Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-content/plugins/post-pay-counter/post-pay-counter.php:1) in /srv/users/blogpecihitam/apps/pecihitam/public/wp-includes/rest-api/class-wp-rest-server.php on line 1831
{"id":9645,"date":"2019-09-20T10:14:07","date_gmt":"2019-09-20T03:14:07","guid":{"rendered":"https:\/\/pecihitam.org\/?p=9645"},"modified":"2019-09-20T10:14:07","modified_gmt":"2019-09-20T03:14:07","slug":"hukum-suami-memaksa-istri-berhubungan-badan","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/www.pecihitam.org\/hukum-suami-memaksa-istri-berhubungan-badan\/","title":{"rendered":"Hukum Suami Memaksa Istri Berhubungan Badan"},"content":{"rendered":"

PeciHitam.org<\/strong> \u2013 Perlu kita ketahui bahwa Hukum asal hubungan antara dua insan adalah tidak boleh saling menyakiti atau melukai. Setiap ada unsur perbuatan yang menyebabkan luka terhadap orang lain, maka tindakan itu sudah termasuk kategori tindakan melanggar (i’tid\u00e2) dan melampaui batas (israf). Lalu bagaimanakah hukum suami memaksa istri berhubungan badan?<\/p>\n

Hampir pasti bahwa setiap tindakan yang melampaui batas dan pelanggaran, selalu berbuah menerjang hak orang lain, dan dicela.<\/p>\n

\u0625\u0650\u0646\u0651\u064e\u0647\u064f \u0644\u064e\u0627 \u064a\u064f\u062d\u0650\u0628\u0651\u064f \u0627\u0644\u0652\u0645\u064f\u0633\u0652\u0631\u0650\u0641\u0650\u064a\u0646\u064e<\/strong><\/p>\n

\u201cSesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.\u201d (QS al-A\u2019raf: 31)<\/p>\n

Dalam kehidupan sehari-hari, relasi dua orang insan atau lebih hakikatnya adalah mewujudkan kehidupan yang damai. Dalam rumah tangga, relasi antara dua orang suami<\/a><\/strong>–istri<\/a> <\/strong>adalah dalam rangka mewujudkan kehidupan yang\u00a0sakinah\u00a0(damai),\u00a0mawaddah\u00a0(penuh rasa cinta) dan\u00a0rahmah\u00a0(kasih sayang).<\/p>\n

Bila dari kedua relasi ini ternyata kemudian timbul ada yang merasa tersakiti, maka dilihat dari unsur penderitanya, rasa sakit itu terjadi karena beberapa faktor. Faktor utamanya mungkin adalah karena adanya pelanggaran hak atas salah satu pihak.<\/p>\n

Mungkin karena ada yang harus ridha dengan rasa sakit, mungkin harus sama-sama ridha, namun ada kalanya juga yang tanpa keridhaan. Sekilas jika dipetakan akan tampak sebagaimana uraian berikut:<\/p>\n

1. Sakit yang diridhai oleh si sakit. Misalnya: cubitan suami terhadap pipi istrinya. Sakit, tapi si istri ridha. Akibat yang lahir dari \u201cmenyakiti\u201d seperti ini justru timbulnya hubb (rasa cinta), bahkan bisa berefek peluang menambah keturunan.<\/p>\n

2. Sakit yang setengah diridhai tapi dengan tebusan. Misalnya adalah sakit disebabkan karena bedahnya selaput dara sang istri. Apakah tidak sakit? Jelas sakit. Karena ada darah yang keluar. Tapi istri ridha. Buktinya ridha adalah diterimanya\u00a0shidaq\/mahar. Padahal bedahnya dara keperawanan (ifdla’) memungkinkan akibat beberapa sebab.<\/p>\n

Pertama, mungkin hal itu disebabkan oleh persenggamaan (jima’) yang halal.\u00a0Kedua, mungkin sebab jari atau\u00a0benda lain. Padahal dari kedua hal di atas, pelakunya adalah sama-sama suami itu sendiri.<\/p>\n

Berangkat dari sebab\u00a0ifdla’\u00a0dengan jalan yang kedua, terjadi ikhtilaf di kalangan ulama. Sebagian ulama menyebutkan bahwa bagi suami wajib mengeluarkan\u00a0arsyul bik\u00e2rah\u00a0(tebusan keperawanan). Illat yang dipergunakan oleh ulama ini adalah karena:<\/p>\n