Al-\u2018Ijli dilahirkan di kota Kufah tahun 182 H, beliau menetap di Kufah hingga berumur 15 tahun, yaitu tahun 197 H. Sejak umur 15 tahun itulah beliau mulai mendengarkan dan mempelajari hadis dari para ulama dan ahli hadis.<\/p>\n\n\n\n

Kemudian al-\u2018Ijli pindah ke Baghdad bersama ayahnya pada tahun 201 H untuk belajar hadis, beliau pun menetap cukup lama di Baghdad. <\/p>\n\n\n\n

Dan pada tahun 217 H, al-\u2018Ijli mulai melakukan perjalanan keilmuan ke luar Baghdad, beliau mengelilingi pusat-pusat keilmuan dan pindah dari satu tempat ke tempat lain untuk menuntut ilmu dan memperluas keilmuannya.<\/p>\n\n\n\n

Al-\u2018Ijli pergi ke Bashrah, Syam, Mekkah, Madinah, Yaman, dan Mesir, hingga akhirnya ia berpindah ke Maroko, tepatnya di kota Tripoli, dan tinggal di sana.<\/p>\n\n\n\n

Pencapaian Keilmuannya<\/h2>\n\n\n\n

Sejarah mencatat bahwa al-\u2018Ijli hanya memiliki satu karangan, al-\u2018Ijli mewariskan kitab dalam ilmu Jarh wa Ta\u2019dil<\/em> yang terkenal dengan nama Kitab al-Tsiqat.<\/em><\/p>\n\n\n\n

Kitab ini memuat ilmu tentang keadaan para perawi hadis, yang dijelaskan dengan pujian dan kritik. Imam al-Dzahabi berkata bahwa kitab al-\u2018Ijli merupakan kitab yang bermanfaat yang menunjukkan keluasan hafalannya.<\/p>\n\n\n\n

Kitab yang memuat biografi dari 2.166 perawi itu menjadi kitab yang sangat penting dalam ilmu hadis dan menjadi rujukan para ulama dalam menentukan sifat perawi dan hukum hadis.<\/p>\n\n\n\n

Al-\u2018Ijli hidup di abad ke 2 hingga 3 Hijriyah yang merupakan era tadwin<\/em> atau pembukuan hadis, serta era berkembangnya periwayatan hadis dan ilmu hadis, beliau hidup se-masa dengan al-Bukhari dan Muslim, namun tidak seperti ulama hadis lainnya, al-\u2018Ijli tidak meriwayatkan banyak hadis.<\/p>\n\n\n\n

Ada dugaan terkait alasan al-\u2018Ijli tidak meriwayatkan banyak hadis, yaitu adanya mihnah khalq al-Qur\u2019an<\/em> (sebuah musibah yang memaksakan orang-orang untuk berkeyakinan bahwa al-Qur\u2019an adalah makhluk) yang terjadi kala itu.<\/p>\n\n\n\n

Al-\u2018Ijli berumur 36 tahun ketika al-Ma\u2019mun memulai mihnah<\/em>, karena mihnah<\/em> tersebut al-\u2018Ijli melarikan diri menjauh dari kekuasaan mu\u2019tazilah, untuk menjaga agama dan akidahnya ke kota Tripoli.<\/p>\n\n\n\n

Itu artinya, al-\u2018Ijli berpindah dari pusat keilmuan yang dipenuhi para ulama dan ahli hadis ke wilayah yang jauh terpencil, aktifitas keilmuan di sana masih lemah, dan juga sedikitnya jumlah ulama yang ada di sana.<\/p>\n\n\n\n

Al-Walid bin Bakr al-Andalusi menceritakan bahwa hadis, karya, dan khabar al-\u2018Ijli tersebar di Maroko, hadisnya langka di Mesir, Syam, dan Iraq karena jarak yang jauh.<\/p>\n\n\n\n

Dan dugaan lain ialah karena al-\u2018Ijli merupakan seorang zahid<\/em> yang soleh, maka beliau sangat berhati-hati dalam meriwayatkan hadis, beliau disibukkan dengan meriwayatkan khabar dan hikayat dari para orang soleh.<\/p>\n\n\n\n

Hikayat-hikayatnya bertaburan dalam kitabnya \u201cal-Tsiqat<\/em>\u201d, setiap kali ia menjelaskan perawi hadis yang zuhud, atau hakim yang adil.<\/p>\n\n\n\n

Al-\u2018Ijli merupakan ulama yang moderat dan berada di jalan Ahlussunnah wal Jama\u2019ah<\/em>, selain ia menolak keras faham mu\u2019tazilah tentang khalq al-<\/em>Qur\u2019an dengan pergi jauh ke Maroko, ia pun menolak faham Mu\u2019tazilah dengan perkataanya yang terkenal:<\/p>\n\n\n\n

\u201cSiapa yang berkata bahwa al-Qur\u2019an itu makhluk, maka ia kafir<\/em>\u201d. Selain itu, al-\u2018Ijli juga menentang faham Syiah dengan perkataannya: \u201cdan siapa yang meyakini raj\u2019ah (hidupnya kembali) Ali, maka ia kafir<\/em>\u201d.<\/p>\n\n\n\n

Guru-guru dan Murid-muridnya<\/h2>\n\n\n\n

Al-\u2018Ijli memiliki banyak guru, diantaranya ialah Abdullah bin Shalih bin Muslim (ayah dari imam al-\u2018Ijli), Hammad bin Usamah al-Kufi, Husain bin Ali al-Ju\u2019fi, Ya\u2019la bin Ubaid dan lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Dan di antara murid-muridnya ialah Shalih (anak dari imam al-\u2018Ijli), Sa\u2019id bin \u2018Utsman, \u2018Utsman bin Jadid al-Albiri, Sa\u2019id bin Ishaq, dan Muhammad bin Fathis al-Ghafiqi.<\/p>\n\n\n\n

Pujian Para Ulama<\/h2>\n\n\n\n

Al-\u2018Ijli mendapat banyak pujian karena kedudukannya dan keluasan ilmunya, Abbas bin Muhammad al-Dauri, murid dari Yahya bin Ma\u2019in, berkata: \u201cKami menganggapnya seperti Ahmad bin Hanbal dan Yahya bin Ma\u2019in<\/em>\u201d.<\/p>\n\n\n\n

Al-Walid bin Bakr al-Andalusi berkata bahwa al-\u2018Ijli merupakan salah seorang imam hadis, seorang hafiz yang unggul, dan termasuk orang yang wara\u2019<\/em> dan zuhud.<\/p>\n\n\n\n

Al-Khatib dalam Tarikh Baghdad<\/em> menyebutkan bahwa tidak ada yang serupa dan tidak ada yang sebanding dengan al-\u2018Ijli di kota Maroko pada zaman itu dengan pengetahuannya dalam bidang hadis dan kepandaiannya dan zuhudnya.<\/p>\n\n\n\n

Al-Zarkali berkata: \u201c(al-\u2018Ijli) merupakan ahli sejarah tentang perawi-perawi hadis, dan salah seorang yang menjaga hadis<\/em>\u201d.<\/p>\n\n\n\n

Ibn al-\u2018Adim berkata bahwa al-\u2018Ijli merupakan hafiz besar yang memiliki banyak hadis, mendalami hadis dan unggul di dalamnya<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Yahya bin Ma\u2019in menyebut bahwa al-\u2018Ijli merupakan seorang yang tsiqah, anak dari seorang yang tsiqah, anak dari seorang yang tsiqah<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Pujian tersebut dilontarkan karena Ibn Ma\u2019in telah mengenal al-\u2018Ijli saat di Iraq, sebelum al-\u2018Ijli menetap di Maroko.<\/p>\n\n\n\n

Kata tsiqah<\/em> dalam ilmu hadis bermakna orang yang adil dan menjaga ketepatan baik dari hafalannya ataupun dari tulisannya. Penyebutan kata tsiqah<\/em> sebanyak tiga kali menunjukkan bahwa imam al-\u2018Ijli, ayah, serta kakeknya merupakan orang-orang yang tsiqah<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Wafatnya Imam al-\u2018Ijli<\/h2>\n\n\n\n

Al-\u2018Ijli wafat di tahun 261 H pada umur ke-79 tahun di kota Tripoli, Maroko.  Kuburan beliau berada di tepi laut, kemudian anak beliau yaitu Shalih bin Ahmad dikuburkan tepat di samping kuburannya.<\/p>\n\n\n\n

Penulis: Dini Sadiyah<\/strong> (Mahasiswi Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang<\/em>)<\/p>\n\n\n\n

Referensi:<\/strong><\/p>\n\n\n\n

\n
• Al-\u2018Ijli, Abu al-Hasan Ahmad bin Abdillah. Tarikh al-Tsiqat<\/em>. ed. Abd al-Mu\u2019thi Qal\u2019aji. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 1984.<\/li>\n\n\n\n
• Al-Baghdadi, Abu Bakr Ahmad bin Ali al-Khatib. Tarikh Baghdad<\/em>. Beirut: Dar al-Gharb al-Islami, 2002.<\/li>\n\n\n\n
• Al-Ra\u2019ud, Muhammad Abdurrazzaq. \u201cManhaj al-Hafiz al-\u2018Ijli fi Kitabihi al-Tsiqat<\/em>\u201d. Al-Majallah al-Urduniyyah fi al-Dirasat al-Islamiyyah<\/em>. Vo. 4. No. 4. (2008)<\/li>\n<\/ul>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

  Pecihitam.org – Al-\u2018Ijli merupakan imam hadis, seorang hafiz, kritikus dalam ilmu hadis, beliau adalah tokoh yang berpengaruh dalam ilmu Jarh Ta\u2019dil, juga seorang yang zuhud. Nama lengkapnya ialah Ahmad bin Abdillah bin Shalih bin Muslim, nama kunyah (panggilan) beliau adalah Abu al-Hasan al-\u2018Ijli al-Kufi. Al-\u2018Ijli lahir dan terdidik dari keluarga yang mencintai ilmu dan hadis, […]<\/p>\n","protected":false},"author":1,"featured_media":66941,"comment_status":"closed","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[16],"tags":[13059],"yoast_head":"\n