Cerita Gus Baha Tentang Slogan Kembali ke Qur’an dan Sunnah

Cerita Gus Baha Tentang Slogan Kembali ke Qur'an dan Sunnah

Pecihitam.org – Suatu waktu Gus Baha bercerita tentang slogan kaum wahabi yang getol mengatakan himbauan supaya kita semua kembali ke Qur’an dan Sunnah. Gus Baha mengatakan “belakangan ini ada ormas-ormas yang sedikit-sedikit mengajak umat kembali ke Qur’an dan Sunnah”.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Menurut Gus Baha slogan demikian itu justru ditanggapi dengan guyonan santai saja oleh kiai-kiai pesantren bahwa “anda saja (wahabi) yang harus kembali ke Qur’an dan Sunnah, karena keluar anda sudah terlalu jauh. Dan kita (kalangan pesantren)  tidak perlu kembali, karena kita tidak kemana-mana dalam arti sudah mengamalkannya” ujarnya dengan tertawa.

Slogan tentang kembali ke Qur’an dan Sunnah tersebut belakangan menjadi persoalan di dalam hubungan internal umat Islam, khususnya antara kaum Nahdlatul Ulama (NU) dengan kaum wahabi. Seringkali kaum wahabi dengan legitimasi slogan tersebut membid’ah-bid’ahkan ritual yasinan, ziarah kubur dan tahlilan dalam kalangan NU.

Biasanya kuam wahabi menjustifikasi bahwa kalangan nahdliyin (sebutan untuk warga NU) yang melakukan ritual yasin, ziarah kubur dan tahlil melakukan ritus ibadah yang tidak ada dalilnya di dalam Qur’an dan Sunnah. Mereka dengan serampangan mengutip salah satu kalimat dalam Qur’an maupun Sunnah untuk menyalah-nyalahkan ritus kaum nahdliyin tersebut.

Baca Juga:  Gus Baha: Bukti Jual Beli dan Riba Lebih Untung Mana?

Benar saja kalau kaum wahabi tidak menemukan kutipan langsung di Qur’an dan Sunnah tentang anjuran yasinan, ziarah kubur dan tahlil. Dan lantas karena mereka tidak menemukan dalil anjuran melakukan ritual tersebut, secara terburu-buru mereka menjustifikasi ritual itu tidak sah untuk dilaksanakan dan dianggap bid’ah.

Padahal, semua ritus kaum nahdliyin tersebut memiliki rujukan yang absah juga dalam doktrin Islam. Misalnya tentang yasinan, adapun inti dari yasinan adalah membaca surat Yasin. Surat Yasin yang merupakan dari bagian dari al-Qur’an tidak membutuhkan dalil untuk membacanya.

Sebagaimana sudah umum dipahami bahwa membaca al-Qur’an adalah aktivitas yang berpahala, dan tentu saja membaca surat Yasin yang menjadi bagian darinya.

Kemudian tentang pembacaan tahlil. Adapun inti dari pembacaan tahlil adalah membaca kalimat La Illaha Illalah dan kalimat tayyibah lainnya yang sebetulnya merupakan bacaan-bacaan dzikir biasa. Di dalam Islam sendiri sangat dianjurkan untuk melakukan dzikir supaya umat Islam ingat dengan Allah Swt sang maha pencipta.

Baca Juga:  Gus Baha: Kisah Santri Nakal Naksir Sama Putri Kyai

Dan tentu saja aktivitas dzikir adalah aktivitas ibadah yang berpahala besar. Dengan demikian, melakukan pembacaan tahlil yang mana sama saja dengan ritual membaca dzikir adalah aktivitas ibadah yang memiliki pendasaran dalam dokrtin Islam.

Kemudian terkait dengan ziarah kubur yang selama ini menjadi ritus dan tradisi dalam kalangan nahdliyin. Terkait dengan ziarah kubur sendiri dalam hadist sempat dilarang oleh Rasulullah Saw karena di zaman awal mula Islam berkembang di Mekah banyak kaum muslim yang datang ke kuburan untuk menyembah orang yang telah meninggal.

Namun, hadist tersebut dinasakh (dibatalkan) oleh Rasul sendiri dengan hadist yang lebih baru bahwa ziarah kubur boleh dilaksanakan asalkan yang dilakukan di makam tidak melakukan ritual kemusyrikan dengan menyembah orang yang dikuburkan di dalamnya.

Ziarah kubur seyogyanya dilakukan untuk menjadi media pengingat bagi seorang muslim supaya ingat bahwa suatu saat ia akan meninggal dunia. Lantas dengan ia ingat dengan kematian, seorang muslim sepatutnya lebih banyak melakukan ibadah supaya kelak ketika meninggal sudah mendapatkan amal yang cukup sebagai bekal.

Baca Juga:  Gus Baha: Ngaji Al Hikam, Penghilang Nafsu dan Syahwat

Semua ritus yang menjadi tradisi kalangan nahdliyin tersebut bersumber dari doktrin Islam melalui serangkaian prosedur ijtihad hukum. Pendasaran dari dalil Qur’an dan Sunnah-nya juga kuat.

Dengan demikian benar apa yang dikatakan Gus Baha bahwa sebenarnya kalangan nahdliyin itu tidak perlu kembali ke Qur’an dan Sunnah. Lha wong selama ini yang diamalkan juga sudah bersumber dari keduanya, termasuk ritus yasinan, ziarah kubur dan tahlilan. Semuanya sudah ada dalilnya.

Dengan demikian, yang perlu kembali ke Qur’an dan Sunnah adalah kaum wahabi yang selama ini menggembar-gemborkan slogan tersebut. Mungkin saja selama ini mereka yang hidup dan ibadahnya belum sesuai dengan Qur’an dan Sunnah. Bisa jadi!! Wallahua’lam.