Pecihitam.org<\/strong> – Sifat Ke-Empat Yang Wajib Bagi Allah Swt adalah Mukhalafatuhu Lilhawadits ( \u0645\u064f\u062e\u064e\u0627\u0644\u064e\u0641\u064e\u062a\u064f\u0647\u064f \u0644\u0650\u0644\u0652\u062d\u064e\u0648\u064e\u0627\u062f\u0650\u062b<\/strong> ), adapun sifat Mustahil Allah Bersifat Mumaatsalatuhu Lilhawadits ( \u0645\u064f\u0645\u064e\u0627\u062b\u064e\u0644\u064e\u062a\u064f\u0647\u064f \u0644\u0650\u0644\u0652\u062d\u064e\u0648\u064e\u0627\u062f\u0650\u062b<\/strong> )<\/p>\n\n\n\n Arti dari \u201cmukhalafatuhu lilhawadits\u201d adalah berbeda bagi\nsegala yang baharu, lawan daripada sifat ini yaitu \u201cmumatsalatuhu lilhawadits\u201d yang\nberarti serupa bagi segala yang baharu.<\/p>\n\n\n\n Allah Ta\u2019ala wajib berbeda dengan segala yang baharu, baik pada zat-Nya, sifat-Nya maupun perbuatan-Nya. Dia tidak serupa dengan makhluk dan apapun yang ada pada makhluk. <\/p>\n\n\n\n Oleh karena itu Allah Ta\u2019ala tidaklah Ia bertubuh, bukanlah Allah itu sebuah sifat yang butuh kepada suatu zat untuk bertumpu, juga tidaklah Allah Ta\u2019ala itu berada di atas tiap sesuatu yang baharu, tidak di bawah, di belakang, di kanan, di kiri dan di hadapannya.<\/p>\n\n\n\n Juga tidak ada arah bagi wujud zat-Nya, seperti arah\nhadapan, belakang, kanan, kiri, atas dan bawah. Tidak bergerak-gerak Ia dan\njuga tidak Diam, zat-Nya tidak memiliki juzuk atau bagian-bagian tertentu\nseperti tangan, mata, telinga dan lainnya daripada bagian-bagian tubuh yang\nterdapat pada setiap makhluk atau hawadits (sesuatu yang baharu).<\/p>\n\n\n\n Berkata Syeikh H. Nek Abdullah Al-Jambawi di dalam kitabnya yang bernama \u201cPati Faridatul-Faraid\u201d : <\/p>\n\n\n\n Lalu bagaimanakah kiranya jika terdapat ayat-ayat atau suatu hadits yang mutasyabihat (samar-samar), yang seolah olah seperti menyerupakan Allah dengan sesuatu yang ada bagi yang baharu misalkan seperti \u201ctangan Allah berada di atas tangan-tangan mereka\u201d dan \u201cTuhan Yang Maha Rahman di atas arasy tertinggi\u201d dan lain sebagainya? <\/p>\n\n\n\n Maka Ulama-ulama Salaf berkomentar : Kami tidak tahu\nbagaimana maksud yang sebenarnya dari ayat tersebut, maksud dari ayat yang semacam ini semuanya terserah\nkepada Allah Ta\u2019ala. Sedangkan Ulama Khalaf menta\u2019wil (memalingkan) makna dari\nlafadh samar-samar tersebut kepada makna yang munasabah atau yang layak baginya.\n(Pati Faridatul-Faraid)<\/em><\/p>\n\n\n\n Sifat Keilmuan Allah Ta\u2019ala juga berbeda dengan keilmuan\nhawadits. Ilmu Allah Ta\u2019ala tidak di upayakan atau di hasilkan dengan menilik\natau mencari dalil-dalil. Tiada kelupaan, kelalain dan ketidak tahuan yang\ntiba-tiba datang pada ilmu-Nya, tidak seperti halnya ilmu atau pengetahuan yang\nada pada kita manusia, kita bisa lalai, lupa dan jahil akan sesuatu perkara\nbahkan lebih.<\/p>\n\n\n\n Sifat Qudrah atau Kekuasaan Allah Ta\u2019ala tiada berhajat\nkepada alat-alat tertentu, kepada pertolongan dari apapun dan siapapun.<\/p>\n\n\n\n Sifat Iradah atau kehendak-Nya tidak di karenakan dengan\nsuatu tujuan dari berbagai tujuan pun. Maha Hidup Allah Ta\u2019ala dengan tanpa\nruh, berbeda dengan kehidupan kita yang membutuhkan ruh. Maha mendengar, Maha\nmelihat dan Maha berkata-kata Allah Ta\u2019ala dengan tanpa memerlukan\nanggota-anggota tertentu untuk setiap sifat tersebut.<\/p>\n\n\n\n Dan lagi Kalam Allah Ta\u2019ala tidaklah dengan bersuara dan\ntidak berhuruf yang muncul daripada suara. Tiada diam yang muncul tiba-tiba\npada-Nya, dan Af\u2019al atau perbuatan Allah\nTa\u2019ala tidaklah dengan anggota-anggota tertentu, juga tidak ada campur tangan\nsesuatu yang lain pada setiap perbuatan-Nya.<\/p>\n\n\n\n Semua yang baru saja di sebutkan diatas itu mustahil adanya\npada zat-Allah Ta\u2019ala, Maha Suci lagi Maha Tinggi Allah daripada\nMenyerupai Makhluk-Nya dalam hal apapun.<\/p>\n\n\n\n