Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
{"id":9390,"date":"2019-09-15T15:12:09","date_gmt":"2019-09-15T08:12:09","guid":{"rendered":"https:\/\/pecihitam.org\/?p=9390"},"modified":"2019-09-15T15:12:10","modified_gmt":"2019-09-15T08:12:10","slug":"biografi-imam-muslim-pengarang-kitab-shahih-muslim","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/www.pecihitam.org\/biografi-imam-muslim-pengarang-kitab-shahih-muslim\/","title":{"rendered":"Biografi Imam Muslim Pengarang Kitab Shahih Muslim"},"content":{"rendered":"\n

Pecihitam.org<\/strong> – Imam Muslim merupakan seorang ulama hadits yang sangat terkenal. Nama lengkap beliau adalah Abul Hasan Muslim bin Hajjaj bin Muslim bin Warad bin Kausyaz Al Qusyairi An Naisaburi Asy Syafi\u2019i. Al Qusyairi di sini merupakan nisbah terhadap nasab (silsilah keturunan) dan An Naisaburi merupakan nisbah terhadap tempat kelahiran beliau, yaitu kota Naisabur, bagian dari Persia yang sekarang manjadi bagian dari negara Rusia. Tentang Al Qusyairi, seorang pakar sejarah, \u2018Izzuddin Ibnu Atsir, dalam kitab Al Lubab Fi Tahzibil Ansab berkata: \u201cAl Qusyairi adalah nisbah terhadap keturunan Qusyair bin Ka\u2019ab bin Rabi\u2019ah bin \u2018Amir bin Sha\u2019sha\u2019ah, yang merupakan sebuah kabilah besar. <\/p>\n\n\n\n

Kelahiran<\/strong> sang Imam<\/h3>\n\n\n\n

Para ahli sejarah Islam banyak yang berpendapat mengenai waktu lahir dan wafat Imam Muslim, bahwa beliau dilahirkan pada tahun 206 H dan wafat pada tahun 261 H di Naisabur, sehingga usia beliau pada saat wafat adalah 55 tahun. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Abu Abdillah Al Hakim An Naisaburi dalam kitab Ulama Al Amshar, juga disetujui An Nawawi<\/a><\/strong> dalam Syarh Shahih Muslim.<\/p>\n\n\n\n

Melanglang Buana Mencari Ilmu<\/strong><\/h3>\n\n\n\n

Imam Muslim di usianya yang masih sangat muda sudah menekuni ilmu hadits. Adz Dzahabi seorang pakar hadits dan sejarah, dalam kitab Siyar \u2018Alamin Nubala menuturkan bahwa Imam Muslim mulai belajar hadits sejak tahun 218 H. Berarti usia beliau ketika itu adalah 12 tahun. Beliau melanglang buana ke beberapa Negara dalam rangka menuntut ilmu hadits dari mulai Irak, kemudian ke Hijaz, Syam, Mesir dan negara lainnya. Dalam Tahdzibut Tahdzib dipaparkan bahwa beliau banyak mendapatkan ilmu tentang hadits dari 10 orang gurunya yaitu:<\/p>\n\n\n\n

  1. Abu Bakar bin Abi Syaibah, beliau belajar 1540 hadits.<\/li>
  2. Abu Khaitsamah Zuhair bin Harab, beliau belajar 1281 hadits.<\/li>
  3. Muhammad Ibnul Mutsanna yang dijuluki Az Zaman, beliau belajar 772 hadits.<\/li>
  4. Qutaibah bin Sa\u2019id, beliau belajar 668 hadits.<\/li>
  5. Muhammad bin Abdillah bin Numair, beliau belajar 573 hadits.<\/li>
  6. Abu Kuraib Muhammad Ibnul \u2018Ila, beliau belajar 556 hadits.<\/li>
  7. Muhammad bin Basyar Al Muqallab yang dijuluki Bundaar, beliau belajar 460 hadits.<\/li>
  8. Muhammad bin Raafi\u2019 An Naisaburi, beliau belajar 362 hadits.<\/li>
  9. Muhammad bin Hatim Al Muqallab yang dijuluki As Samin, beliau belajar 300 hadits.<\/li>
  10. \u2018Ali bin Hajar As Sa\u2019di, beliau belajar 188 hadits.<\/li><\/ol>\n\n\n\n

    Sembilan dari sepuluh nama guru Imam Muslim tersebut, juga merupakan guru Imam Al Bukhari dalam mengambil hadits, kecuali Muhammad bin Hatim tidak termasuk. Perlu diketahui, Imam Muslim pun sempat berguru ilmu hadits kepada Imam Bukhari<\/a><\/strong>. Ibnu Shalah dalam kitab Ulumul Hadits berkata: \u201cImam Muslim memang belajar pada Imam Bukhari dan banyak mendapatkan faedah ilmu darinya. <\/p>\n\n\n\n

    Hubungan Antara Al Bukhari dan Muslim<\/strong><\/h3>\n\n\n\n

    Imam Bukhari merupakan salah satu guru dari Imam Muslim yang paling terkemuka. Dari Al Bukhari, beliau mendapatkan banyak pengetahuan tentang ilmu hadits serta metodologi dalam menganalisa keshahihan hadits. Al Hafidz Abu Bakar Al Khatib Al Baghdadi dalam kitabnya Tarikh Al Baghdadi mengatakan: \u201cMuslim telah mengikuti jejak Al Bukhari, mengembangkan ilmunya dan mengikuti metodologinya. Ketika Al Bukhari datang ke Naisabur di masa akhir hidupnya. Muslim belajar dengan intens kepadanya dan selalu bersamanya\u201d.<\/em><\/p>\n\n\n\n

    Hubungan antara keduanya dijelaskan oleh Al Hafidz Ibnu Hajar dalam Syarah Nukhbatul Fikr, beliau berkata: “Para ulama bersepakat bahwa Al Bukhari lebih utama dari Muslim, dan Al Bukhari lebih dikenal kemampuannya dalam pembelaan hadits. Muslim banyak mengambil ilmu dari Al Bukhari dan mengikuti jejaknya.”<\/em><\/p>\n\n\n\n

    Kemudian apa yang sebab Imam Muslim tidak meriwayatkan hadits dari Imam Bukhari? Sehingga dalam Shahih Muslim tidak ada hadits yang sanadnya dimulai dengan \u201c \u2018An Al Bukhari. Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad hafizhahullah, menuturkan: \u201cWalau Imam Muslim merupakan murid dari Imam Al Bukhari dan Imam Muslim mendapatkan banyak ilmu darinya, Imam Muslim tidak meriwayatkan satu pun hadits dari Imam Al Bukhari. Wallahuta\u2019ala A\u2019lam, ini dikarenakan oleh dua hal:<\/p>\n\n\n\n

    1. Imam Muslim menginginkan sanad yang lebih pendek. Beliau memiliki banyak guru yang sama dengan guru Imam Al Bukhari. Jika Imam Muslim meriwayatkan dari Al Bukhari, maka sanad akan bertambah panjang karena bertambah satu orang rawi yaitu (Al Bukhari). Imam Muslim menginginkan uluwul isnad dan sanad yang dekat jalurnya dengan Rasulullah SAW sehingga beliau meriwayatkan langsung dari guru-gurunya yang juga menjadi guru Imam Al Bukhari<\/li>
    2. Imam Muslim merasa prihatin dengan banyak tercampurnya hadits-hadits lemah dengan hadits-hadits shahih. Maka beliau pun mengerahkan daya upaya untuk memisahkan hadits shahih dengan yang lain, sebagaimana beliau utarakan di Muqaddimah kitab Shahih Muslim. Sehingga hadits-hadits yang diriwayatkan oleh Al Bukhari telah dianggap cukup dan tidak perlu diulang lagi. Karena Al Bukhari juga sangat perhatian dalam mengumpulkan hadits-hadits shahih dengan ketelitian yang tajam dan pengecekan yang berulang-ulang\u201d
      <\/li><\/ol>\n\n\n\n

      Murid<\/strong><\/h3>\n\n\n\n

      Sebagaimana di jelaskan dalam kitab Tahdzibut Tahdzib. Diantara murid-murid beliau adalah:<\/p>\n\n\n\n

      1. Abu Hatim Ar Razi<\/li>
      2. Abul Fadhl Ahmad bin Salamah<\/li>
      3. Ibrahim bin Abi Thalib<\/li>
      4. Abu \u2018Amr Al Khoffaf<\/li>
      5. Husain bin Muhammad Al Qabani<\/li>
      6. Abu \u2018Amr Ahmad Ibnul Mubarak Al Mustamli<\/li>
      7. Al Hafidz Shalih bin Muhammad<\/li>
      8. \u2018Ali bin Hasan Al Hilali<\/li>
      9. Muhammad bin Abdil Wahhab Al Faraa\u2019<\/li>
      10. Ali Ibnul Husain Ibnul Junaid<\/li>
      11. Ibnu Khuzaimah, dll.<\/li><\/ol>\n\n\n\n

        Selain itu, sebagian ulama memasukkan Abu \u2018Isa Muhammad At Tirmidzi dalam jajaran murid Imam Muslim, karena terdapat sebuah hadits dalam Sunan At Tirmidzi:<\/p>\n\n\n\n

        \u062d\u062f\u062b\u0646\u0627 \u0645\u0633\u0644\u0645 \u0628\u0646 \u062d\u062c\u0627\u062c \u062d\u062f\u062b\u0646\u0627 \u064a\u062d\u064a \u0628\u0646 \u064a\u062d\u064a \u062d\u062f\u062b\u0646\u0627 \u0623\u0628\u0648 \u0645\u0639\u0627\u0648\u064a\u0629 \u0639\u0646 \u0645\u062d\u0645\u062f \u0628\u0646 \u0639\u0645\u0631\u0648 \u0639\u0646 \u0623\u0628\u064a \u0633\u0644\u0645\u0629 \u0639\u0646 \u0623\u0628\u064a \u0647\u0631\u064a\u0631\u0629 \u0631\u0636\u064a \u0627\u0644\u0644\u0647 \u0639\u0646\u0647 \u0642\u0627\u0644: \u0642\u0627\u0644 \u0631\u0633\u0648\u0644 \u0627\u0644\u0644\u0647 \u0635\u0644\u0649 \u0627\u0644\u0644\u0647 \u0639\u0644\u064a\u0647 \u0648\u0633\u0644\u0645:\u201d \u0623\u062d\u0635\u0648\u0627 \u0647\u0644\u0627\u0644 \u0634\u0639\u0628\u0627\u0646 \u0644\u0631\u0645\u0636\u0627\u0646<\/strong><\/p>\n\n\n\n

        Muslim bin Hajjaj mengatakan kepada kami: Yahya bin Yahya menuturkan kepada kami: Abu Mu\u2019awiyah menuturkan kepada kami: Dari Muhammad bin \u2018Amr: Dari Abu Salamah: Dari Abu Hurairah Radhiallahu\u2019anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu\u2019alaihi Wasallam bersabda: \u201cUntuk menentukan datangnya Ramadhan, hitunglah hilal bulan Sya\u2019ban\u201d.<\/em><\/p>\n\n\n\n

        Dalam hadits tersebut nampak bahwa At Tirmidzi meriwayatkan dari Imam Muslim. Terdapat penjelasan Al Iraqi dalam Tuhfatul Ahwadzi Bi Syarhi Jami\u2019 At Tirmidzi: \u201cAt Tirmidzi tidak pernah meriwayatkan hadits dari Muslim kecuali hadits ini. Karena mereka berdua memiliki guru-guru yang sama sebagian besarnya\u201d.<\/p>\n\n\n\n

        Karya Kitab<\/strong><\/h3>\n\n\n\n

        Imam An Nawawi menerangkan dalam kitab Tahdzibul Asma Wal Lughat bahwa Imam Muslim<\/em> memiliki banyak karya tulis, yang diantaranya:<\/p>\n\n\n\n

        1. Kitab Shahih Muslim (sudah dicetak)<\/li>
        2. Kitab Al Musnad Al Kabir \u2018Ala Asma Ar Rijal<\/li>
        3. Kitab Jami\u2019 Al Kabir \u2018Ala Al Abwab<\/li>
        4. Kitab Al \u2018Ilal<\/li>
        5. Kitab Auhamul Muhadditsin<\/li>
        6. Kitab At Tamyiz (sudah dicetak)<\/li>
        7. Kitab Man Laisa Lahu Illa Rawin Wahidin<\/li>
        8. Kitab Thabaqat At Tabi\u2019in (sudah dicetak)<\/li>
        9. Kitab Al Muhadramain<\/li><\/ol>\n\n\n\n

          Kemudian Adz Dzahabi juga menambahkan, dalam kita Tahdzibut Tahdzib bahwa Imam Muslim juga memiliki karya tulis lain seperti:<\/p>\n\n\n\n

          1. Kitab Al Asma Wal Kuna (sudah dicetak)<\/li>
          2. Kitab Al Afrad<\/li>
          3. Kitab Al Aqran<\/li>
          4. Kitab Sualaat Ahmad bin Hambal<\/li>
          5. Kitab Hadits \u2018Amr bin Syu\u2019aib<\/li>
          6. Kitab Al Intifa\u2019 bi Uhubis Siba\u2019<\/li>
          7. Kitab Masyaikh Malik<\/li>
          8. Kitab Masyaikh Ats Tsauri<\/li>
          9. Kitab Masyaikh Syu\u2019bah<\/li>
          10. Kitab Aulad Ash Shahabah<\/li>
          11. Kitab Afrad Asy Syamiyyin<\/li><\/ol>\n\n\n\n

            Seorang Pedagang dan Petani<\/strong><\/h3>\n\n\n\n

            Imam Muslim termasuk diantara para ulama yang menghidupi diri dengan berdagang. Beliau adalah seorang pedagang pakaian yang sukses. Meski demikian, beliau tetap dikenal sebagai sosok yang dermawan. Beliau juga memiliki sawah-sawah di daerah Ustu yang menjadi sumber penghasilan keduanya. Tentang mata pencaharian beliau diceritakan oleh Al Hakim dalam Siyar \u2018Alamin Nubala: \u201cTempat Imam Muslim berdagang adalah Khan Mahmasy. Dan mata pencahariannya beliau di dapat dari usahanya di Ustu\u201d.<\/p>\n\n\n\n

            Dalam Tahdzibut Tahdzib hal ini pula diceritakan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab Al Farra: \u201cMuslim Ibnul Hajjaj adalah salah satu ulama besar dan ia adalah seorang pedagang pakaian\u201d. Dalam kitab Al \u2018Ubar fi Khabar min Ghabar terdapat penjelasan: \u201cImam Muslim adalah seorang pedagang. Dan ia terkenal sebagai dermawan di Naisabur. Ia memiliki banyak budak dan harta\u201d.<\/p>\n\n\n\n

            Karakter Fisik <\/strong>dan Perawakan<\/h3>\n\n\n\n

            Ada beberapa riwayat yang menceritakan karakter fisik dan perawakan Imam Muslim. Dalam Siyar \u2018Alamin Nubala terdapat riwayat dari Abu Abdirrahman As Salami, ia berkata: \u201cAku melihat seorang syaikh yang tampan wajahnya. Ia memakai rida yang bagus. Ia memakai imamah yang dijulurkan di kedua pundaknya. Lalu ada orang yang mengatakan: \u2018Ini Muslim\u2019 \u201d. Juga diceritakan dari Siyar \u2018Alamin Nubala bahwa Al Hakim mendengar ayahnya berkata: \u201cAku pernah melihat Muslim Ibnul Hajjaj sedang bercakap-cakap di Khan Mahmasy. Ia memiliki perawakan yang sempurna dan kepalanya putih. Janggutnya memanjang ke bawah di sisi imamah-nya yang terjulur di kedua pundaknya\u201d.<\/em><\/p>\n\n\n\n

            Aqidah<\/strong><\/h3>\n\n\n\n

            Imam Muslim adalah ulama besar yang menganut aqidah ahlussunnah<\/a><\/strong>, sepertihalnya aqidah generasi salafus shalih. Aqidah beliau ini nampak pada beberapa hal:<\/p>\n\n\n\n