PeciHitam.org<\/strong> \u2013 Perlu kita ketahui bahwa Hukum asal hubungan antara dua insan adalah tidak boleh saling menyakiti atau melukai. Setiap ada unsur perbuatan yang menyebabkan luka terhadap orang lain, maka tindakan itu sudah termasuk kategori tindakan melanggar (i’tid\u00e2) dan melampaui batas (israf). Lalu bagaimanakah hukum suami memaksa istri berhubungan badan?<\/p>\n Hampir pasti bahwa setiap tindakan yang melampaui batas dan pelanggaran, selalu berbuah menerjang hak orang lain, dan dicela.<\/p>\n \u0625\u0650\u0646\u0651\u064e\u0647\u064f \u0644\u064e\u0627 \u064a\u064f\u062d\u0650\u0628\u0651\u064f \u0627\u0644\u0652\u0645\u064f\u0633\u0652\u0631\u0650\u0641\u0650\u064a\u0646\u064e<\/strong><\/p>\n \u201cSesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.\u201d (QS al-A\u2019raf: 31)<\/p>\n Dalam kehidupan sehari-hari, relasi dua orang insan atau lebih hakikatnya adalah mewujudkan kehidupan yang damai. Dalam rumah tangga, relasi antara dua orang suami<\/a><\/strong>–istri<\/a> <\/strong>adalah dalam rangka mewujudkan kehidupan yang\u00a0sakinah\u00a0(damai),\u00a0mawaddah\u00a0(penuh rasa cinta) dan\u00a0rahmah\u00a0(kasih sayang).<\/p>\n Bila dari kedua relasi ini ternyata kemudian timbul ada yang merasa tersakiti, maka dilihat dari unsur penderitanya, rasa sakit itu terjadi karena beberapa faktor. Faktor utamanya mungkin adalah karena adanya pelanggaran hak atas salah satu pihak.<\/p>\n Mungkin karena ada yang harus ridha dengan rasa sakit, mungkin harus sama-sama ridha, namun ada kalanya juga yang tanpa keridhaan. Sekilas jika dipetakan akan tampak sebagaimana uraian berikut:<\/p>\n 1. Sakit yang diridhai oleh si sakit. Misalnya: cubitan suami terhadap pipi istrinya. Sakit, tapi si istri ridha. Akibat yang lahir dari \u201cmenyakiti\u201d seperti ini justru timbulnya hubb (rasa cinta), bahkan bisa berefek peluang menambah keturunan.<\/p>\n 2. Sakit yang setengah diridhai tapi dengan tebusan. Misalnya adalah sakit disebabkan karena bedahnya selaput dara sang istri. Apakah tidak sakit? Jelas sakit. Karena ada darah yang keluar. Tapi istri ridha. Buktinya ridha adalah diterimanya\u00a0shidaq\/mahar. Padahal bedahnya dara keperawanan (ifdla’) memungkinkan akibat beberapa sebab.<\/p>\n Pertama, mungkin hal itu disebabkan oleh persenggamaan (jima’) yang halal.\u00a0Kedua, mungkin sebab jari atau\u00a0benda lain. Padahal dari kedua hal di atas, pelakunya adalah sama-sama suami itu sendiri.<\/p>\n Berangkat dari sebab\u00a0ifdla’\u00a0dengan jalan yang kedua, terjadi ikhtilaf di kalangan ulama. Sebagian ulama menyebutkan bahwa bagi suami wajib mengeluarkan\u00a0arsyul bik\u00e2rah\u00a0(tebusan keperawanan). Illat yang dipergunakan oleh ulama ini adalah karena:<\/p>\n Sebagian lagi ulama menyatakan bahwa\u00a0ifdla’\u00a0yang dilakukan dengan cara apa pun juga, asalkan itu dilakukan oleh suami sendiri, maka suami tidak perlu mengeluarkan\u00a0arsyu al-bik\u00e2rah. Illat yang dipergunakan adalah sebagai berikut:<\/p>\n Dari kedua pendapat ulama yang ikhtilaf ini, dalam timbangan penulis, pada hakikatnya sama-sama menghendaki ketiadaan keterpaksaan sang istri. Hanya saja, kedua pendapat di atas dibedakan oleh batasan keridhaan. Pendapat yang pertama dibatasi oleh shidaq\/mahar. Sementara pendapat kedua dibatasi oleh tempat khalwah.<\/p>\n 3. Sakit yang tidak diridhai. Sakit yang tidak diridhai umumnya lahir karena adanya unsur\u00a0ikrah\/pemaksaan. Misalnya tindakan yang disertai dengan penganiayaan atau ancaman sehingga melahirkan efek traumatik. Ada banyak contoh yang bisa menggambarkan hal ini. Sudah pasti sanksi untuk kasus ini sifatnya berjenjang dan tidak bisa disamaratakan. Illat penjelasnya adalah\u00a0ikrah.<\/p>\n Sanksi dalam syariat terkait masalah yang ketiga ini bisa dikelompokkan dalam beberapa macam, yaitu:<\/p>\n a. Hukuman mati<\/p>\n Hukuman mati tetap berlaku meskipun yang melakukan adalah suami sendiri, akan tetapi dapat dibuktikan karena tindakannya sampai menghilangkan nyawa korban yang masih istri sendiri. Misalnya kasus suami yang maniac sex abusement (kelainan seksual). Meskipun tindakannya ada di kamar sendiri, namun dapat menghilangkan nyawa sang istri akibat penyimpangan yang ia lakukan.<\/p>\n b. Hukuman penjara dan qishash.<\/p>\n Hukuman ini umumnya bisa dilakukan terhadap suami akibat kekerasan yang ia lakukan karena telah membenturkan istri, mendorongnya sehingga mengalami luka<\/p>\n c. Hukuman dengan kapasitas sebagai\u00a0arsyun\u00a0(kompensasi) diakibatkan hilangnya beberapa fungsi panca indera atau rusaknya organ persenggamaan sehingga menghilangkan nikmatnya berjima’. Sebenarnya contoh kasus ini bisa naik menjadi pasal penganiayaan bila sampai timbul luka dan traumatik.<\/p>\n d. Hukuman dengan kapasitas sebagai ta’zir. Hukuman ini misalnya bisa diterapkan pada pelaku sodomi atau pemerkosaan oleh suami terhadap istri (seperti judul artikel Hukum Suami Memaksa Istri Berhubungan Badan ini). Contoh tindakan pemerkosaan ini misalnya adalah: suami istri tengah dalam kasus sengketa rumah tangga dan diujung perceraian atau bahkan mungkin sudah berlangsung sidang di pengadilan, namun belum diputus oleh hakim. Sudah terjadi pisah ranjang selama beberapa waktu antara keduanya. Dan tiba-tiba suami mendatangi istri yang tengah berseteru kemudian memaksanya melakukan persenggamaan dengan harapan bila dia hamil, maka perceraian menjadi urung terjadi.<\/p>\n Lantas apa hikmah di balik hukum ini semua?<\/p>\n Sebenarnya banyak sekali hikmah yang bisa diambil. Inti dari maqashid syariat adalah tercapainya kemaslahatan bagi semua pihak dengan tidak menghilangkan hak masing-masing individu di hadapan hukum syariat.<\/p>\n \u0625\u0646 \u0627\u0644\u0644\u0647 \u0641\u0631\u0636 \u0641\u0631\u0627\u0626\u0636 \u0641\u0644\u0627 \u062a\u0636\u064a\u0639\u0648\u0647\u0627 \u0648\u062d\u062f \u062d\u062f\u0648\u062f\u0627 \u0641\u0644\u0627 \u062a\u0639\u062a\u062f\u0648\u0647\u0627 \u0648\u062d\u0631\u0645 \u0623\u0634\u064a\u0627\u0621 \u0641\u0644\u0627 \u062a\u0646\u062a\u0647\u0643\u0648\u0647\u0627 \u0648\u0633\u0643\u062a \u0639\u0646 \u0623\u0634\u064a\u0627\u0621 \u0631\u062d\u0645\u0629 \u0644\u0643\u0645 \u063a\u064a\u0631 \u0646\u0633\u064a\u0627\u0646 \u0641\u0644\u0627 \u062a\u0628\u062d\u062b\u0648\u0627 \u0639\u0646\u0647\u0627 \u062d\u062f\u064a\u062b \u062d\u0633\u0646 \u0631\u0648\u0627\u0647 \u0627\u0644\u062f\u0627\u0631\u0642\u0637\u0646\u064a \u0648\u063a\u064a\u0631\u0647<\/strong><\/p>\n Artinya: “Allah subhanahu wata\u2019ala sesungguhnya telah menetapkan bagian-bagian, maka jangan kalian sia-siakan. Dia telah menetapkan batasan-batasan maka jangan kalian melanggarnya. Dia juga telah mengharamkan beberapa perkara maka jangan kalian menerjangnya. Dia pula telah mendiamkan beberapa perkara lain sebagai bentuk kasih sayang bagi kalian yang tiada pernah lupa maka jangan membahas-bahasnya. Hadits Hasan Riwayat al D\u00e2raquthni dan yang lainnya.” (Ibnu Rajab al Hanbali,\u00a0J\u00e2mi’u al Ulum wa al-Hukm, Kairo: Muassasah al-Ris\u00e2lah, 2001: 150).<\/p>\n Jadi, intinya bahwa tidak setiap sesuatu yang dipandang halal sifatnya menjadi boleh secara mutlak, melainkan ada ketetapan yang tidak boleh dilanggar. Demikian pula dalam kasus rumah tangga. Semua ada batasan syara’ yang tidak boleh dilanggar oleh semua pihak.<\/p>\n Walhasil, ada\u00a0perbedaan besar\u00a0antara makna\u00a0ikrah\u00a0\u00a0(pemaksaan)\u00a0sebagai dasar kekerasan yang merupakan fondasi kejahatan atau kriminal (jin\u00e2yah) dengan makna ketundukan atau ketaatan. Ada banyak catatan yang harus diperhatikan di dalamnya. Dan catatan ini biasanya adalah “pemaksaan suami terhadap istrinya dalam berhubungan seksual adalah termasuk ikrah bila disertai ancaman atau berefek traumatik.\u00a0Wallahu a’lam..<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":" PeciHitam.org \u2013 Perlu kita ketahui bahwa Hukum asal hubungan antara dua insan adalah tidak boleh saling menyakiti atau melukai. Setiap ada unsur perbuatan yang menyebabkan luka terhadap orang lain, maka tindakan itu sudah termasuk kategori tindakan melanggar (i’tid\u00e2) dan melampaui batas (israf). Lalu bagaimanakah hukum suami memaksa istri berhubungan badan? Hampir pasti bahwa setiap tindakan […]<\/p>\n","protected":false},"author":16,"featured_media":10188,"comment_status":"open","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[1691,22],"tags":[4297],"yoast_head":"\n\n
\n