Pecihitam.org<\/strong> – Membicarakan tentang isu hak kebebasan beragama saat ini menjadi bahasan yang penting dan mendesak. Karena apa? Belakangan sering terjadi di mana sebuah ormas yang melakukan tindakan yang melampaui wewenang aparat keamanan. Ormas seolah bertindak sebagai juru kekerasan main hakim sendiri terhadap sebuah permasalahan yang ada di masyarakat. Padahal, wewenang menjadi juru keamanan hanya diberikan kepada kepolisian.<\/p>\n\n\n\n

Perilaku kekerasan ormas yang melakukan perilaku main hakim sendiri\ntersebut mengorbankan kelompok minoritas. Seringkali, kelompok minoritas\nkehilangan tempat ibadahnya karena ditutup paksa oleh beberapa ormas yang\nbertindak melampaui kewenangan kepolisian tersebut. Padahal, dalam undang-undang\nsendiri sudah ada jaminan kebebasan dalam beragama kepada setiap warga negara.<\/p>\n\n\n\n

Beberapa ormas keislaman yang melakukan aksi pelanggaran kebebasan\nberagama sebuah agama lain ini mendasarkan legitimasi aksi kekerasan mereka\nadalah ajaran agama. Menurut mereka, agama atau aliran para korban tersebut\ndianggap sebagai kelompok yang sesat dan tidak sesuai dengan ajaran agama yang\nmereka percayai.<\/p>\n\n\n\n

Sebetulnya, yang menjadi persoalan adalah ketika semua ormas\nmenganggap kelompok lain adalah ormas yang tidak sesuai dengan ajaran mereka\nmasing-masing, maka akan terjadi kekacauan di mana-mana. Karena, tentu saja setiap\nkelompok memiliki sistem nilai atau konsep keimanan masing-masing dan di\nsegi-segi tertentu akan bertentangan dengan kelompok lain.<\/p>\n\n\n\n

Dalam konteks demikian itu, supaya antar kelompok tidak terjadi\nkeos, maka perlu adanya payung bersama supaya interaksi masing-masing kelompok\ndapat berjalan harmonis. Dan juga supaya setiap kelompok tidak merasa lebih kuat\ndan kelompok lain dirugikan. Karena jika tidak ada payung bersama yang bisa\nmemungkinkan semua kelompok memiliki hak yang sama, ditakutkan permasalahan\nsaling intimidasi akan menjadi permasalahan yang terus berulang dan tak\nselesai-selesai.<\/p>\n\n\n\n

Dalam situasi yang demikian itu, kita perlu menelisik pemikiran KH. Abdurrahman Wahid, atau yang akrab disapa Gus Dur<\/a><\/strong>. Pemikiran Gus Dur tentang jaminan kebebasan beragama penting untuk kita telisik kembali. Mengapa? Karena gagasan Gus Dur berangkat dari ajaran Islam itu sendiri. Dimana yang sebelumnya kelompok ormas yang sering melakukan pelanggaran kebebasan beragama mengingkari adanya gagasan dalam Islam bahwa ada perintah untuk menjamin kebebasan agama lain.<\/p>\n\n\n\n

Gus Dur mendasarkan pemikirannya melalui gagasan yang ada dalam\ntradisi pesantren, yakni Maqashid Syari\u2019ah. Maqashid Syari\u2019ah sendiri terdiri\ndari lima prinsip dasar yang menjadi tujuan akhir sebuah syari\u2019at Islam.\nDemikian itu meliputi sebagaimana berikut.<\/p>\n\n\n\n

Pertama, hifdzu nafs<\/em> yakni keselamatan fisik warga\nmasyarakat dari tindakan badani di luar hukum. Kedua, hifdzu ad-din,<\/em>\njaminan keselamatan atas pilihan agama masing-masing. Ketiga,<\/em> hifdzu\nnasl <\/em>yakni keselamatan keluarga dan keturunan. Keempat, hifdzu al-ma,<\/em>\nyakni jaminan kepemilikan harta benda. Terakhir, hifdzu al-aql, <\/em>jaminan\nkeselamatan pikiran atau profesi (Wahid, 2007; hal 5).<\/p>\n\n\n\n

Terkait dengan prinsip jaminan kebebasan beragama, Gus Dur menimba\ninspirasinya dari prinsip Maqosyid Syari\u2019ah<\/em> yang kedua, yakni hifdz\nad-din<\/em>, sebuah jaminan setiap pemeluk agama mendapatkan keselamatan atas\npilihan agamanya masing-masing. Menariknya, landasan pemikiran harmonisasi\nhubungan antar agama dalam ruang publik tersebut ada dalam ajaran Islam itu\nsendiri.<\/p>\n\n\n\n

Demikian itu menampilkan bahwa prinsip-prinsip bagaimana jaminan\nkebebasan beragama tersebut adalah bagian dari semangat dakwah Islam. Menurut\nGus Dur dari awal Islam berkembang menjadi agama besar di dunia sudah membawa\nmisi yang beradab dan kosmopolitan. Menurutnya Islam sudah terbiasa dalam\nberinteraksi dengan berbagai kalangan yang berbeda agama.<\/p>\n\n\n\n

Benar apa yang dikatakan Gus Dur, dalam sejarah kebangkitan\nperadaban Islam era khalifah Al-Makmun di Baghdad pada abad ke-9 masehi, bahwa\npembangunan pusat pengembangan ilmu pengetahuan terbesar di dunia \u201cBait\nal-Hikmah\/Rumah (pusat) kebijaksanaan\u201d<\/em> melibatkan banyak kalangan non\nmuslim. Banyak kalangan non muslim membantu dan bekerja menerjemahkan berbagai\nkhazanah ilmu pengetahuan dari Yunani dan Persia kedalam bahasa Arab, bahasa\nperadaban Islam.<\/p>\n\n\n\n

Dengan demikian, ajaran Islam sendiri memiliki anjuran untuk\nmemberikan kebebasan beragama bagi setiap orang. Setiap orang berhak memilih\nagamanya sesuai hati nuraninya. Patokannya adalah selama tidak mengganggu\nkeimanan yang kita percayai. Hal ini sesuai dengan dalil al-Qur\u2019an Surat\nAl-Kafirun ([109]:6) bahwa \u201clakum dinukum, wa liyaddin\/ bagimu agamamu, dan\nbagiku agamaku\u201d.  Wallahua\u2019lam.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Pecihitam.org – Membicarakan tentang isu hak kebebasan beragama saat ini menjadi bahasan yang penting dan mendesak. Karena apa? Belakangan sering terjadi di mana sebuah ormas yang melakukan tindakan yang melampaui wewenang aparat keamanan. Ormas seolah bertindak sebagai juru kekerasan main hakim sendiri terhadap sebuah permasalahan yang ada di masyarakat. Padahal, wewenang menjadi juru keamanan hanya […]<\/p>\n","protected":false},"author":47,"featured_media":9832,"comment_status":"open","ping_status":"closed","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[8],"tags":[762,2983],"yoast_head":"\n