Pecihitam.org<\/strong> – Nama lengkapnya adalh Fathu Al-Qorib Al-Mujib Fi Syarhi Alfazhi At-Taqrib (\u0641\u062a\u062d \u0627\u0644\u0642\u0631\u064a\u0628 \u0627\u0644\u0645\u062c\u064a\u0628 \u0641\u064a \u0634\u0631\u062d \u0623\u0644\u0641\u0627\u0638 \u0627\u0644\u062a\u0642\u0631\u064a\u0628<\/strong>) atau lebih dikenal dengan nama Fathul Qorib (\u0641\u062a\u062d \u0627\u0644\u0642\u0631\u064a\u0628<\/strong>). Nama lain dari kitab ini adalah Al-Qoulu Al-Mukhtar Fi Syarhi Ghoyah Al-Ikhtishor. Pengarangnya sengaja membuat dua nama ini karena manuskrip matan Abu Syuja\u2019 yang beliau temui kadang menyebut matan itu dengan nama At-Taqrib dan kadang menyebutnya Ghoyatu Al-Ikhtishor. Dalam pembicaraan, kadang Kitab Fathul Qorib disebut secara makna dengan nama Syarah Ibnu Qosim Al-Ghozzi.<\/p>\n\n\n\n Kitab Fathul Qorib adalah kitab fiqih ber-mazhab <\/a>Asy<\/a>-Syafii<\/a><\/strong> yang merupakan syarah matan terkenal bernama matan Abu Syuja\u2019 atau yang juga populer dengan nama At-Taqrib. Demikian terkenal dan pentingnya kitab ini sampai ia dijuluki At-Tuhfah Ash-Shoghiroh (Tuhfah kecil), seakan-akan kitab Fathul Qorib adalah versi mini dari Tuhfatu Al-Muhtaj karya Ibnu Hajar Al-Haitami. Kita sudah tahu bagaimana besar kedudukan dan pentingnya kitab Tuhfatu Al-Muhtaj di kalangan ulama Asy-Syafiiyah.<\/p>\n\n\n\n Kitab Fathul Qorib adalah karangan ulama bernama Ibnu Qosim Al-Ghozzi atau dikenal juga dengan nama Ibnu Al-Ghorobili. Nama lengkapnya, Syamsuddin Abu \u2018Abdillah Muhammad bin Qosim Al-Ghozzi. Beliau lahir di bulan Rajab di Ghozzah pada tahun 859 H. Di kota itu pula beliau tumbuh. Hanya saja, pada tahun 881 H beliau memutuskan keluar kampung untuk merantau dan menuntut ilmu ke Mesir sampai akhirnya menjadi ulama yang disegani. <\/p>\n\n\n\n Konon, orangnya memiliki pembawaan yang berwibawa. Jika ada orang yang melihatnya, dia bisa gemetar. Suaranya merdu sekali sehingga orang yang shalat bermakmum di belakangnya tidak akan bosan mendengar bacaan Al-Quran beliau. Jika beliau mengajar atau berfatwa maka beliau selalu berada dalam kondisi suci sempurna. Ketika sultan Al-Ghuri membangun sebuah sekolah di Mesir, Al-Ghozzilah yang ditunjuk menjadi pimpinan dan khatibnya.<\/p>\n\n\n\n Beliau hafal Al-Quran, Manzhumah Asy-Syathibiyyah dalam ilmu qiroat, kitab Minhaj Ath-Tholibin, Alfiyyyah dalam ilmu hadits, alfiyyah dalam ilmu nahwu, sebagian besar Jam\u2019u Al-Jawami\u2019 dan lain-lain. Di antara gurunya yang terkenal adalah As-Sakhowi (902 H). <\/p>\n\n\n\n Adapun terkait karangan Al-Ghozzi yakni kitab Fathul Qorib, dalam muqoddimah beliau menerangkan bahwa kitabnya ini ditujukan untuk pemula (mubtadi-in). Dan praktek di lapangan penggunaannya memang demikian. Di sejumlah lembaga pendidikan Islam kitab ini dipelajari di tahap-tahap awal belajar fiqih Asy-Syafii. <\/p>\n\n\n\n Kitab ini sangat populer. Di ajarkan di banyak lembaga-lembaga pendidikan agama Islam di seluruh dunia. Lembaga pendididikan, pondok-pondok pesantren, masjid, musholla, surau bahkan rumah-rumah juga banyak mengkajinya. Universitas Al-Azhar Mesir juga menjadikannya sebagai kitab wajib yang dipelajari. <\/p>\n\n\n\n Bentuknya syarah pertengahan (mutawassith). Bukan syarah panjang lebar yang membosankan dan bukan syarah ringkas yang bisa merusak makna. Dalam mensyarah, Al-Ghozzi memberi perhatian tinggi saat menjelaskan makna bahasa dan makna istilah-istilah fiqih. Sangat terlihat pada saat Al-Ghozzi mensyarah bab pertama, yaitu bab Thoharoh. <\/p>\n\n\n\n Pertama-tama Al-Ghozzi menerangkan definisi al-kitab secara bahasa, setelah itu beliau menjelaskan definisi al-kitab dalam istilah fuqoha. Setelah selesai menerangkan makna tadi, Al-Ghozzi berpindah menerangkan istilah lain yang merupakan satuan di bawah al-kitab yaitu Al-bab. Al-Ghozzi menjelaskan makna bahasanya kemudian makna istilahnya sebagaimana sebelumnya. Ketika penjelasan teknis terkait penggolongan judul itu selesai, barulah Al-Ghozzi menerangkan makna judul bab, yaitu makna thoharoh. Saat menerangkan lafaz thoharoh, Al-Ghozzi menjelasakan variasi lafaz yang berkonsekuensi pada perbedaan makna. Setelah itu baru dijelaskan makna bahasa dan makna istilahnya. Dari sini tampaklah keluasan pengetahuan bahasa Al-Ghozzi maupun pengetahuan fiqihnya.<\/p>\n\n\n\n Begitu masuk ke isi utamanya, jika terdapat kata-kata yang kemungkinan samar maka cara Al-Ghozzi dalam mensyarah adalah menjelaskan dengan menyebut sinonimnya atau ungkapan persamaan katanya. Lafadz-lafadz muthlaq yang mungkin disalahpahami diberi taqyid oleh beliau. Lafadz-lafadz umum yang mungkin dipersepsikan keliru dijelaskan kondisi-kondisi khususnya. Jika perlu, Al-Ghozzi juga memberikan contoh-contoh untuk memperjelas ungkapan tersebut. Jika Al-Ghozzi mendapati Abu Syuja\u2019 berihtiroz (berhati-hati) dalam menulis ungkapan, maka ungkapan muhtaroz itu dijelaskan sisi ihtiroznya. Semua dijelaskan secara ringkas dengan membuang dalil. <\/p>\n\n\n\n Dengan deskripsi singkat seperti ini tak salah jika dikatakan bahwa kitab Fathul Qorib adalah syarah pertengahan (mutawassith) untuk matan Abu Syuja\u2019.<\/p>\n\n\n\n