PeciHitam.org<\/strong> \u2013 Dewasa ini banyak kita temui pembakaran hutan dan ladang gambut. Alasan pembakarannya mulai dari buka lahan sampai penanaman pohon ulang. Memang tak memakan biaya banyak akan tetapi dampak negatif yang ditimbulkan itu yang luar biasa. Bagaimana hukum membakar hutan dan ladang gambut?<\/p>\n

KH Arwani Faisal menyatakan bahwa pembakaran lahan dan hutan hukumnya haram\u00a0murakkab. Ia menyebut demikian karena dampaknya cukup luas. Tidak hanya meliputi regional saja, bahkan sampai lintas negara.<\/p>\n

Selain berakibat buruk pada kesehatan orang karena asap yang ditimbulkannya, pembakaran hutan juga melumpuhkan kegiatan ekonomi dan pendidikan. \u201cFikih menyebutnya\u00a0bisyiddat al-haram,\u201d\u00a0kata Kiai Arwani.<\/p>\n

Oleh sebab efek negatif itu, fatwa MUI<\/a><\/strong> memutuskan pelakunya harus diberikan sanksi sesuai dengan tingkat kerusakan yang diakibatkan oleh ulahnya.<\/p>\n

Beliau juga menjelaskan bahwa menanam merupakan kegiatan yang baik dan bermanfaat. Tetapi jika untuk menempuh hal itu harus dengan membakar yang merupakan mafsadah, tentu hal ini tidak diperkenankan secara syariat.<\/p>\n

Ia pun mengutip kaidah\u00a0fikih dar\u2019u al-mafasaid muqaddamun \u2018ala jalb al-mashalih,\u00a0menghindari mafsadah atau kerusakan harus lebih didahulukan ketimbang melahirkan kemaslahatan. Atas dasar itulah, Kiai Arwani menyatakan bahwa dalam perkara melakukan hal yang maslahah, tidak boleh dicampuradukkan sedikit pun dengan perkara mafsadah.<\/p>\n

Meskipun maslahatnya lebih besar ketimbang kerusakan yang ditimbulkan olehnya. \u201cPerintah melakukan maslahah harus bersih dari mafsadah,\u201d ujarnya.<\/p>\n

Kiai Arwani mengingatkan kepada para ustadz bahwa hal ini penting untuk disampaikan kepada masyarakat luas. Tentu, menurutnya, tidak mesti dalam satu sesi pengajian secara khusus membahas perkara pembakaran hutan. Ia tidak menyarankan demikian.<\/p>\n

\u201cSetiap saat kita bicara tentang larangan memberikan mafsadah kepada dirinya dan orang lain, maka singgunglah, antara lain adalah pembakaran hutan,\u201d pungkasnya.<\/p>\n

Adapun terkait ladang gambut, Lahan gambut harus dimanfaatkan untuk kepentingan publik. Oleh karena itu, menurut KH Arwani Faisal.<\/p>\n

menyebutkan bahwa Allah secara tegas melarang perusakannya dengan cara apa pun.<\/p>\n

Kiai Arwani kemudian mengutip Al-Qur’an surat Al-A’raaf ayat 56.<\/p>\n

\u0648\u064e\u0644\u064e\u0627 \u062a\u064f\u0641\u0652\u0633\u0650\u062f\u064f\u0648\u0627 \u0641\u0650\u064a \u0627\u0644\u0652\u0627\u064e\u0631\u0652\u0636\u0650 \u0628\u064e\u0639\u0652\u062f\u064e \u0625\u0650\u0635\u0652\u0644\u064e\u0627\u062d\u0650\u0647\u064e\u0627 …\u0627\u0644\u0627\u064a\u0629<\/strong><\/p>\n

Dan janganlah kamu merusak di bumi setelah baik.<\/p>\n

Sebelum dihuni manusia, menurutnya, bumi keras seperti batu. Jutaan tahun kemudian berlumut. Ia menjelaskan bahwa frasa “bakda ishlahiha” menunjukkan adanya proses pada bumi.<\/p>\n

Dari ayat itu juga, Kiai Arwani menyimpimulkan bahwa manusia diminta untuk mempertanggungjawabkan perilakunya. Pemanfaatan lahan gambut itu, menurutnya, juga digariskan oleh Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Mulk ayat 15.<\/p>\n

…\u0641\u064e\u0627\u0645\u0652\u0634\u064f\u0648\u0652\u0627 \u0641\u0650\u064a\u0652 \u0645\u064e\u0646\u064e\u0627\u0643\u0650\u0628\u0650\u0647\u064e\u0627… \u0627\u0644\u0622\u064a\u0629<\/strong><\/p>\n

Pergilah kamu ke sudut-sudut bumi.<\/p>\n

Kiai yang pernah menjadi pengurus Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (LBMNU) dua periode itu mengatakan bahwa ayat tersebut tidak hanya bisa dipahami sebagai perdagangan. Tetapi, ayat itu juga bisa berarti perintah untuk mencari lahan yang layak untuk ditanam jika dikaitkan dengan penanaman.<\/p>\n

Meskipun itu perintah dengan hukum dasarnya itu hukumnya wajib, tetapi hukum itu bisa berubah sesuai keadaannya. Kiai Arwani menyebut satu kaidah fiqih,\u00a0al-ashlu fi al-amri li al-wujub illa biqarinah,\u00a0asal perintah itu wajib kecuali terdapat\u00a0qarinah,\u00a0dalil lainnya.<\/p>\n

Kiai Arwani menguraikan bahwa menanam merupakan hal baik. Tetapi jika caranya dengan membakar hutan lebih dulu, tentu ini tidak bisa dibenarkan. Kebaikannya akan gugur.<\/p>\n

Kesimpulan yang dapat kita ambil, hukum membakar hutan dan ladang gambut ialah haram. Keharaman ini disebabkan impact yang ditimbulkan terlalu berbahaya, baik bagi manusia maupun hewan yang meninggali hutan tersebut.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

PeciHitam.org \u2013 Dewasa ini banyak kita temui pembakaran hutan dan ladang gambut. Alasan pembakarannya mulai dari buka lahan sampai penanaman pohon ulang. Memang tak memakan biaya banyak akan tetapi dampak negatif yang ditimbulkan itu yang luar biasa. Bagaimana hukum membakar hutan dan ladang gambut? KH Arwani Faisal menyatakan bahwa pembakaran lahan dan hutan hukumnya haram\u00a0murakkab. […]<\/p>\n","protected":false},"author":16,"featured_media":10186,"comment_status":"open","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[1691],"tags":[4296],"yoast_head":"\n