Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
{"id":7801,"date":"2019-09-06T09:18:02","date_gmt":"2019-09-06T02:18:02","guid":{"rendered":"https:\/\/pecihitam.org\/?p=7801"},"modified":"2019-09-06T09:18:03","modified_gmt":"2019-09-06T02:18:03","slug":"kerancuan-nalar-dialektika-dikotomis-kelompok-fundamentalisme-islam","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/www.pecihitam.org\/kerancuan-nalar-dialektika-dikotomis-kelompok-fundamentalisme-islam\/","title":{"rendered":"Kerancuan Nalar Dialektika-Dikotomis Kelompok Fundamentalisme Islam"},"content":{"rendered":"\n

Pecihitam.org <\/strong>– Nalar dialektika-dikotomis adalah sudut pandang terhadap dunia yang bersifat Manikean, dengan melihat segala sesuatu dari dua kutub yang saling berlawanan, yakni hitam-putih, benar-salah, baik-buruk dan semacamnya. <\/p>\n\n\n\n

Paradigma semacam ini sangat mewarnai nalar berpikir kelompok fundamentalis<\/a><\/strong> yang umumnya hanya berbijak pada teks (nash<\/em>) dan menganggap sumber-sumber yang lain tidak mampu menuntun pada kebenaran. Suatu kebenaran, kata mereka, hanya ada pada teks kitab suci dan akal hanya dapat menerimanya tanpa ada sanggahan atau analisis kritis. Sehingga kebenaran adalah tunggal, tetap dan bersifat mutlak.<\/p>\n\n\n\n

Karena hanya berpijak pada teks agama, kelompok fundamentalis lalu menjadikan ayat-ayat suci sebagai satu-satunya pondasi kebenaran dan sumber pembenar, sementara yang lain salah. <\/p>\n\n\n\n

Sebagai contoh, mereka sering mengutip Surat al-Maidah (Alquran: 44), bahwa Allah memberitahukan kepada siapa saja yang tidak menggunakan hukum Allah akan dikategorikan kafir, fasik, dan zalim. Kafir artinya tidak mau menerima kebenaran, fasik artinya orang yang mungkar, sedangkan zalim artinya perbuatan yang tanpa norma. <\/p>\n\n\n\n

Sebenarnya ada berbagai tafsir dan versi kontekstualisasi ayat ini,\ntetapi kelompok fundamentalis sering mengklaim ayat ini sebagai kedaulatan\ngerakan, sehingga menjadi kontraproduktif di tengah-tengah masyarakat modern\nyang sudah bosan dengan perang dan kekacauan warisan masa lampau.<\/p>\n\n\n\n

Bagi kelompok fundamentalis, juga umumnya pemeluk Islam, sesuatu\nyang tidak sesuai bahkan bertentangan dengan syariat Allah adalah salah.\nPendapat demikian adalah benar sekali, tetapi kemudian menjadi tidak benar jika\ndiartikan harus menolak demokrasi. <\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks ini, mereka terpukau dan bercita-cita akan\nmemperjuangkan khilafah dengan merujuk pada apa yang telah dilakukan pada era\nNabi dan sahabatnya. Imajinasi mereka tentang negara Islam, sebagaimana digambarkan\noleh An-Nabhani, pendiri Hizbut Tahrir, bahwa pemimpin negara Islam adalah seorang\nkhilafah yang menerapkan syariat Islam.<\/p>\n\n\n\n

Di masa kontemporer sekarang ini, gerakan fundamentalisme Islam mendapat bangunan kerangka teoritis yang makin mantab pada pemikiran Abul A\u2019la Maududi dari Pakistan dan Sayyid Qutb dari Mesir. Al-Maududi berusaha menyalurkan gagasannya melalui majalah Tarjuman al-Qur\u2019an<\/em> dan partai politik Jama\u2019ah Islamiyah<\/em>. Partai yang didirikan ini menampilkan pemikiran dan tindakan kekerasan lantaran pengaruh pemikiran al-Maududi sehingga sering dikategorikan ke dalam organisasi Islam fundamentalis. <\/p>\n\n\n\n

Ada beberapa pemikiran al-Maududi yang merefleksikan nalar\ndialektika-dikotomis yang bisa dijadikan ilustrasi, yakni metode berpikir yang\nmenolak jalan ketiga dari dua kutub yang saling berlawanan. Al-Maududi\nmenyatakan bahwa Islam itu mutlak benar dan tidak akan berubah menjadi salah. <\/p>\n\n\n\n

Sebaliknya, jahiliah mutlak salah dan tidak akan berubah menjadi\nbenar. Pemerintahan Tuhan, adalah mutlak benar, dan sebaliknya, pemerintahan\nmanusia mutlak salah. Jahiliah modern adalah lebih jahiliah daripada jahiliah\npra-Islam yang kemudian dia sebuat sebagai thaghut<\/em>. Keimanan dan\njihad juga saling memiliki hubungan. Seseorang yang tidak menolong agama Islam\ndan tidak berjihad fi sabilillah<\/em>,\nmaka keimanan dan keislamannya perlu diragukan.<\/p>\n\n\n\n

Demikian juga Sayyid Qutb yang berpikir secara dikotomis. Dia\nmemandang bahwa ada dua metode berpikir yang saling berhadapan, yakni metode qur\u2019ani<\/em>\n(tekstual) dan metode jahiliah. Metode qur\u2019ani<\/em> mendasarkan\npada dua kalimat syahadat, sedangkan metode jahiliah hanya mendasarkan pada\npola pikir manusia yang disebut thaghut<\/em>.\n<\/p>\n\n\n\n

Menurut Qutb, Islam hanya mengenal dua jenis masyarakat, yakni\nmasyarakat Islami dan masyarakat jahiliah. Masyarakat Islami telah menerapkan\najaran Islam, yakni akidah, ibadah, syariat, aturan-aturan, dan akhlak.\nSebaliknya, masyarakat jahiliah merupakan masyarakat yang tidak menerapkan\najaran Islam. Sayyid Qutb memproklamasikan gerakan revolusioner melalui Jih<\/em>a<\/em>d fi Sabilillah<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Nalar qur\u2019ani<\/em>\nSayyid Qutb jelas sangat bersifat tekstualis, artinya ia mengembangkan jenis\nnalar bayani secara ketat dan menolak jenis nalar yang lainnya sebagai sumber\nkebenaran. Nalar tekstual ini mengacu pada ayat-ayat yang bersifat perintah\ndari Allah untuk menerapkan hukum-hukum Tuhan di bumi. Sehingga gaya berpikir\nsemacam ini tidak bisa lepas dari paradigma dialektika-dikotomis yang\nmeletakkan segala sesuatunya secara berhadap-hadapan. <\/p>\n\n\n\n

Islam yang terkandung dalam metode qur\u2019ani<\/em>\ntadi, menurut Qutb, merupakan metode Ilahi yang diturunkan untuk kepentingan\nmanusia dalam mengarungi hidup di muka bumi. Sebagai metode Ilahi, Islam adalah\nsebuah agama yang mempunyai kebenaran yang bersifat mendasar, baik dilihat dari\nsisi wataknya, identitasnya maupun metode penerapannya dalam kehidupan manusia.\n<\/p>\n\n\n\n

Sementara itu, al-Maududi memandang, kekuatan besar Barat sedang\nbersatu padu untuk menghancurkan Islam. Kaum muslim, harus bersatu untuk\nmelawan sekularisme, jika mereka ingin agama dan budaya mereka bertahan.\nMaududi menantang seluruh etos sekuler, dia mengusulkan teologi pembebasan Islam.\nKarena Allah yang berdaulat, tidak seorang pun wajib menerima perintah dari\nsetiap manusia lainnya.<\/p>\n\n\n\n

Begitu juga dengan Sayyid Qutb, akibat menggunakan nalar dikotomis\nitu, ia justru melangkah lebih jauh daripada Maududi, yang hanya melihat\nmasyarakat non-muslim sebagai jahili. Qutb menerapkan istilah jahiliah, yang\ndalam historiografi Islam konvensional hanya digunakan untuk menggambarkan\nperiode pra-Islam di Arabia, kepada masyarakat muslim kontemporer. <\/p>\n\n\n\n

Menurut Aksin Wijaya (2018), Qutb menyerukan agar umat Islam\nkembali pada Islam autentik sebagaimana diajarkan oleh ulama salaf shalih\ndengan merujuk pada sumber aslinya, al-Qur\u2019an dan hadits. Melalui kedua sumber\nini, Qutb lalu memandang orang-orang yang tidak mengikuti ajaran Islam autentik\ndisebut jahiliah. Kebenaran itu tunggal, dan tidak berbilang. Kebenaran itu\nhanya ada pada Islam. Jahiliah, sebagai lawan dari Islam, adalah kesesatan.\nKeduanya tidak bisa dicampuradukkan. Kalau tidak Islam, pasti jahiliah, tidak\nada jalan ketiga, keempat, dan seterusnya<\/p>\n\n\n\n

Jika dikaji secara teliti, antara al-Maududi dan Sayyid Qutb sama-sama menerapkan paradigma berpikir dialektika-dikotomis dan menutup diri pada kemungkinan kebenaran yang lain dalam segala hal. Mereka menolak fakta bahwa banyak hal dapat mengalami perubahan. <\/p>\n\n\n\n

Sehingga mereka memahami Islam sebagai mutlak benar dan tidak akan berubah menjadi salah, dan sebaliknya, jahiliah mutlak salah dan tidak akan berubah menjadi benar. Hukum Allah (al-Hakimiyyah al-Ilahiyyah<\/em>) adalah mutlak benar, dan hukum manusia (al-Hakimiyyah al-Basyariyyah<\/em>) mutlak salah, serta jahliah modern lebih jahiliah daripada jahiliah pra-Islam atau disebut thaghut<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Dalam pandangan al-Jabiri (1991), karakteristik nalar berpikir\nbayani yang terlalu memusatkan pada otoritas teks, sebagaimana kaum\nfundamentalis, memang cenderung mengabaikan pertimbangan epistemologi lain\ndalam memproduksi pengetahuan. Mereka menolak hal-hal yang datang dari luar,\nmenolak kebenaran lain dan menolak hampir seluruh inovasi pemikiran manusia. <\/p>\n\n\n\n

Dengan kata lain, gaya berpikir semacam ini memiliki konsekuensi\npada cara berpikir yang dialektis-dikotomis, yakni apapun yang berasal dari\nteks (nash) selalu benar, sementara yang berasal dari luar teks selalu salah. <\/p>\n\n\n\n

Salah\nsatu karakteristik penting dari nalar dialektika-dikotomis yang ada dalam\npemikiran fundamentalisme Islam adalah mereka sama sekali menolak realitas\nperubahan dan perkembangan zaman dengan segala konsekuensinya. Ia bahkan\nmenjadi sangat subordinat dari teks. <\/p>\n\n\n\n

Sesuatu yang baru, menurut mereka, tidak memiliki arti apa-apa dihadapan sesuatu yang lama (al-Qur\u2019an dan hadit), atau paling tidak sesuatu yang baru harus tunduk pada sesuatu yang lama. <\/p>\n\n\n\n

Akhirnya, mereka terjabak pada pemutlak-mutlakkan kebenaran, yakni yang benar selalu mutlak benar dan yang salah juga mutlak salah. Tidak ada sesuatu yang relatif dan berubah di antara keduanya, oleh karenanya tidak ada yang perlu untuk dipikirkan kembali, titik.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Pecihitam.org – Nalar dialektika-dikotomis adalah sudut pandang terhadap dunia yang bersifat Manikean, dengan melihat segala sesuatu dari dua kutub yang saling berlawanan, yakni hitam-putih, benar-salah, baik-buruk dan semacamnya. Paradigma semacam ini sangat mewarnai nalar berpikir kelompok fundamentalis yang umumnya hanya berbijak pada teks (nash) dan menganggap sumber-sumber yang lain tidak mampu menuntun pada kebenaran. Suatu […]<\/p>\n","protected":false},"author":13,"featured_media":7805,"comment_status":"open","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[8],"tags":[3816,2127],"yoast_head":"\nKerancuan Nalar Dialektika-Dikotomis Kelompok Fundamentalisme Islam - Pecihitam.org<\/title>\n<meta name=\"description\" content=\"Salah satu karakteristik penting dari nalar dialektika-dikotomis yang ada dalam pemikiran fundamentalisme Islam adalah mereka menolak realitas perubahan\" \/>\n<meta name=\"robots\" content=\"index, follow, max-snippet:-1, max-image-preview:large, max-video-preview:-1\" \/>\n<link rel=\"canonical\" href=\"https:\/\/pecihitam.org\/kerancuan-nalar-dialektika-dikotomis-kelompok-fundamentalisme-islam\/\" \/>\n<meta property=\"og:locale\" content=\"en_US\" \/>\n<meta property=\"og:type\" content=\"article\" \/>\n<meta property=\"og:title\" content=\"Kerancuan Nalar Dialektika-Dikotomis Kelompok Fundamentalisme Islam - Pecihitam.org\" \/>\n<meta property=\"og:description\" content=\"Salah satu karakteristik penting dari nalar dialektika-dikotomis yang ada dalam pemikiran fundamentalisme Islam adalah mereka menolak realitas perubahan\" \/>\n<meta property=\"og:url\" content=\"https:\/\/pecihitam.org\/kerancuan-nalar-dialektika-dikotomis-kelompok-fundamentalisme-islam\/\" \/>\n<meta property=\"og:site_name\" content=\"Pecihitam.org\" \/>\n<meta property=\"article:publisher\" content=\"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/\" \/>\n<meta property=\"article:published_time\" content=\"2019-09-06T02:18:02+00:00\" \/>\n<meta property=\"article:modified_time\" content=\"2019-09-06T02:18:03+00:00\" \/>\n<meta property=\"og:image\" content=\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/09\/Kerancuan-Nalar-Dialektika-Dikotomis-Kelompok-Fundamentalisme-Islam.jpg\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:width\" content=\"1024\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:height\" content=\"576\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:type\" content=\"image\/jpeg\" \/>\n<meta name=\"author\" content=\"Rohmatul Izad\" \/>\n<meta name=\"twitter:card\" content=\"summary_large_image\" \/>\n<meta name=\"twitter:label1\" content=\"Written by\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:data1\" content=\"Rohmatul Izad\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:label2\" content=\"Est. reading time\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:data2\" content=\"5 minutes\" \/>\n<script type=\"application\/ld+json\" class=\"yoast-schema-graph\">{\"@context\":\"https:\/\/schema.org\",\"@graph\":[{\"@type\":\"Article\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/kerancuan-nalar-dialektika-dikotomis-kelompok-fundamentalisme-islam\/#article\",\"isPartOf\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/kerancuan-nalar-dialektika-dikotomis-kelompok-fundamentalisme-islam\/\"},\"author\":{\"name\":\"Rohmatul Izad\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/6ff77bd4e73f1d72c0f96789b040072a\"},\"headline\":\"Kerancuan Nalar Dialektika-Dikotomis Kelompok Fundamentalisme Islam\",\"datePublished\":\"2019-09-06T02:18:02+00:00\",\"dateModified\":\"2019-09-06T02:18:03+00:00\",\"mainEntityOfPage\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/kerancuan-nalar-dialektika-dikotomis-kelompok-fundamentalisme-islam\/\"},\"wordCount\":1065,\"commentCount\":0,\"publisher\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#organization\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/kerancuan-nalar-dialektika-dikotomis-kelompok-fundamentalisme-islam\/#primaryimage\"},\"thumbnailUrl\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/09\/Kerancuan-Nalar-Dialektika-Dikotomis-Kelompok-Fundamentalisme-Islam.jpg\",\"keywords\":[\"dialektika-dikotomis\",\"islam fundamental\"],\"articleSection\":[\"Opini\"],\"inLanguage\":\"en-US\",\"potentialAction\":[{\"@type\":\"CommentAction\",\"name\":\"Comment\",\"target\":[\"https:\/\/pecihitam.org\/kerancuan-nalar-dialektika-dikotomis-kelompok-fundamentalisme-islam\/#respond\"]}]},{\"@type\":\"WebPage\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/kerancuan-nalar-dialektika-dikotomis-kelompok-fundamentalisme-islam\/\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/kerancuan-nalar-dialektika-dikotomis-kelompok-fundamentalisme-islam\/\",\"name\":\"Kerancuan Nalar Dialektika-Dikotomis Kelompok Fundamentalisme Islam - Pecihitam.org\",\"isPartOf\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#website\"},\"primaryImageOfPage\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/kerancuan-nalar-dialektika-dikotomis-kelompok-fundamentalisme-islam\/#primaryimage\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/kerancuan-nalar-dialektika-dikotomis-kelompok-fundamentalisme-islam\/#primaryimage\"},\"thumbnailUrl\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/09\/Kerancuan-Nalar-Dialektika-Dikotomis-Kelompok-Fundamentalisme-Islam.jpg\",\"datePublished\":\"2019-09-06T02:18:02+00:00\",\"dateModified\":\"2019-09-06T02:18:03+00:00\",\"description\":\"Salah satu karakteristik penting dari nalar dialektika-dikotomis yang ada dalam pemikiran fundamentalisme Islam adalah mereka menolak realitas perubahan\",\"breadcrumb\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/kerancuan-nalar-dialektika-dikotomis-kelompok-fundamentalisme-islam\/#breadcrumb\"},\"inLanguage\":\"en-US\",\"potentialAction\":[{\"@type\":\"ReadAction\",\"target\":[\"https:\/\/pecihitam.org\/kerancuan-nalar-dialektika-dikotomis-kelompok-fundamentalisme-islam\/\"]}]},{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/kerancuan-nalar-dialektika-dikotomis-kelompok-fundamentalisme-islam\/#primaryimage\",\"url\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/09\/Kerancuan-Nalar-Dialektika-Dikotomis-Kelompok-Fundamentalisme-Islam.jpg\",\"contentUrl\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/09\/Kerancuan-Nalar-Dialektika-Dikotomis-Kelompok-Fundamentalisme-Islam.jpg\",\"width\":1024,\"height\":576,\"caption\":\"Kerancuan Nalar Dialektika-Dikotomis Kelompok Fundamentalisme Islam\"},{\"@type\":\"BreadcrumbList\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/kerancuan-nalar-dialektika-dikotomis-kelompok-fundamentalisme-islam\/#breadcrumb\",\"itemListElement\":[{\"@type\":\"ListItem\",\"position\":1,\"name\":\"Home\",\"item\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\"},{\"@type\":\"ListItem\",\"position\":2,\"name\":\"Kerancuan Nalar Dialektika-Dikotomis Kelompok Fundamentalisme Islam\"}]},{\"@type\":\"WebSite\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#website\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\",\"name\":\"Pecihitam.org\",\"description\":\"Suara Islam Ahlussunnah wal Jamaah\",\"publisher\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#organization\"},\"potentialAction\":[{\"@type\":\"SearchAction\",\"target\":{\"@type\":\"EntryPoint\",\"urlTemplate\":\"https:\/\/pecihitam.org\/?s={search_term_string}\"},\"query-input\":\"required name=search_term_string\"}],\"inLanguage\":\"en-US\"},{\"@type\":\"Organization\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#organization\",\"name\":\"Pecihitam.org\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\",\"logo\":{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png\",\"contentUrl\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png\",\"width\":2401,\"height\":2401,\"caption\":\"Pecihitam.org\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/\"},\"sameAs\":[\"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/\",\"https:\/\/www.instagram.com\/pecihitam_org\/\",\"https:\/\/id.pinterest.com\/pecihitam_org\/\",\"https:\/\/www.youtube.com\/channel\/UCVZO49u3U4iibd-X7MmqBcQ\"]},{\"@type\":\"Person\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/6ff77bd4e73f1d72c0f96789b040072a\",\"name\":\"Rohmatul Izad\",\"image\":{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/image\/\",\"url\":\"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/ba93774ce9134d53c46448d99649d962?s=96&r=g\",\"contentUrl\":\"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/ba93774ce9134d53c46448d99649d962?s=96&r=g\",\"caption\":\"Rohmatul Izad\"},\"description\":\"Magister Ilmu Filsafat Universitas Gadjah Mada | Alumni Pesantren Baitul Hikmah Krapyak Yogyakarta\",\"url\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/author\/rohmizad\/\"}]}<\/script>\n<!-- \/ Yoast SEO plugin. -->","yoast_head_json":{"title":"Kerancuan Nalar Dialektika-Dikotomis Kelompok Fundamentalisme Islam - Pecihitam.org","description":"Salah satu karakteristik penting dari nalar dialektika-dikotomis yang ada dalam pemikiran fundamentalisme Islam adalah mereka menolak realitas perubahan","robots":{"index":"index","follow":"follow","max-snippet":"max-snippet:-1","max-image-preview":"max-image-preview:large","max-video-preview":"max-video-preview:-1"},"canonical":"https:\/\/pecihitam.org\/kerancuan-nalar-dialektika-dikotomis-kelompok-fundamentalisme-islam\/","og_locale":"en_US","og_type":"article","og_title":"Kerancuan Nalar Dialektika-Dikotomis Kelompok Fundamentalisme Islam - Pecihitam.org","og_description":"Salah satu karakteristik penting dari nalar dialektika-dikotomis yang ada dalam pemikiran fundamentalisme Islam adalah mereka menolak realitas perubahan","og_url":"https:\/\/pecihitam.org\/kerancuan-nalar-dialektika-dikotomis-kelompok-fundamentalisme-islam\/","og_site_name":"Pecihitam.org","article_publisher":"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/","article_published_time":"2019-09-06T02:18:02+00:00","article_modified_time":"2019-09-06T02:18:03+00:00","og_image":[{"width":1024,"height":576,"url":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/09\/Kerancuan-Nalar-Dialektika-Dikotomis-Kelompok-Fundamentalisme-Islam.jpg","type":"image\/jpeg"}],"author":"Rohmatul Izad","twitter_card":"summary_large_image","twitter_misc":{"Written by":"Rohmatul Izad","Est. reading time":"5 minutes"},"schema":{"@context":"https:\/\/schema.org","@graph":[{"@type":"Article","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/kerancuan-nalar-dialektika-dikotomis-kelompok-fundamentalisme-islam\/#article","isPartOf":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/kerancuan-nalar-dialektika-dikotomis-kelompok-fundamentalisme-islam\/"},"author":{"name":"Rohmatul Izad","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/6ff77bd4e73f1d72c0f96789b040072a"},"headline":"Kerancuan Nalar Dialektika-Dikotomis Kelompok Fundamentalisme Islam","datePublished":"2019-09-06T02:18:02+00:00","dateModified":"2019-09-06T02:18:03+00:00","mainEntityOfPage":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/kerancuan-nalar-dialektika-dikotomis-kelompok-fundamentalisme-islam\/"},"wordCount":1065,"commentCount":0,"publisher":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#organization"},"image":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/kerancuan-nalar-dialektika-dikotomis-kelompok-fundamentalisme-islam\/#primaryimage"},"thumbnailUrl":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/09\/Kerancuan-Nalar-Dialektika-Dikotomis-Kelompok-Fundamentalisme-Islam.jpg","keywords":["dialektika-dikotomis","islam fundamental"],"articleSection":["Opini"],"inLanguage":"en-US","potentialAction":[{"@type":"CommentAction","name":"Comment","target":["https:\/\/pecihitam.org\/kerancuan-nalar-dialektika-dikotomis-kelompok-fundamentalisme-islam\/#respond"]}]},{"@type":"WebPage","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/kerancuan-nalar-dialektika-dikotomis-kelompok-fundamentalisme-islam\/","url":"https:\/\/pecihitam.org\/kerancuan-nalar-dialektika-dikotomis-kelompok-fundamentalisme-islam\/","name":"Kerancuan Nalar Dialektika-Dikotomis Kelompok Fundamentalisme Islam - Pecihitam.org","isPartOf":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#website"},"primaryImageOfPage":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/kerancuan-nalar-dialektika-dikotomis-kelompok-fundamentalisme-islam\/#primaryimage"},"image":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/kerancuan-nalar-dialektika-dikotomis-kelompok-fundamentalisme-islam\/#primaryimage"},"thumbnailUrl":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/09\/Kerancuan-Nalar-Dialektika-Dikotomis-Kelompok-Fundamentalisme-Islam.jpg","datePublished":"2019-09-06T02:18:02+00:00","dateModified":"2019-09-06T02:18:03+00:00","description":"Salah satu karakteristik penting dari nalar dialektika-dikotomis yang ada dalam pemikiran fundamentalisme Islam adalah mereka menolak realitas perubahan","breadcrumb":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/kerancuan-nalar-dialektika-dikotomis-kelompok-fundamentalisme-islam\/#breadcrumb"},"inLanguage":"en-US","potentialAction":[{"@type":"ReadAction","target":["https:\/\/pecihitam.org\/kerancuan-nalar-dialektika-dikotomis-kelompok-fundamentalisme-islam\/"]}]},{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/kerancuan-nalar-dialektika-dikotomis-kelompok-fundamentalisme-islam\/#primaryimage","url":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/09\/Kerancuan-Nalar-Dialektika-Dikotomis-Kelompok-Fundamentalisme-Islam.jpg","contentUrl":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/09\/Kerancuan-Nalar-Dialektika-Dikotomis-Kelompok-Fundamentalisme-Islam.jpg","width":1024,"height":576,"caption":"Kerancuan Nalar Dialektika-Dikotomis Kelompok Fundamentalisme Islam"},{"@type":"BreadcrumbList","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/kerancuan-nalar-dialektika-dikotomis-kelompok-fundamentalisme-islam\/#breadcrumb","itemListElement":[{"@type":"ListItem","position":1,"name":"Home","item":"https:\/\/pecihitam.org\/"},{"@type":"ListItem","position":2,"name":"Kerancuan Nalar Dialektika-Dikotomis Kelompok Fundamentalisme Islam"}]},{"@type":"WebSite","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#website","url":"https:\/\/pecihitam.org\/","name":"Pecihitam.org","description":"Suara Islam Ahlussunnah wal Jamaah","publisher":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#organization"},"potentialAction":[{"@type":"SearchAction","target":{"@type":"EntryPoint","urlTemplate":"https:\/\/pecihitam.org\/?s={search_term_string}"},"query-input":"required name=search_term_string"}],"inLanguage":"en-US"},{"@type":"Organization","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#organization","name":"Pecihitam.org","url":"https:\/\/pecihitam.org\/","logo":{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/","url":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png","contentUrl":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png","width":2401,"height":2401,"caption":"Pecihitam.org"},"image":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/"},"sameAs":["https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/","https:\/\/www.instagram.com\/pecihitam_org\/","https:\/\/id.pinterest.com\/pecihitam_org\/","https:\/\/www.youtube.com\/channel\/UCVZO49u3U4iibd-X7MmqBcQ"]},{"@type":"Person","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/6ff77bd4e73f1d72c0f96789b040072a","name":"Rohmatul Izad","image":{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/image\/","url":"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/ba93774ce9134d53c46448d99649d962?s=96&r=g","contentUrl":"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/ba93774ce9134d53c46448d99649d962?s=96&r=g","caption":"Rohmatul Izad"},"description":"Magister Ilmu Filsafat Universitas Gadjah Mada | Alumni Pesantren Baitul Hikmah Krapyak Yogyakarta","url":"https:\/\/www.pecihitam.org\/author\/rohmizad\/"}]}},"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/7801"}],"collection":[{"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/users\/13"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=7801"}],"version-history":[{"count":0,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/7801\/revisions"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/media\/7805"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=7801"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=7801"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=7801"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}