Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
{"id":64355,"date":"2020-08-11T08:03:31","date_gmt":"2020-08-11T01:03:31","guid":{"rendered":"https:\/\/pecihitam.org\/?p=64355"},"modified":"2020-08-11T08:03:33","modified_gmt":"2020-08-11T01:03:33","slug":"hadits-shahih-al-bukhari-no-572-kitab-adzan","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/www.pecihitam.org\/hadits-shahih-al-bukhari-no-572-kitab-adzan\/","title":{"rendered":"Hadits Shahih Al-Bukhari No. 572 \u2013 Kitab Adzan"},"content":{"rendered":"\n
Pecihitam.org<\/strong> – Hadits Shahih Al-Bukhari No. 572 \u2013 Kitab Adzan ini, Imam Bukhari memulai hadis ini dengan judul \u201cIqamah Satu Kali Kecuali lafazh (Qad qaamati Ash-sholaah<\/em>)\u201d Hadis dari Anas ini menjelaskan bahwa Bilal diperintahkan untuk menggenapkan adzan dan mengganjilkan iqamah. Keterangan hadist dikutip dan diterjemahkan dari Kitab Fathul Bari Jilid 4 Kitab Adzan. Halaman 20-23.<\/p>\n\n\n\n
Terjemahan: <\/strong>Telah menceritakan kepada kami [‘Ali bin ‘Abdullah] telah menceritakan kepada kami [Isma’il bin Ibrahim] telah menceritakan kepada kami [Khalid] dari [Abu Qilabah] dari [Anas bin Malik] berkata, “Bilal diperintahkan untuk mengumandangkan kalimat adzan dengan genap (dua kali dua kali) dan mengganjilkan iqamat.” [Isma’il] berkata, “Aku sampaikan masalah ini kepada [Ayyub], lalu ia berkata, ‘Kecuali kalimat iqamat ‘Qad qaamatish shalah (shalat telah dikumandangkan)’.”<\/p>\n\n\n\n
Keterangan Hadis: <\/strong>Ibnu Al Manayyar berkata, “Imam Bukhari tidak memberi judul bab dengan lafazh yang terdapat pada hadits, dimana ia menggunakan kata wahidah (satu kali) sebagai ganti kata witr (ganjil). Hal itu karena lafazh witr (ganjil) tidak khusus menunjukkan jumlah satu kali. Oleh sebab itu, beliau meninggalkan lafazh yang bermakna ganda (musytarak<\/em>) kepada lafazh yang bermakna tunggal (ghairu musytarak<\/em>).”<\/p>\n\n\n\n
Saya (Ibnu Hajar) katakan, hanya saja Imam Bukhari tidak mengatakan “satu kali-satu kali”. Hal itu dilakukan untuk menyesuaikannya dengan lafazh riwayat yang menjelaskan hal ini. Riwayat yang dimaksud dinukil oleh Ibnu Hibban dari hadits Ibnu Umar yang telah saya sebutkan dalam bab terdahulu, dimana lafazhnya adalah, (Adzan dua kali-dua kali dan qamat satu kali<\/em>). Imam Daruquthni juga meriwayatkan dan menganggapnya sebagai hadits hasan dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Mahdzurah, (Dan beliau SAW memerintahkannya untuk qamat dengan satu kali-satu kali<\/em>).<\/p>\n\n\n\n
(Kecuali lafazh \u0642\u064e\u062f\u0652 \u0642\u064e\u0627\u0645\u064e\u062a\u0652 \u0627\u0644\u0635\u064e\u0651\u0644\u064e\u0627\u0629 <\/strong>Ini adalah lafazh yang dinukil dalam riwayat Ma’mar dari Ayyub, seperti yang lelah dijelaskan. AI Ismaili mengatakan bahwa penyebutan hadits Simak bin Athiyah dalam bab ini adalah lebih tepat daripada hadits Ibnu Aliyah. Namun kritikan ini dapat ditanggapi dengan mengatakan bahwa Imam Bukhari bermaksud membantah sebagian orang yang menduga bahwa lafazh tersebut hanya sampai kepada Ayyub, sebab Imam Bukhari menyebutkannya sebagai dalil. Apabila menurut beliau lafazh tersebut tidak berasal dari Nabi SAW, maka beliau tidak akan mengemukakannya sebagai dalil.<\/p>\n\n\n\n
\u0641\u064e\u0630\u064e\u0643\u064e\u0631\u0652\u062a<\/strong> (aku menyebutkan<\/em>) Demikian yang terdapat dalam kebanyakan riwayat, yakni tanpa menyebutkan objek kalimat. Sementara dalam riwayat Al Kasymihani dan Al Ashili disebutkan, \u0641\u064e\u0630\u064e\u0643\u064e\u0631\u0652\u062a\u0647<\/strong> (aku menyebutkannya<\/em>), yakni hadits Khalid.<\/p>\n\n\n\n
Hadits ini merupakan bantahan bagi mereka yang berpendapat bahwa lafazh qamat diucapkan dua kali-dua kali, sama seperti adzan. Tapi sebagian ulama mazhab Hanafi memberi penjelasan bahwa hadits itu telah mansukh (hukumnya dihapus), dimana pada awalnya lafazh qamat diucapkan satu kali-satu kali. Kemudian hukurn tersebut dihapus (mansukh) dengan hadits Abu Mahdzurah, yakni hadits yang dinukil oleh para penulis kitab Sunan yang menyebutkan bahwa lafazh dalam qamat diucapkan dua kali-dua kali. Apabila ditinjau dari segi waktu, maka hadits Anas (yang disebutkan Imam Bukhari pada bah ini) lebih dulu daripada hadits Abu Mahdzurah, sehingga hadits Abu Mahdzurah telah menghapus hukum yang ada pada hadits Anas.<\/p>\n\n\n\n