Pecihitam.org<\/a><\/strong> – Saat ini dakwah dan pergerakan Wahabi<\/strong><\/a> sangat cepat menjamur di Indonesia. Hal ini tidak lain karena mereka memanfaatkan celah terbuka yang sempat tidak digunakan oleh pemikiran Ahlussunnah wal Jama\u2019ah. Berikut adalah celah-celah yang dimanfaatkan Wahabi untuk meyebarkan paham mereka yang tentunya harus kita tutup atau minimal harus kita saingi.<\/p>\n\n\n\n 1. Media Informasi Digital<\/strong><\/p>\n\n\n\n Celah pertama, adalah kanal informasi seperti media sosial, Website, youtube maupun media digital lainnya. Dengan suport dana dan sumberdaya yang ada, kita akui mereka sangat unggul serta memanfaatkannya dengan baik celah tersebut untuk menyusupkan dan menyebarkan paham Wahabi kepada umat Islam.<\/p>\n\n\n\n Dengan demikian salah satu cara yang paling efektif untuk membendung arus pergerakan Wahabi ini berarti kita harus mengalahkan mereka dalam celah-celah yang sama. <\/p>\n\n\n\n Ini juga alarm bagi para ahli ilmu agama dan anak-anak muda terutama santri untuk lebih berpartisipasi dan tampil lebih serius menyebarkan pemikiran Ahlussunnah wal Jamaah melalui media, baik bersifat tulisan, gambar atau video.<\/p>\n\n\n\n 2. Media Karya Tulis dan Buku<\/strong><\/p>\n\n\n\n Celah kedua, yang dimanfaatkan oleh para ustadz wahabi adalah media-media cetak seperti buku dan kitab. Harus disadari bahwa sekarang ini akses untuk menemukan buku-buku Wahabi jauh lebih mudah karena sangat banyak ada dimana-mana. Hal ini karena mereka tidak tanggung-tanggung dengan mendirikan lembaga dan percetakan sendiri bahkan membeli perusahaan percetakan yang sudah terkenal jika perlu.<\/p>\n\n\n\n Ada banyak percetakan buku di Indonesia yang berafisiliasi pada wahabi, sehingga banyak buku maupun kitab-kitab yang ditulis oleh tokoh-tokohnya beredar. Buku-buku merekaa dicetak dengan tampilan yang menarik dan dipasarkan dengan baik pula.<\/p>\n\n\n\n Oleh karena itu sudah saatnya karya tulis baik buku maupun kitab dari ulama dan pemikir Ahlussunah wal Jamaah, diproduksi dengan kualitas yang lebih baik dan pemasarannya digenjot secara maksimal agar dapat menyaingi peredaran buku-buku Wahabi. <\/p>\n\n\n\n Kita wajib sadar bahwa buku adalah media yang berpengaruh sangat besar di masyarakat, khususnya di kalangan perkotaan, mahasiswa dan para pelajar.<\/p>\n\n\n\n Wahabi juga melakukan transfer pemikiran para ulama-ulama besar Wahabi ke tengah masyarakat dengan melakukan penerjemahan besar-besaran terhadap karya tulis ulama mereka. Ada banyak karya tulis ulama seperti Ibnu Taimiyah<\/strong><\/a>, Ibnu Qayyim atau tokoh-tokoh kontemporer seperti Ibn \u2018Utsaimin, Ibn Baz, dan al-Albani yang telah diterjemahkan dengan baik kedalam bahsa Indonesia, dicetak dan diedarkan secara luas.<\/p>\n\n\n\n Disisi lain banyak karya tulis ulama besar Aswaja seperti Abu Hasan al Asyari, Imam Ghazali, empat Imam Madzhab atau ulama kontemporer seperti Syaikh Ramadhan al-Buth<\/strong>i<\/a>, al-Sya\u2019rawy, Nuruddin \u2018Itr dan sebagainya bahkan belum pernah diterjemahkan. Atau ada yang sudah diterjemahkan namun tidak dimaksimalkan dengan baik.<\/p>\n\n\n\n Sehingga tidak heran jika banyak pemikir Ahlussunnah wal Jamaah yang justru jarang dikenal oleh umat Islam di Indonesia terutama kalangan awam. Sedangkan pada saat yang sama justru nama ulama-ulama besar salafi wahabi dari Saudi jauh lebih populer dan akrab didengar.<\/p>\n\n\n\n