Dalil dapat dimaknai sebagai dasar yang digunakan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu oleh seorang Muslim. Penggunaan dalil dalam beragama adalah keniscayaan, karena Islam merupakan agama yang seluruhnya disandarkan kepada dalil argumentasi.<\/p>\n

Khazanah penggunaan dalil bisa saja berasal dari Al-Qur\u2019an, Hadits atau qaul-qaul <\/em>Ulama Salafush Shaleh <\/em>yang menurut Ijma\u2019 Ulama <\/em>bisa dirujuk. Penggunaan dalil dari Qaul Ulama Salafush Shaleh <\/em>bisa dibenarkan karena golongan ini merupakan golongan yang tidak melepaskan diri dari Al-Qur\u2019an dan Sunnah.<\/p>\n

Sebagaimana Dalil Imam Syafii dalam kitab Ar-Risalah <\/em>membolehkan menggunakan Ijtihad Aqal Ulama.<\/em><\/p>\n

Akan tetapi penggunaan dalil Al-Qur\u2019an dan Hadits Nabi SAW tidak sepenuhnya benar jika orang yang menggunakannya memiliki kepentingan tertentu.<\/p>\n

Masyhur <\/em>diketahui bahwa golongan Khawarij <\/em>memperalat dalil Al-Qur\u2019an untuk membenarkan rencana tindakan Pembunuhan terhadap Ali bin Abi Thalib, Muawiyyah bin Abi Sufyan dan Amru bin Ash. Mereka menggunakan dalil;<\/p>\n

\u0648\u064e\u0645\u064e\u0646\u0652 \u0644\u064e\u0645\u0652 \u064a\u064e\u062d\u0652\u0643\u064f\u0645\u0652 \u0628\u0650\u0645\u064e\u0627 \u0623\u064e\u0646\u0652\u0632\u064e\u0644\u064e \u0627\u0644\u0644\u0651\u064e\u0647\u064f \u0641\u064e\u0623\u064f\u0648\u0644\u064e\u0626\u0650\u0643\u064e \u0647\u064f\u0645\u064f \u0627\u0644\u0652\u0643\u064e\u0627\u0641\u0650\u0631\u064f\u0648\u0646\u064e<\/strong><\/p>\n

Artinya; \u201cBarangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir\u201d (Qs. Al-Maidah: 44)<\/em><\/p>\n

Secara dzahir <\/em>3 Sahabat tersebut di atas memang tidak menggunakan ayat Al-Qur\u2019an ketika memutuskan perselisihan antar Pihak Ali dan Muawiyyah. Kedua golongan ini menggunakan keputusan hasil Musyawarah yakni Tafkhim Dumatul Jandal. <\/em><\/p>\n

Secara dzahir pula Khawarij <\/em>menghukumi dengan ayat tersebut bahwa Ali, Muawiyyah dan Amru bin Ash sebagai kafir <\/em>maka boleh dibunuh.<\/p>\n

Pola memperalat dalil ala khawarij <\/em>banyak menurun kepada golongan ekstrim\u00a0 radikal yang menuhankan dalil dengan meminggirkan realitas sejarah yang ada.<\/p>\n

Sebagaimana salafi wahabi <\/em>yang sangat getol membid\u2019ahkan golongan diluar mereka sebagai penyembah kubur, ahlu bid\u2019ah <\/em>dan sesat.<\/em><\/p>\n

Gejala Pelabelan Bid\u2019ah dan Fakta Keberagamaan<\/strong><\/h2>\n

Tradisi berasal dari kebiasaan masyarakat dalam melembagakan amaliah-amaliah yang\u00a0 menjadi kehidupan masyarakatnya. Oleh karenanya tradisi menjadi bagian tidak terpisahkan dari masyarakat dimanapun mereka berada dan eksis.<\/p>\n

Sikap agama terhadap tradisi Nusantara inilah yang menjadi bulan-bulanan salafi wahabi <\/em>ketika membuat narasi bid\u2019ah <\/em>tempatnya dineraka.<\/p>\n

Parahnya gejala melabeli bid\u2019ah, sesat, penyembah kuburan <\/em>dan lain sebagainya menjadi arus utama dakwah salafi wahabi <\/em>di Nusantara. Pada tataran ekstrim,<\/p>\n

Ustadz salafi wahabi <\/em>akan menggolongkan golongan diseberangnya sebagai orang kafir, karena melakukan dosa besar syirik.<\/em> Seharusnya salafi wahabi <\/em>harus memperhatikan Qaul Hujjatul Islam , Imam Ghazali <\/em>dalam kitab Al-Iqtishad fil I\u2019tiqad;<\/em><\/p>\n

\u200e\u0648\u0642\u0627\u0644 \u0623\u0628\u0648 \u062d\u0627\u0645\u062f \u0627\u0644\u063a\u0632\u0627\u0644\u064a \u0648\u0627\u0644\u0630\u064a \u064a\u0646\u0628\u063a\u064a \u0627\u0644\u0627\u062d\u062a\u0631\u0627\u0632 \u0645\u0646\u0647 \u0627\u0644\u062a\u0643\u0641\u064a\u0631 \u0645\u0627 \u0648\u062c\u062f \u0625\u0644\u064a\u0647 \u0633\u0628\u064a\u0644\u0627\u060c \u0641\u0625\u0646 \u0627\u0633\u062a\u0628\u0627\u062d\u0629 \u0627\u0644\u062f\u0645\u0627\u0621 \u0648\u0627\u0644\u0623\u0645\u0648\u0627\u0644 \u0645\u0646 \u0627\u0644\u0645\u0635\u0644\u064a\u0646 \u0625\u0644\u0649 \u0627\u0644\u0642\u0628\u0644\u0629\u060c \u0627\u0644\u0645\u0635\u0631\u062d\u064a\u0646 \u0628\u0642\u0648\u0644 \u0644\u0627 \u0625\u0644\u0647 \u0625\u0644\u0627 \u0627\u0644\u0644\u0647 \u0645\u062d\u0645\u062f \u0631\u0633\u0648\u0644 \u0627\u0644\u0644\u0647 \u062e\u0637\u0623\u064c\u060c \u0648\u0627\u0644\u062e\u0637\u0623 \u0641\u064a \u062a\u0631\u0643 \u0623\u0644\u0641\u0650 \u0643\u0627\u0641\u0631 \u0641\u064a \u0627\u0644\u062d\u064a\u0627\u0629 \u0623\u0647\u0648\u0646 \u0645\u0646 \u0627\u0644\u062e\u0637\u0623 \u0641\u064a \u0633\u0641\u0643 \u062f\u0645\u064d \u0644\u0645\u0633\u0644\u0645<\/strong><\/p>\n

Artinya; <\/em>“Agar menjaga diri dari mengkafirkan orang lain sepanjang menemukan jalan untuk itu. Sesungguhnya menghalalkan darah dan harta Muslim yang shalat menghadap qiblat, yang secara jelas mengucapkan dua kalimat syahadat, itu merupakan kekeliruan. Padahal kesalahan dalam membiarkan hidup seribu orang kafir itu lebih ringan dari pada kesalahan dalam membunuh satu nyawa Muslim.\u201d<\/em><\/p>\n

Bahwa orang-orang yang tertuduh bid\u2019ah, Syirik, penyembah kuburan <\/em>oleh salafi wahabi <\/em>adalah orang Islam yang bersyahadat, shalat menghadap kiblat, zakat, berhaji, berpuasa dengan sempurna.<\/p>\n

Maka pelabelan salafi wahabi <\/em>terhadap mereka sudah menyalahi pandangan Hujjatul Islam. ash-Shawabu Minallah<\/em><\/p>\n\n\n

<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

PeciHitam.org – Fenomena saling menyalahkan antar Umat Islam karena berbeda dengan golongannya menunjukan gejala mengkhawatirkan. Praktek keberagamaan yang berbeda menjadi tonggak utama dan bulan-bulanan untuk bahan tuduhan kepada yang berbeda. Akarnya bisa berasal dari berbeda pandangan dalam masalah agama, baik tafsir, amaliah atau bahkan paling memuakkan berakar dari pandangan Politik. Akar tuduhan dari perbedaan pandangan […]<\/p>\n","protected":false},"author":16,"featured_media":64371,"comment_status":"closed","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[6],"tags":[12734],"yoast_head":"\n