Pecihitam.org \u2013<\/strong> Khutbah jumat merupakan salah satu ibadah yang menentukan keabsahan dalam prosesi shalat jumat. Khutbah jumat dilakukan dua kali, di antara khutbah pertama dan kedua, dipisahkan dengan duduk. Karenanya, rukun, syarat dan segala ketentuannya harus terpenuhi agar pelaksanaan jumat sah. Pada pembahasan ini penulis ingin menguraikan apa saja syarat khatib jumat yang harus dipeunuhi seorang khatib.<\/p>\n\n\n\n

Khutbah Jumat<\/a><\/strong> memiliki lima rukun yang harus dipenuhi; membaca hamdalah, shalawat Nabi dan wasiat bertakwa di kedua khutbah, membaca ayat suci al-Quran di salah satu dua khutbah serta membaca doa untuk umat di khutbah kedua.<\/p>\n\n\n\n

Adapun Syarat khatib jumat yang harus terpenuhi adalah sebagai berikut:<\/p>\n\n\n\n

1. Khatib harus laki-laki<\/strong>.<\/p>\n\n\n\n

Syarat ini sebagaimana\nsyarat diperdengarkan dan didengar jamaah serta berbahasa Arab juga berlaku\nuntuk selain khutbah Jumat, seperti khutbah shalat hari raya dan shalat\ngerhana. Sehingga tidak sah khutbah dilakukan oleh perempuan.<\/p>\n\n\n\n

Syekh\nal-Qalyubi mengatakan:<\/p>\n\n\n\n

\u0648\u064a\u0634\u062a\u0631\u0637 \u0643\u0648\u0646 \u0627\u0644\u062e\u0637\u064a\u0628 \u0630\u0643\u0631\u0627 \u0623\u0648 \u0643\u0648\u0646\u0647 \u062a\u0635\u062d \u0625\u0645\u0627\u0645\u062a\u0647 \u0644\u0644\u0642\u0648\u0645 \u0643\u0645\u0627 \u0642\u0627\u0644\u0647 \u0634\u064a\u062e\u0646\u0627 \u0627\u0644\u0631\u0645\u0644\u064a \u0648\u0627\u0639\u062a\u0645\u062f\u0647 \u0634\u064a\u062e\u0646\u0627 \u0627\u0644\u0632\u064a\u0627\u062f\u064a \u0627\u0644\u0649 \u0627\u0646 \u0642\u0627\u0644 \u0648\u0634\u0631\u0637 \u0627\u0644\u0630\u0643\u0648\u0631\u0629 \u062c\u0627\u0631 \u0641\u064a \u0633\u0627\u0626\u0631 \u0627\u0644\u062e\u0637\u0628 \u0643\u0627\u0644\u0625\u0633\u0645\u0627\u0639 \u0648\u0627\u0644\u0633\u0645\u0627\u0639 \u0648\u0643\u0648\u0646 \u0627\u0644\u062e\u0637\u0628\u0629 \u0639\u0631\u0628\u064a\u0629<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Disyaratkan khathib seorang laki-laki atau orang yang sah menjadi imam bagi jamaah sebagaimana yang dikatakan Syekh al-Ramli dan dibuat pegangan oleh guru kami Syekh al-Zayadi. Syarat ini berlaku juga di selain khutbah Jumat sebagaimana syarat khutbah harus diperdengarkan dan didengar oleh jamaah serta syarat harus berbahasa Arab. (Lihat: Syekh al-Qalyubi, Hasyiyah al-Qalyubi \u2018ala al-Mahalli, juz 1).<\/p>\n\n\n\n

2. Khatib harus melantangkan suara saat berkhutbah dan didengar oleh jamaah Jumat.<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Khutbah\ndisyaratkan harus dengan suara yang keras. Sekiranya dapat didengar oleh\njama\u2019ah jumat yang mengesahkan pelaksanaan Jumat, yaitu setiap muslim yang\nbaligh, berakal, merdeka, berjenis kelamin laki-laki dan bertempat tinggal\ntetap.<\/p>\n\n\n\n

3.\u00a0Khatib harus membacakan khutbah di kawasan lingkungan penduduk desa.<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Penyampaian\nkhutbah harus berada di kawasan tempat pelaksanaan Jumat. Maksudnya, posisi\nkhatib harus berada di titik yang masih tergolong wilayah pelaksanaan Jumat.\nMeski Jamaah Jumat mendengarkan khutbah di luar kawasan Jumat, khutbah tetap\nsah, asalkan khatib menyampaikannya di kawasan pelaksanaan Jumat.<\/p>\n\n\n\n

\u00a04. Khatib harus suci dari dua hadats.<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Khatib harus\nsuci dari hadas besar maupun hadas kecil.<\/p>\n\n\n\n

\u00a05. Khatib harus suci dari najis<\/strong>.<\/p>\n\n\n\n

Karena najis\nberbentuk macam-macam maka khatib harus suci dari hal tersebut.<\/p>\n\n\n\n

6. Khatib harus menutup aurat.<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Khatib dalam\nmenyampaikan khutbah harus menutup aurat karena khutbah jumat termasuk ibadah.<\/p>\n\n\n\n

7. Khatib dalam berkhutbah harus dilakukan dengan berdiri.<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Khutbah Jumat\nharus dilakukan dengan berdiri bagi orang yang mampu. Tidak sah dilakukan\ndengan duduk. Bila tidak mampu berdiri, misalkan karena sakit atau faktor usia,\nmaka boleh dilakukan dengan duduk. Bila tidak mampu duduk, maka boleh dengan\ncara tidur miring.<\/p>\n\n\n\n

Bagi khatib\nyang tidak mampu berdiri, tetap sah bertindak sebagai khatib meski ditemukan\norang lain yang mampu melaksanakan khutbah dengan berdiri. Namun yang lebih\nutama adalah digantikan orang lain yang mampu berdiri.<\/p>\n\n\n\n

Syekh Habin\nMuhammad bin Ahmad al-Syathiri mengatakan:<\/p>\n\n\n\n

\u0641\u0625\u0646 \u0639\u062c\u0632 \u062e\u0637\u0628 \u062c\u0627\u0644\u0633\u0627 \u0641\u0625\u0646 \u0639\u062c\u0632 \u0627\u0636\u0637\u062c\u0639 \u0648\u0627\u0644\u0623\u0648\u0644\u0649 \u0644\u0647 \u0627\u0644\u0627\u0633\u062a\u062e\u0644\u0627\u0641<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Jika tidak mampu berdiri, maka cukup berkhutbah dengan duduk, jika tidak mampu duduk, maka berkhutbah dengan posisi tidur miring. Yang lebih utama bagi yang tidak mampu adalah menggantikan dirinya dengan orang yang mampu berdiri. (Lihat: Syekh Muhammad bin Ahmad al-Syathiri, Syarh al-Yaqut al-Nafis).<\/p>\n\n\n\n

8. Khatib dalam berkhutbah jumat harus disertai duduk di antara dua khutbah.<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Khutbah jumat dilaksanakan\nsebanyak dua kali, di antara kedua khutbahnya harus dipisah dengan duduk.\nStandar minimal duduk di antara dua khutbah adalah kadar minimal thuma\u2019ninah\ndalam shalat, yaitu diam sekira cukup untuk membaca subhanallah.<\/p>\n\n\n\n

Bagi khatib\nyang tidak mampu berdiri, memisah dua khutbah baginya adalah dengan cara diam\nsejenak melebihi durasi diam untuk mengambil nafas. Demikian pula bagi khatib\nyang mampu berdiri, namun tidak mampu duduk untuk memisah di antara dua\nkhutbahnya.<\/p>\n\n\n\n

Disunnahkan\nkadar pemisah di antara dua khutbah, sekiranya cukup membaca surat al-Ikhlash.\nDemikian pula dianjurkan bagi khatib membacanya saat duduk atau berhenti\nsejenak (bagi yang tidak mampu) untuk memisah dua khutbah jumat.<\/p>\n\n\n\n

9. Khatib dalam berkhutbah berkesinambungan di antara rukun khutbah.<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Rukun khutbah\nharus dibaca secara berkesinambungan, tidak boleh ada jeda atau pemisah berupa\npembicaraan lain yang menyimpang dari isi khutbah.<\/p>\n\n\n\n

10. Berkesinambungan antara khutbah dan shalat Jumat<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Yang dimaksud berkesinambungan\ndi sini adalah jarak antara khutbah dan shalat Jumat tidak boleh terlalu lama,\nsekiranya setelah khutbah kedua selesai, takbiratul ihram shalat jumat\ndilakukan sebelum melewati masa yang cukup untuk melakukan shalat dua rakaat\ndengan standar umum yang paling ringan (tidak terlalu panjang dan lama). <\/p>\n\n\n\n

11. Khutbah harus berbahasa Arab.<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Yang dimaksud\ndengan syarat berbahas Arab di sini adalah hanya rukun-rukun khutbah saja,\nmeliputi bacaan hamdalah, shalawat, pesan bertakwa, bacaan ayat suci al-Quran\ndan bacaan doa untuk kaum muslimin muslimat.<\/p>\n\n\n\n

Sedangkan untuk\nselainnya, diperbolehkan menggunakan bahasa selain bahasa arab, seperti yang\nterlaku di Indonesia. Hal tersebut diperbolehkan dan tidak termasuk memutus\nkewajiban muwalah (terus menerus) di antara rukun khutbah.<\/p>\n\n\n\n

12. Khatib dalam berkhutbah dilakukan di waktu zhuhur.<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Khutbah harus\ndilaksanakan di waktu zhuhur, sebagaimana keberadaan shalat jumat sendiri,\nkarena posisi khutbah jumat menempati tempatnya dua rakaat shalat.<\/p>\n\n\n\n

Demikian\npenjelasan terkait syarat khatib jumat dan dari penjelasan di atas semoga\nbermanfaat dan dipahami dengan baik.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Pecihitam.org \u2013 Khutbah jumat merupakan salah satu ibadah yang menentukan keabsahan dalam prosesi shalat jumat. Khutbah jumat dilakukan dua kali, di antara khutbah pertama dan kedua, dipisahkan dengan duduk. Karenanya, rukun, syarat dan segala ketentuannya harus terpenuhi agar pelaksanaan jumat sah. Pada pembahasan ini penulis ingin menguraikan apa saja syarat khatib jumat yang harus dipeunuhi […]<\/p>\n","protected":false},"author":40,"featured_media":7798,"comment_status":"open","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[1691,2391],"tags":[1476,3815],"yoast_head":"\n