebagai Ulama namun tidak memiliki kemampuan intelektual dalam dalil-dalil Islam secara\u00a0 holistik. Fenomena Ustdaz-ustadz Newbie memberikan gambaran bagaimana kehausan masyarakat atas ilmu agama namun tidak dibarengi dengan pendidikan […]<\/p>\n","protected":false},"author":40,"featured_media":61406,"comment_status":"closed","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[6],"tags":[12344],"yoast_head":"\n