Isfahan; Kota Peradaban Islam di Persia

Isfahan, Kota Peradaban Islam di Persia

Pecihitam.org – Persia adalah daerah pertama di luar jazirah Arab yang berhasil ditaklukan oleh pasukan muslim. Sejak saat itu, Islam secara perlahan dianut oleh masyarakatnya dan menjadi agama mayoritas di wilayah tersebut.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Perubahan ini mengawali era baru Persia dengan identitasnya yang baru. Datangnya Islam juga turut membangun peradaban yang menghiasi sejarah negeri tersebut. 

Jejak-jejak kejayaan peradaban Islam di Persia masih bisa ditelusuri hingga saat ini. Salah satu kota yang menjadi representasi agungnya peradaban Islam di Persia adalah Isfahan.

Karena posisinya yang strategis, kota ini pernah dijadikan sebagai pusat pemerintahan dinasti-dinasti Islam yang menguasai wilayah itu seperti Timurid, Buwaih, Seljuk, dan Safawi. 

Sebetulnya, jauh sebelum Islam datang, Isfahan telah menjadi kota besar dan penting kekaisaran-kekaisaran Persia kuno.

Kebesarannya diteruskan oleh dinasti-dinasti Islam yang kemudian membangun kota tersebut dengan nuansa dan arsitektur yang bercorak islami.

Sebagai kota besar, Isfahan mampu menjadi magnet orang-orang dari berbagai wilayah untuk tinggal di sana baik dengan tujuan bekerja ataupun belajar.

Secara ekonomi, kota besar tentu lebih menjanjikan kesempatan untuk berkembang. Begitu pula, sebagai pusat pemerintahan dinasti Islam, kota ini menyediakan tempat belajar yang representatif.

Hal itu terbukti dengan banyaknya masjid dan madrasah yang berfungsi memberikan pendidikan.   

Baca Juga:  Musuh Pura-pura Haji dan Mengepung Utsman Selama 40 Hari Sebelum Membunuhnya

Karena faktor tersebut, maka tak heran jika Isfahan telah banyak melahirkan ulama dan cendekiawan yang mempunyai peranan penting dalam tradisi keilmuan Islam.

Mereka biasanya menisbatkan nama isfahani di belakangnya. Itu menunjukkan bahwa mereka berasal dari kota Isfahan. Sebut saja Abu Faraj al-Isfahani pengarang kitab al-Aghani dan Abu Nu’aym al-Isfahani dengan Hilyatul Auliyanya adalah di antara ulama yang tumbuh di sini.

Di antara penguasa-penguasa Islam, dinasti Safawi adalah dinasti yang paling berpengaruh dalam membangun Isfahan. Dinasti ini berhasil menyulap Isfahan menjadi kota yang sangat cantik dengan tata kota dan arsitektur bangunannya.

Mereka membangun banyak boulevard, jembatan, istana, masjid, dan menara. Semuanya ditata menjadi satu kesatuan yang tak ada kata yang pas untuk mengungkapkannya selain keindahan. 

Sejak saat itu, dikenal sebuah istilah nisf-e jahan untuk menyebut Isfahan yang memiliki arti setengah keindahan dunia. Bahkan, keindahan kota ini sanggup membuat musisi Jazz Duke Ellington menulis sebuah lagu bertemakan Isfahan.

Tak cukup di situ, UNESCO pun menobatkan kota ini ke dalam daftar warisan dunia yang harus dijaga.    

Kebesaran Isfahan nampaknya tidak luntur hingga saat ini. Kota ini merupakan kota terbesar ketiga setelah Tehran dan Mashad dan menjadi salah satu tujuan wisatawan di Persia.

Baca Juga:  Sejarah Lahirnya Mazhab Syafi'i, Sebuah Perjalanan Intelektual Sang Imam

Daya tariknya tentu saja jejak-jejak peradaban Islam di masa lalu yang dapat membuat decak kagum siapapun yang menyaksikannya.   

Ikon utama Isfahan adalah naqhs-e jahan yang berarti pola dunia atau dikenal pula dengan sebutan imam square.

Kawasan ini adalah salah satu maha karya peninggalan dinasti Safawi yang berbentuk tanah lapang dan dikelilingi oleh empat bangunan utama yang terdiri dari masjid, istana, masjid khusus keluarga kerajaan, dan bazar.  

Dua masjid yang saling berdampingan menawarkan keindahan arsitektur Islam dengan gaya Persia. Masjid dengan kubah biru adalah masjid umum dimana masyarakat dapat melaksanakan ibadah.

Sementara, masjid raja dan keluarganya tidak berkubah, tetapi dilengkapi dengan kaligrafi dan mozaik-mozaik yang membutuhkan keahlian khusus di dindingnya.   

Di sisi lain, istana Ali Qopu sebagai tempat tinggal raja berdiri kokoh berhadapan dengan masjid raja. Sedangkan, bazar menyediakan kebutuhan masyarakat untuk keperluan sehari-harinya.

Begitu pula dengan karpet Persia dari yang termurah sampai bernilai ratusan juta dapat ditemukan di sini. Masjid, istana, dan bazar adalah representasi dari pemerintah, masyarakat, dan ketaatan kepada Tuhan.   

Tak jauh dari imam square, ada masjid Jami Isfahan yang berusia ratusan tahun. Masjid ini merupakan salah satu masjid tertua di Iran. Ia dibangun sekitar abad 8 M di bawah pemerintahan Bani Umayyah. Dalam sejarahnya, masjid ini banyak sekali mengalami renovasi khususnya pada masa dinasti Seljuk. 

Baca Juga:  Inti Dari Misi Dakwah Rasulullah Di Madinah

Tak hanya square, Isfahan juga memiliki jembatan eksotis yang bernama siyose pol. Siyose pol dalam bahasa Persia berarti 33 jembatan. Yang dimaksud dengan 33 di sini adalah jumlah lengkungan yang terdapat di jembatan ini dari sisi satu ke sisi lainnya.

Selain itu, kota ini memiliki banyak taman yang tersebar di berbagai penjuru kota.  

Isfahan dengan kekayaan peninggalan sejarahnya menawarkan eksotisme peradaban Islam di masa lalu. Warisan-warisan tersebut masih terpelihara hingga kini, sehingga kita dapat mempunyai gambaran utuh tentang kota metropolitan di zaman keemasan Islam. 

Penulis: Ulummudin (Akademisi UIN Yogyakarta)
Editor: Baldan

Redaksi