Pecihitam.org –<\/strong> Menikah muda bukanlah perkara yang mudah, banyak hal yang harus dipertimbangkan, diantaranya adalah bekal-bekal pernikahan, yaitu mental dan kemampuan memberi nafkah baik lahir ataupun batin. Lalu bagaimana hukum menikahi wanita di bawah umur atau yang belum baligh?<\/p>\n\n\n\n Bukankah mereka masih belum memiliki mental yang cukup untuk membangun sebuah keluarga disamping tugasnya yang berat sebagai seorang istri yang akan mengandung anak, mengurus anak, mengurus rumah, melayani suami, dan lain-lainnya, bahkan memang tubuhnya belum siap untuk digauli oleh sang suami? Mari kita bahas..<\/p>\n\n\n\n Mayoritas ulama berpendapat bahwa hukum menikahi wanita di bawah umur adalah boleh. Namun demikian, Ada juga ulama yang berpendapat, seorang ayah tidak boleh menikahkan putrinya yang masih kecil, kecuali setelah baligh dan dia bersedia. Diantara ulama yang berpendapat demikian adalah Ibnu Syubrumah. Ibnu hazm menukil keterangan Ibnu Syubrumah, yang mengatakan,<\/p>\n\n\n\n \u0644\u0627 \u064a\u062c\u0648\u0632 \u0627\u0646\u0643\u0627\u062d \u0627\u0644\u0627\u0628 \u0627\u0628\u0646\u062a\u0647 \u0627\u0644\u0635\u063a\u064a\u0631\u0629 \u0627\u0644\u0627 \u062d\u062a\u0649 \u062a\u0628\u0644\u063a \u0648\u062a\u0623\u0630\u0646<\/strong><\/p>\n\n\n\n \u201cTidak boleh seorang ayah menikahkan putrinya yang masih kecil, sampai dia baligh dan dia bersedia.\u201d[1]<\/p>\n\n\n\n Namun dalam pendapatnya dijelaskan bahwa Ibnu Syubrumah tidak melarang pernikahan di bawah umur, melainkan yang beliau anggap tidak boleh adalah sikap seorang bapak yang memaksa anaknya yang masih di bawah umur untuk menikah tanpa seizin putrinya.<\/p>\n\n\n\n Mayoritas ulama yang berpendapat bolehnya menikahi gadis kecil menyatakan bahwa, setelah ia dinikahi, maka tidak langsung diberikan kepada sang suami, sampai dia mampu untuk melakukan hubungan badan. Imam Nawawi mengatakan,<\/p>\n\n\n\n \u0642\u0627\u0644 \u0645\u0627\u0644\u0643 \u0648\u0627\u0644\u0634\u0627\u0641\u0639\u064a \u0648\u0623\u0628\u0648 \u062d\u0646\u064a\u0641\u0629: \u062d\u062f\u064f\u0651 \u0630\u0644\u0643 \u0623\u0646 \u062a\u0637\u064a\u0642 \u0627\u0644\u062c\u0645\u0627\u0639\u060c \u0648\u064a\u062e\u062a\u0644\u0641 \u0630\u0644\u0643 \u0628\u0627\u062e\u062a\u0644\u0627\u0641\u0647\u0646\u060c \u0648\u0644\u0627 \u064a\u0636\u0628\u0637 \u0628\u0633\u0646\u064d\u0651\u060c \u0648\u0647\u0630\u0627 \u0647\u0648 \u0627\u0644\u0635\u062d\u064a\u062d\u060c \u0648\u0644\u064a\u0633 \u0641\u064a \u062d\u062f\u064a\u062b \u0639\u0627\u0626\u0634\u0629 \u062a\u062d\u062f\u064a\u062f\u060c \u0648\u0644\u0627 \u0627\u0644\u0645\u0646\u0639 \u0645\u0646 \u0630\u0644\u0643 \u0641\u064a\u0645\u0646 \u0623\u0637\u0627\u0642\u062a\u0647 \u0642\u0628\u0644 \u062a\u0633\u0639 \u060c \u0648\u0644\u0627 \u0627\u0644\u0625\u0630\u0646 \u0641\u064a\u0645\u0646 \u0644\u0645 \u062a\u0637\u0642\u0647 \u0648\u0642\u062f \u0628\u0644\u063a\u062a \u062a\u0633\u0639\u0627\u064b<\/strong><\/p>\n\n\n\n \u201cImam Malik<\/a><\/strong>, Imam Syafii<\/a><\/strong>, dan Imam Abu Hanifah<\/a><\/strong> berpendapat, batasan bolehnya berhubungan badan dengan istri di bawah umur adalah apabila dia sudah mampu hubungan badan. Dan itu berbeda-beda antara satu wanita dengan yang lainnya. Tidak bisa dibatasi berdasarkan usia. Inilah pendapat yang benar. Sementara dalam hadis aisyah tidaklah menunjukkan batasan usia. Juga tidak dilarang untuk melakukan hubungan, bagi wanita yang sudah mampu sebelum usia 9 tahun. Demikian pula, tidak ada izin untuk melakukan hubungan dengan istri yang belum mampu meskipun dia sudah mencapai 9 tahun.\u201d[2]<\/p>\n\n\n\n Menurut salah seorang ahli kedokteran, Saifudin, pengertian kehamilan adalah suatu masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. lamanya kehamilan normal adalah 280 hari, dihitung dari haid pertama haid terakhir. <\/p>\n\n\n\n