Pengamat Terorisme UI Ingatkan Pemerintah Waspada Doktrin Berpura-pura ISIS

Pecihitam.org – Pemerintah harus berhati-hati dalam menangani ratusan warga negara Indonesia (WNI) eks simpatisan ISIS. Hal ini diungkapkan Pengamat Terorisme dari Universitas Indonesia (UI) Ridlwan Habib.

Ridlwan mengatakan, ada kemungkinan mereka berbohong soal paham radikalnya.

“Karena sangat mungkin untuk berbohong. Apalagi ISIS itu punya doktrin yang disebut dengan taqiyah, atau berpura-pura. Jadi bagi mereka boleh berbohong di depan musuh,” kata Ridlwan, dikutip CNN Indonesia, Senin, 10 Februari 2020.

“Terlebih, para kombatan ISIS menilai Indonesia sebagai negara musuh yang zalim,” sambungnya.

Menurutnya, Indonesia belum memiliki prosedur khusus untuk mendeteksi kadar ideologi terorisme seseorang.

“Indonesia belum punya prosedur deteksi ideologi. Yang saya maksud prosedur deteksi ideologi adalah kita tidak bisa melihat secara objektif seseorang ini sudah sembuh secara ideologi atau belum,” ujarnya.

Baca Juga:  Tahanan ISIS Jadi Dalang Kekacauan di Penjara Suriah

Pihaknya selain itu juga  menyoroti soal sistem deradikalisasi di Indonesia hingga saat ini belum sempurna.

“Sejumlah mantan narapidana terorisme malah menjadi penyebar teror,” ungkap Ridlwan.

“Jadi itu yang berbahaya. Jadi, mereka menangis misalnya minta dipulangkan, tanda tangan, tetapi tanya hati nuraninya, ideologinya masih belum sembuh,” tambahnya.

Meskipun demikian, kata dia, pemerintah masih dapat memikirkan opsi khusus untuk memulangkan anak-anak dan perempuan.

“Untuk hal itu, masih dapat dilakukan konseling psikologis untuk menyembuhkan beberapa pihak yang belum menjadi kombatan itu,” ujarnya.

“Masih bisa diperbaiki. Tetapi kalau kemudian posisinya wanita dewasa yang tidak lemah, mereka juga sama militannya dengan laki-laki bahkan lebih militan,” jelasnya.

Baca Juga:  Jadi Budak Syahwat ISIS, Wanita Ini Kelaparan dan Dipaksa Makan Bayinya

Publik Tanah Air sebelumnya dihebohkan dengan wacana pemulangan sekitar 600 orang WNI eks ISIS.

Isu tersebut muncul ke publik setelah pidato Menteri Agama Fachrul Razi pada Sabtu (1/2) di kawasan Ancol, Jakarta. Namun, Presiden Jokowi secara pribadi menolak wacana itu.