Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
{"id":7420,"date":"2019-09-04T16:32:41","date_gmt":"2019-09-04T09:32:41","guid":{"rendered":"https:\/\/pecihitam.org\/?p=7420"},"modified":"2019-09-04T16:32:43","modified_gmt":"2019-09-04T09:32:43","slug":"kembali-kepada-al-quran-dan-as-sunnah-kalimatul-haq-urida-bihal-bathil","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/www.pecihitam.org\/kembali-kepada-al-quran-dan-as-sunnah-kalimatul-haq-urida-bihal-bathil\/","title":{"rendered":"Kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah? Kalimatul Haq Urida Bihal Bathil"},"content":{"rendered":"\n
Pecihitam.org<\/strong> – Slogan Kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah<\/em> sekilas begitu ideal. Siapa pun akan setuju dengan seruan ini. Bagaimana tidak, Al-Quran dan Sunnah merupakan pedoman (manual book<\/em>) agar kita hidup bahagia dunia akhirat? Sebagaimana telah mafhum dalam hadis yang cukup masyhur. <\/p>\n\n\n\n
Aku wariskan kepadamu dua perkara yang kamu tidak akan tersesat bila berpegang teguh pada keduanya, yaitu kitab Allah dan sunnahku. (HR. Al-Hakim)<\/p>\n\n\n\n
Hanya saja ketika seruan itu dilontarkan dengan tujuan menyalahkan orang lain yang tidak sepaham, timbullah beberapa pertanyaan.
1. Kenapa masih harus kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah?<\/strong> <\/p>\n\n\n\n
Ini merupakan respon bernada guyon ala pesantren. Kenapa masih harus kembali memang selama ini tidak pakai Al-Quran dan As-Sunnah? Selama ini kami sudah hidup berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah. Kenapa kami harus kembali. Justeru Anda yang harus kembali. Karena sudah terlalu lama keluar.
Bertahun-bertahun paham dan praktik keagamaan berjalan dengan adem di atas konsensus ulama yang berpijak di atas Al-Quran dan As-Sunnah, tiba-tiba ada kelompok kesiangan yang berteriak mengajak kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah. Jadi selama ini mereka pakai apa? Jangan-jangan mereka selama ini telah keluar menjauh dari Al-Quran dan As-Sunnah, bahkan agama. Jadi teringat sabda Nabi:<\/p>\n\n\n\n
“Akan keluar di dalam umat ini suatu kaum yang kalian menganggap remeh shalat kalian dibandingkan shalat mereka. Mereka membaca Al-Qur-an namun tidak melewati kerongkongan. Mereka keluar dari agama bagaikan anak panah yang keluar dari busurnya.\u201d (HR. Al-Bukhari)
Pembukuan Al-Quran pada masa Abu Bakar atas usul Umar bin Khatthab. Pelaksanaan shalat tarawih secara berjamaah pada masa Umar bin Kkatthab. Adzan dua kali pada hari Jumat di masa Utsman bin Affan. Shalat sunnah sebelum dan sestelah shalat ‘Id pada masa Ali bin Abi Thalib.
Apa yang disebutkan di atas merupakan bagian dari sekian praktik keagamaan yang diinisiasi oleh sahabat dan itu bukan sesuatu yang menyimpang dari Al-Quran dan As-Sunnah sekalipun tidak disebutkan secara eksplisit di dalam keduanya. Ini karena – sebagaimana sabda Nabi – ummatku tidak akan bersepakat dalam kesesatan.
\u201cAku meminta kepada Tuhanku agar umatku tidak bersepakat dalam kesesatan. Maka Dia memberikannya\u201d. (HR. Ahmad)
Waktu itu tidak ada yang ngotot: “Jangan lakukan. Ini tidak ada dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Kita harus kembali”. Kenapa? Karena mereka paham bahwa itu bersesuaian dengan Al-Quran dan As-Sunnah.
Lalu kalau hari ini ada yang berteriak: “Adzan kedua itu bid’ah. Harus ditinggalkan. Kita harus kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah”. Kita jadi curiga jangan-jangan orang itu yang justeru selama ini keluar menjauh dari Al-Quran dan As-Sunnah. Jangan-jangan ini wujud dari karakter yang diilustrasikan dalam sabda Nabi tersebut.
2. Apakah seruan Kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah bermaksud agar langsung mengambil hukum dari keduanya?<\/strong>
Apakah kita disuruh untuk langsung mengambil hukum sendiri dari Al-Quran dan As-Sunnah? Apakah kita disuruh menjadi mujtahid mutlaq mustaqil<\/em>? Jika demikian, mampukah kita? Berapa banyak perangkat pengetahuan kita tentang ilmu-ilmu Al-Quran? Berapa ratus ribu hadis yang kita hafal dengan sanad sampai kepada Nabi? Jangan-jangan Surah Yasin saja tidak hafal. Jangan-jangan baca al-Quran masih terbata-bata.
Sekelas Imam Nawawi dan Imam Rafi’i saja tidak mendaulat dirinya sebagai mujtahid mutlaq mustaqil<\/em>. Lalu kenapa orang yang tidak paham tentang isim mufrad dan jama’ taksir saja, memberanikan diri? Kita ini siapa kok mau langsung istinbath hukum dari Al-Quran dan As-Sunnah?
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki…. (QS. Al-Maidah: 6)
Jika orang dengan pede<\/em> langsung mau istinbath<\/em> hukum sendiri dari ayat ini, maka setidaknya akan ada tiga kesalahan.
Pertama, ia akan melakukan wudhu’ setelah shalat, bukan sebelum shalat. Karena ia bersikukuh qumtum<\/em> adalah fi’il madi<\/em>.
Kedua, ia akan selalu mewajibkan wudhu’ setiap akan melakukan shalat, karena adanya amar faghsilu<\/em> yang yang mana perintah selalu diapahami sebagai kewajiban. Padahal bagi orang yang wudu’nya tidak batal, maka tidak ada kewajiban baginya untuk wudhu’ lagi jika ingin shalat. Jadi satu wudhu’ bisa untuk shalat Maghrib dan Isya misalnya jika memang tidak batal.
Ketiga, ia akan beranggapan hanya ibadah shalat saja yang harus punya wudhu’. Karena ayat di atas sekilas perintah wudhu’ hanya berkaitan dengan shalat. Padahal ada beberapa ibadah lain yang disyaratkan punya wudhu’.
3. Apakah seruan Kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah hanya mengajak meninggalkan madzhab khususnya madzhab Syafi’i?<\/strong>