Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
{"id":8293,"date":"2019-09-09T11:30:53","date_gmt":"2019-09-09T04:30:53","guid":{"rendered":"https:\/\/pecihitam.org\/?p=8293"},"modified":"2019-09-09T11:32:21","modified_gmt":"2019-09-09T04:32:21","slug":"ragam-makna-kafir","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/www.pecihitam.org\/ragam-makna-kafir\/","title":{"rendered":"Ragam Makna “Kafir”"},"content":{"rendered":"\n

Pecihitam.org<\/strong> – Secara umum, hubungan antara Tuhan dan manusia adalah hubungan ketuhanan dan kehambaan. Jika berjalan dengan harmonis, maka hubungan itu terjalin dengan jalinan iman<\/em>, sedangkan bila putus, maka hubungan tersebut terhalang oleh hijab ke-kufr-<\/em>an.<\/p>\n\n\n\n

Dari segi kebahasaan, sebagaimana\nkamu al-Munjid, kata kufr<\/em> berasal dari kata kerja kafara<\/em>, yakfuru<\/em>, dan\nkata benda kufran, al-syai`a<\/em>. Artinya, satarahu\nwa ghaththahu<\/em> (menutupi\nsesuatu dan menguncinya). Pelaku atau subjeknya disebut kafir<\/em> atau\norang yang menutupi atau mengunci.<\/p>\n\n\n\n

Ada pula yang berpendapat bahwa kufr<\/em> juga\nberarti menyembunyikan. Berdasarkan pengertian ini maka para petani disebut\nAllah sebagai kuffar<\/em> (bentuk plural dari kafir<\/em>) di\ndalam ayat ke-20 dari surah al-Hadid: \u201c… seperti\nperumpamaan hujan yang membuat para petani <\/em>(kuffar) kagum karena tanaman yang ditumbuhkannya …<\/em>.\u201d. Para petani disebut kuffar<\/em> karena\npekerjaan mereka memang menyembunyikan dan menutupi biji-bijian di dalam tanah\nsupaya tumbuh.<\/p>\n\n\n\n

Adapun penggunaan kata kufr<\/em> dari\nsegi istilah, jika kita merujuk kepada al-Qur`an, maka istilah kafir<\/em>\ndiartikan sebagai seorang yang ingkar dan tidak mau mengakui kebenaran agama\nkarena ia selalu menutup hatinya rapat-rapat sehingga tak dapat masuk ke dalam\nsanubarinya kebenaran sedikit pun.<\/p>\n\n\n\n

Salah satu ayat yang menggambarkan\nsifat kufr<\/em> yang ada dalam diri orang yang kafir<\/em> adalah\nayat ke-6 dari surah al-Baqarah: \u201cSesungguhnya\norang-orang kafir <\/em>(kafaru), sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan\natau tidak, mereka tidak juga akan beriman. Allah telah mengunci mati hati dan\npendengaran mereka dan penglihatan mereka ditutupi. Bagi mereka siksa yang amat\nberat<\/em>.\u201d<\/p>\n\n\n\n

Jika orang kafir<\/em>\ndisebut sebagai orang yang menutup hatinya, maka sebaliknya, orang yang selalu\nmembuka hatinya untuk menerima kebenaran disebut Allah mu`min<\/em>,\nsubjek dari kata iman<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

Ibnu Katsir dalam Tafsir Ibni\nKatsir<\/em> memaknai kata kafaru<\/em> pada ayat di atas dengan gathth al-haqq wa satarahu<\/em>, \u201cmengunci diri dan menutupnya\u201d dari\nkebenaran, sehingga apakah Nabi Saw memberi peringatan atau tidak mereka tetap saja\ntidak beriman.<\/p>\n\n\n\n

Sayyid Quthb dalam karya tafsir-nya\nFi Zhilal al-Qur`an<\/em> menyatakan bahwa ayat di atas bermaksud bahwa ada\nperbedaan antara ciri orang bertakwa (beriman) dengan orang kafir, yaitu bahwa\njendela hati orang bertakwa selalu terbuka untuk menerima kebenaran, sedangkan\nhati orang kafir selalu tertutup.<\/p>\n\n\n\n

Adapun al-Maraghi menafsirkan kata kufr<\/em>,\nsehubungan dengan tafsir ayat di atas, dengan makna penutup sesuatu, yang\nmenyelimuti. Kata tersebut juga dapat berarti petani dan juga dapat berarti menutup\nkenikmatan dalam arti tidak menyatakan syukur. \u201cSudah merupakan sunnatullah,\u201d\nsebut al-Maraghi, \u201cbagi orang-orang yang tetap berdiri pada kekafiran, Allah\nakan mengunci hati, pendengaran dan mata mereka dari petunjuk.\u201d<\/p>\n\n\n\n

Sebab-sebab kekafiran mereka\nadalah: Pertama<\/em>, terkadang mereka ingkar terhadap kebenaran\nsetelah mengetahui kebenaran itu, walaupun pada dasarnya apa yang diturunkan\nkepada Muhammad itu sudah disampaikan dengan cara yang cukup jelas. Kedua<\/em>, terkadang karena mereka berpaling\ndari kebenaran dan merasa lebih tinggi di hadapannya sehingga tidak mau melihat\nhakikat kebenaran itu.<\/p>\n\n\n\n

Hamka dalam al-Azhar-nya\nmengartikan kata kafaru<\/em> pada ayat di atas dengan \u201corang-orang yang\ntidak mau percaya\u201d dan menjelaskan ayat di atas sebagai berikut:<\/p>\n\n\n\n

\u201cOrang kafir adalah orang yang\ntelah menyediakan hatinya buat percaya, yakni bahwa di dalam hati sanubari itu\nada kesediaan buat menerima kebenaran, atau lebih tegas lagi di dalam hati\ntiap-tiap manusia itu ada tampang buat mengakui kebenaran, tetapi oleh si kafir\ntampang yang bisa tumbuh dengan baik itu ditimbunnya, dikemukakan berbagai\nalasan kebenaran dengan berbagai cara, namun bagi mereka sama saja, tidak ada\nyang mereka terima. Mereka telah mengkafiri suara hati mereka sendiri.\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cSebab mereka menjadi kafir adalah\nkarena petunjuk mereka anggap mengganggu kedudukan dan perasaan tinggi diri\nmereka.\u201d<\/p>\n\n\n\n

Dari penjelasan di atas dapat\nkiranya disimpulkan bahwa makna kafir<\/em> di dalam al-Qur`an adalah orang yang menutup\ndiri dari petunjuk kebenaran, sementara ia sebenarnya mengetahui bahwa petunjuk\nitu benar adanya. Persoalannya, bagaimana jika orang yang diduga kafir <\/em>itu\nlebih dulu tidak mengetahui dan tidak mengakui petunjuk itu adalah benar?<\/p>\n\n\n\n

Beberapa Makna<\/strong> Kafir<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Berangkat dari pengertian di atas,\nal-Qur`an juga menjelaskan makna-makna kafir<\/em> dalam beberapa konotasi  makna berikut:<\/p>\n\n\n\n

Kafir Ingkar<\/em>, yaitu seseorang yang mengingkari Allah dengan hati dan lidahnya. Kelompok\nini dijabarkan sebagai berikut:<\/p>\n\n\n\n

Pertama<\/em>, mengingkari adanya Allah seperti\ndigambarkan di dalam ayat ke-60 dari surah Hud dan ke-24 dari surah al-Jatsiyat\nayat ke-24. Kafir semacam ini juga disebut atheis atau dahriy.<\/p>\n\n\n\n

Kedua<\/em>, mengingkari keesaan Allah, sebagaimana\nditegaskan dalam surah al-Maidah ayat ke-73. Kafir semacam ini juga disebut musyrik<\/em>\n(politheis).<\/p>\n\n\n\n

Ketiga<\/em>, mengingkari kitab Allah\n(al-Qur`an) seperti tercantum dalam ayat ke-41 dari surah al-Fushshilat.<\/p>\n\n\n\n

Keempat<\/em>, mengingkari kenabian, seperti tercantum\ndalam ayat ke-13 dan ke-14 dari surah al-Qamar, serta dalam ayat ke-34 dari\nsurah Saba\u2019.<\/p>\n\n\n\n

Kafir Juhud<\/em>, yaitu seseorang yang mengakui\nadanya Tuhan, tapi tak mau mengikrarkan imannya itu dengan lidah, seperti\nkafirnya Umaiyat ibn Abi Shalt sebagaimana diisyaratkan Tuhan di dalam ayat\nke-89 dari surah al-Baqarah.<\/p>\n\n\n\n

Kafir Mu\u2019anadat<\/em>, yaitu seseorang yang mengakui\nAllah dan meingkrarkan imannya dengan lidah, tapi tak mau memeluk Islam,\nseperti Abu Thalib.<\/p>\n\n\n\n

Kafir Nifaq<\/em> (munafiq<\/em>), yaitu seseorang yang bersikap ambivalen,\nyatu pada lahirnya ia beriman kepada Allah, tapi di dalam hati ia ingkar. Orang\nsemacam ini dicancam oleh Tuhan dengan azab yang paling pedih dengan\nmenempatkannya di dasar neraka yang paling bawah, sebagaimana ditegaskan di\ndalam ayat ke-145 dari surah al-Nisa.<\/p>\n\n\n\n

Kafir Fisq<\/em>, yaitu orang yang meremehkan\nperintah dan larangan Allah, namun hatinya tetap mempercayai Allah dan lidahnya\nmengikrarkan dua kalimat syahadat. Dari itu orang semacam ini disebut fasiq<\/em>.\nUngkapan kafir<\/em> dipakaikan kepadanya berdasarkan hadits Nabi\nSaw yang diriwayatkan oleh al-Thabrani: \u201cBarangsiapa\nyang sengaja meninggalkan shalat, maka dia telah kafir secara terang-terangan<\/em>.\u201d<\/p>\n\n\n\n

Iblis\nadalah makhluk pertama yang mula-mula kafir kepada Tuhan. Kekafi-rannya\nterdapat di dalam banyak ayat al-Qur`an, antara lain dalam surah 2:34, 38:74,\n17:61-63, 15:30-35 dan 20:116.<\/p>\n\n\n\n

Kufr<\/em> dalam al-Qur`an juga dapat berarti\n\u201ctidak bersyukur\u201d, sehingga kafir<\/em>\nberarti \u201corang yang tidak bersyukur.\u201d Kekafiran ini juga disebut dengan Kafir Nikmat<\/em>. Hal ini dapat kita lihat dalam firman Allah\ndalam surah Ibrahim ayat ke-7: \u201cDan\ningatlah ketika Tuhanmu memberikan pernyataan, jika kamu bersyukur pasti\nKutambah nikmat-Ku kepadamu, sebaliknya jika kamu mengingkari <\/em>(kafartum) nikmat\nitu, tentu siksaan-Ku lebih dahsyat<\/em>.\u201d<\/p>\n\n\n\n

Ibnu Katsir menafsirkan kata kafartum<\/em> pada\nayat di atas dengan kafartum\nal-ni\u2019am wa satartumuhu wa jahadtumuhu <\/em>(kalian\ntelah menutup diri dari mengakui nikmat itu (dari Allah) dan menyembunyikannya\nserta mengingkari-nya. Maksudnya, karena ketertutupan diri dari pengakuan bahwa\nnikmat itu dari Allah, maka selanjutnya kalian tidak bersyukur.<\/p>\n\n\n\n

Adapun Sayyid Quthb menyatakan\nbahwa wa al-kufr bi ni\u2019mat Allah qad yakunu\nbi \u2018adami syukriha<\/em> (kekafiran\nterhadap nikmat Allah itu adalah tidak menyukurinya.<\/p>\n\n\n\n

Al-Maraghi menafsirkan kata wa la`in kafartum<\/em> pada ayat di atas dengan: \u201cJika kalian kufur\ndan ingkar kepada nikmat-nikmat Allah, serta tidak memenuhi hak nikmat\ntersebut, seperti bersyukur kepada Allah yang memberi nikmat itu.<\/p>\n\n\n\n

Hamka juga mengisyaratkan bahwa kufr<\/em> dalam\nayat tersebut berarti tidak bersyukur, seperti pernyataannya dalam Tafsir\nal-Azhar:<\/p>\n\n\n\n

\u201cInilah peringatan Tuhan kepada\nBani Israil setelah mereka dibebaskan dari penindasan Fir\u2019aun. Kebebasan itu\nsendiri adalah perkara besar yang wajib disyukuri. Dalam bersyukur hendaklah\nterus berusaha guna mengatasai kesulitan. Setelah bebas dari tindasan Fir\u2019aun\nmereka harus membangun, jangan mengomel atas persediaan yang kurang, jangan\nmengeluh kalau belum tercapai apa yang dicita.\u201d<\/p>\n\n\n\n

\u201cSyukuri yang ada, maka pastilah\nakan ditambah Tuhan. Tetapi kalau hanya mengeluh, ini kurang, itu belum beres,\nyang itu lagi belum tercapai, seakan-akan pertolongan Tuhan tidak juga segera\ndatang, maka itu namanya kufr<\/em>, artinya melupakan nikmat, tidak mengenal\nterimakasih. orang yang demikian akan mendapat siksa yang pedih dan ngeri. Di\nantaranya ialah jiwanya yang meremuk karena ditimpa penyakit selalu merasa\ntidak puas.\u201d<\/p>\n\n\n\n

Klaim Kafir tidak mudah<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Paparan di atas dapat melahirkan\nsetidaknya dua kesimpulan:<\/p>\n\n\n\n

Pertama<\/em>, bahwa makna kufr<\/em> dan kafir<\/em> dalam al-Qur`an ternyata beragam dan\ntidaklah bermakna tunggal, sebagaimana selama ini difahami secara tunggal pula\nbahwa kafir<\/em> berarti orang yang tidak beriman. Padahal\nada kriteria-kriteria kafir<\/em> yang tidak serta-merta mengeluarkan orangnya\ndari keberimanan.<\/p>\n\n\n\n

Dari ragam konotasi makna kufr <\/em>di atas hanya Kafir Ingkar yang dapat menyatakan bahwa orangnya tidak beriman. Hal ini menyiratkan bahwa klaim kafir<\/em> terhadap seseorang tidak dapat dinyatakan dengan mudah dan sembarangan. Berdasarkan al-Qur`an haruslah dipilah dulu klaim kafir <\/em>manakah yang ingin disematkan kepada seseorang. Karena itulah, ideologi<\/a><\/strong> yang suka mengklaim orang lain sebagai kafir<\/em> (takfiri<\/em>) dikecam banyak pihak.<\/p>\n\n\n\n

Kedua<\/em>, terkait dengan makna kafir<\/em> sebagai Kafir Nikmat, bahwa pada hakikatnya percaya kepada Tuhan dan hal-hal yang berhubungan dengan-Nya yang dimanifestasikan dalam beragama adalah ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas adanya nikmat-nikmat dan pemberian-pemberian yang Ia berikan.<\/p>\n\n\n\n

Agama seharusnya difahami sebagai wadah bersyukur, sebab Tuhan telah melimpahkan nikmat-Nya kepada kita semenjak kita di-ada-kan, bukan sekedar tempat meminta pertolongan. Dalam konteks Islam, maka agama ini adalah agama yang menjadi pedoman hidup para penganutnya baik pada saat senang dan gembira, tidak hanya pada saat sedih dan menderita. <\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Pecihitam.org – Secara umum, hubungan antara Tuhan dan manusia adalah hubungan ketuhanan dan kehambaan. Jika berjalan dengan harmonis, maka hubungan itu terjalin dengan jalinan iman, sedangkan bila putus, maka hubungan tersebut terhalang oleh hijab ke-kufr-an. Dari segi kebahasaan, sebagaimana kamu al-Munjid, kata kufr berasal dari kata kerja kafara, yakfuru, dan kata benda kufran, al-syai`a. Artinya, […]<\/p>\n","protected":false},"author":37,"featured_media":8321,"comment_status":"open","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[2030],"tags":[1530,3689],"yoast_head":"\nRagam Makna "Kafir" - Pecihitam.org<\/title>\n<meta name=\"description\" content=\"makna kafir di dalam al-Qur`an adalah orang yang menutup diri dari petunjuk kebenaran, sementara ia sebenarnya mengetahui bahwa petunjuk itu benar adanya\" \/>\n<meta name=\"robots\" content=\"index, follow, max-snippet:-1, max-image-preview:large, max-video-preview:-1\" \/>\n<link rel=\"canonical\" href=\"https:\/\/www.pecihitam.org\/ragam-makna-kafir\/\" \/>\n<meta property=\"og:locale\" content=\"en_US\" \/>\n<meta property=\"og:type\" content=\"article\" \/>\n<meta property=\"og:title\" content=\"Ragam Makna "Kafir" - Pecihitam.org\" \/>\n<meta property=\"og:description\" content=\"makna kafir di dalam al-Qur`an adalah orang yang menutup diri dari petunjuk kebenaran, sementara ia sebenarnya mengetahui bahwa petunjuk itu benar adanya\" \/>\n<meta property=\"og:url\" content=\"https:\/\/www.pecihitam.org\/ragam-makna-kafir\/\" \/>\n<meta property=\"og:site_name\" content=\"Pecihitam.org\" \/>\n<meta property=\"article:publisher\" content=\"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/\" \/>\n<meta property=\"article:published_time\" content=\"2019-09-09T04:30:53+00:00\" \/>\n<meta property=\"article:modified_time\" content=\"2019-09-09T04:32:21+00:00\" \/>\n<meta property=\"og:image\" content=\"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/09\/ragam-makna-kafir.jpg\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:width\" content=\"1024\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:height\" content=\"576\" \/>\n\t<meta property=\"og:image:type\" content=\"image\/jpeg\" \/>\n<meta name=\"author\" content=\"Yunizar Ramadhani\" \/>\n<meta name=\"twitter:card\" content=\"summary_large_image\" \/>\n<meta name=\"twitter:label1\" content=\"Written by\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:data1\" content=\"Yunizar Ramadhani\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:label2\" content=\"Est. reading time\" \/>\n\t<meta name=\"twitter:data2\" content=\"7 minutes\" \/>\n<script type=\"application\/ld+json\" class=\"yoast-schema-graph\">{\"@context\":\"https:\/\/schema.org\",\"@graph\":[{\"@type\":\"Article\",\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/ragam-makna-kafir\/#article\",\"isPartOf\":{\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/ragam-makna-kafir\/\"},\"author\":{\"name\":\"Yunizar Ramadhani\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/af8eb669caa5729e8b67148b992c2c77\"},\"headline\":\"Ragam Makna “Kafir”\",\"datePublished\":\"2019-09-09T04:30:53+00:00\",\"dateModified\":\"2019-09-09T04:32:21+00:00\",\"mainEntityOfPage\":{\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/ragam-makna-kafir\/\"},\"wordCount\":1398,\"commentCount\":0,\"publisher\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#organization\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/ragam-makna-kafir\/#primaryimage\"},\"thumbnailUrl\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/09\/ragam-makna-kafir.jpg\",\"keywords\":[\"kafir\",\"Tafsir\"],\"articleSection\":[\"Tauhid\"],\"inLanguage\":\"en-US\",\"potentialAction\":[{\"@type\":\"CommentAction\",\"name\":\"Comment\",\"target\":[\"https:\/\/www.pecihitam.org\/ragam-makna-kafir\/#respond\"]}]},{\"@type\":\"WebPage\",\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/ragam-makna-kafir\/\",\"url\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/ragam-makna-kafir\/\",\"name\":\"Ragam Makna \\\"Kafir\\\" - Pecihitam.org\",\"isPartOf\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#website\"},\"primaryImageOfPage\":{\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/ragam-makna-kafir\/#primaryimage\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/ragam-makna-kafir\/#primaryimage\"},\"thumbnailUrl\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/09\/ragam-makna-kafir.jpg\",\"datePublished\":\"2019-09-09T04:30:53+00:00\",\"dateModified\":\"2019-09-09T04:32:21+00:00\",\"description\":\"makna kafir di dalam al-Qur`an adalah orang yang menutup diri dari petunjuk kebenaran, sementara ia sebenarnya mengetahui bahwa petunjuk itu benar adanya\",\"breadcrumb\":{\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/ragam-makna-kafir\/#breadcrumb\"},\"inLanguage\":\"en-US\",\"potentialAction\":[{\"@type\":\"ReadAction\",\"target\":[\"https:\/\/www.pecihitam.org\/ragam-makna-kafir\/\"]}]},{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/ragam-makna-kafir\/#primaryimage\",\"url\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/09\/ragam-makna-kafir.jpg\",\"contentUrl\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/09\/ragam-makna-kafir.jpg\",\"width\":1024,\"height\":576,\"caption\":\"ragam makna kafir\"},{\"@type\":\"BreadcrumbList\",\"@id\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/ragam-makna-kafir\/#breadcrumb\",\"itemListElement\":[{\"@type\":\"ListItem\",\"position\":1,\"name\":\"Home\",\"item\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\"},{\"@type\":\"ListItem\",\"position\":2,\"name\":\"Ragam Makna “Kafir”\"}]},{\"@type\":\"WebSite\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#website\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\",\"name\":\"Pecihitam.org\",\"description\":\"Suara Islam Ahlussunnah wal Jamaah\",\"publisher\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#organization\"},\"potentialAction\":[{\"@type\":\"SearchAction\",\"target\":{\"@type\":\"EntryPoint\",\"urlTemplate\":\"https:\/\/pecihitam.org\/?s={search_term_string}\"},\"query-input\":\"required name=search_term_string\"}],\"inLanguage\":\"en-US\"},{\"@type\":\"Organization\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#organization\",\"name\":\"Pecihitam.org\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/\",\"logo\":{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/\",\"url\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png\",\"contentUrl\":\"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png\",\"width\":2401,\"height\":2401,\"caption\":\"Pecihitam.org\"},\"image\":{\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/\"},\"sameAs\":[\"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/\",\"https:\/\/www.instagram.com\/pecihitam_org\/\",\"https:\/\/id.pinterest.com\/pecihitam_org\/\",\"https:\/\/www.youtube.com\/channel\/UCVZO49u3U4iibd-X7MmqBcQ\"]},{\"@type\":\"Person\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/af8eb669caa5729e8b67148b992c2c77\",\"name\":\"Yunizar Ramadhani\",\"image\":{\"@type\":\"ImageObject\",\"inLanguage\":\"en-US\",\"@id\":\"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/image\/\",\"url\":\"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/b8bcaf716ea5eb899f4f1194a543d6d9?s=96&r=g\",\"contentUrl\":\"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/b8bcaf716ea5eb899f4f1194a543d6d9?s=96&r=g\",\"caption\":\"Yunizar Ramadhani\"},\"description\":\"Guru Pondok Pesantren Darul Hijrah Putri Martapura Kalimantan Selatan | Alumni Jurusan Aqidah-Filsafat dan Program Pasca Sarjana IAIN Antasari Banjarmasin\",\"url\":\"https:\/\/www.pecihitam.org\/author\/yunirama\/\"}]}<\/script>\n<!-- \/ Yoast SEO plugin. -->","yoast_head_json":{"title":"Ragam Makna \"Kafir\" - Pecihitam.org","description":"makna kafir di dalam al-Qur`an adalah orang yang menutup diri dari petunjuk kebenaran, sementara ia sebenarnya mengetahui bahwa petunjuk itu benar adanya","robots":{"index":"index","follow":"follow","max-snippet":"max-snippet:-1","max-image-preview":"max-image-preview:large","max-video-preview":"max-video-preview:-1"},"canonical":"https:\/\/www.pecihitam.org\/ragam-makna-kafir\/","og_locale":"en_US","og_type":"article","og_title":"Ragam Makna \"Kafir\" - Pecihitam.org","og_description":"makna kafir di dalam al-Qur`an adalah orang yang menutup diri dari petunjuk kebenaran, sementara ia sebenarnya mengetahui bahwa petunjuk itu benar adanya","og_url":"https:\/\/www.pecihitam.org\/ragam-makna-kafir\/","og_site_name":"Pecihitam.org","article_publisher":"https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/","article_published_time":"2019-09-09T04:30:53+00:00","article_modified_time":"2019-09-09T04:32:21+00:00","og_image":[{"width":1024,"height":576,"url":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/09\/ragam-makna-kafir.jpg","type":"image\/jpeg"}],"author":"Yunizar Ramadhani","twitter_card":"summary_large_image","twitter_misc":{"Written by":"Yunizar Ramadhani","Est. reading time":"7 minutes"},"schema":{"@context":"https:\/\/schema.org","@graph":[{"@type":"Article","@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/ragam-makna-kafir\/#article","isPartOf":{"@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/ragam-makna-kafir\/"},"author":{"name":"Yunizar Ramadhani","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/af8eb669caa5729e8b67148b992c2c77"},"headline":"Ragam Makna “Kafir”","datePublished":"2019-09-09T04:30:53+00:00","dateModified":"2019-09-09T04:32:21+00:00","mainEntityOfPage":{"@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/ragam-makna-kafir\/"},"wordCount":1398,"commentCount":0,"publisher":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#organization"},"image":{"@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/ragam-makna-kafir\/#primaryimage"},"thumbnailUrl":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/09\/ragam-makna-kafir.jpg","keywords":["kafir","Tafsir"],"articleSection":["Tauhid"],"inLanguage":"en-US","potentialAction":[{"@type":"CommentAction","name":"Comment","target":["https:\/\/www.pecihitam.org\/ragam-makna-kafir\/#respond"]}]},{"@type":"WebPage","@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/ragam-makna-kafir\/","url":"https:\/\/www.pecihitam.org\/ragam-makna-kafir\/","name":"Ragam Makna \"Kafir\" - Pecihitam.org","isPartOf":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#website"},"primaryImageOfPage":{"@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/ragam-makna-kafir\/#primaryimage"},"image":{"@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/ragam-makna-kafir\/#primaryimage"},"thumbnailUrl":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/09\/ragam-makna-kafir.jpg","datePublished":"2019-09-09T04:30:53+00:00","dateModified":"2019-09-09T04:32:21+00:00","description":"makna kafir di dalam al-Qur`an adalah orang yang menutup diri dari petunjuk kebenaran, sementara ia sebenarnya mengetahui bahwa petunjuk itu benar adanya","breadcrumb":{"@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/ragam-makna-kafir\/#breadcrumb"},"inLanguage":"en-US","potentialAction":[{"@type":"ReadAction","target":["https:\/\/www.pecihitam.org\/ragam-makna-kafir\/"]}]},{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/ragam-makna-kafir\/#primaryimage","url":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/09\/ragam-makna-kafir.jpg","contentUrl":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2019\/09\/ragam-makna-kafir.jpg","width":1024,"height":576,"caption":"ragam makna kafir"},{"@type":"BreadcrumbList","@id":"https:\/\/www.pecihitam.org\/ragam-makna-kafir\/#breadcrumb","itemListElement":[{"@type":"ListItem","position":1,"name":"Home","item":"https:\/\/pecihitam.org\/"},{"@type":"ListItem","position":2,"name":"Ragam Makna “Kafir”"}]},{"@type":"WebSite","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#website","url":"https:\/\/pecihitam.org\/","name":"Pecihitam.org","description":"Suara Islam Ahlussunnah wal Jamaah","publisher":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#organization"},"potentialAction":[{"@type":"SearchAction","target":{"@type":"EntryPoint","urlTemplate":"https:\/\/pecihitam.org\/?s={search_term_string}"},"query-input":"required name=search_term_string"}],"inLanguage":"en-US"},{"@type":"Organization","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#organization","name":"Pecihitam.org","url":"https:\/\/pecihitam.org\/","logo":{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/","url":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png","contentUrl":"https:\/\/pecihitam.org\/wp-content\/uploads\/2020\/07\/Logo-Pecihitam.org_.png","width":2401,"height":2401,"caption":"Pecihitam.org"},"image":{"@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/logo\/image\/"},"sameAs":["https:\/\/www.facebook.com\/newpecihitam\/","https:\/\/www.instagram.com\/pecihitam_org\/","https:\/\/id.pinterest.com\/pecihitam_org\/","https:\/\/www.youtube.com\/channel\/UCVZO49u3U4iibd-X7MmqBcQ"]},{"@type":"Person","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/af8eb669caa5729e8b67148b992c2c77","name":"Yunizar Ramadhani","image":{"@type":"ImageObject","inLanguage":"en-US","@id":"https:\/\/pecihitam.org\/#\/schema\/person\/image\/","url":"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/b8bcaf716ea5eb899f4f1194a543d6d9?s=96&r=g","contentUrl":"https:\/\/secure.gravatar.com\/avatar\/b8bcaf716ea5eb899f4f1194a543d6d9?s=96&r=g","caption":"Yunizar Ramadhani"},"description":"Guru Pondok Pesantren Darul Hijrah Putri Martapura Kalimantan Selatan | Alumni Jurusan Aqidah-Filsafat dan Program Pasca Sarjana IAIN Antasari Banjarmasin","url":"https:\/\/www.pecihitam.org\/author\/yunirama\/"}]}},"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/8293"}],"collection":[{"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/users\/37"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=8293"}],"version-history":[{"count":0,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/8293\/revisions"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/media\/8321"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=8293"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=8293"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.pecihitam.org\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=8293"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}