Ketentuan Waktu-waktu Sholat Fardhu Beserta Dalil Hukumnya

Waktu Sholat

Pecihitam.org – Bagi umat Islam, sholat fardhu wajib ditunaikan setiap harinya sebanyak lima waktu. Sholat fardhu ini sebagaimana yang disebutkan dalam hadits riwayat Thalhah bin Ubaidillah ra., ia menceritakan:

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

“Datang seorang lelaki dari penduduk Najd dengan rambut yang kusut masai, terdengar pekik suaranya yang keras (dari kejauhan) namun tidak dapat dipahami apa yang dia katakan, hingga dia mendekat. Ternyata dia bertanya tentang islam.”

Maka Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Sholat lima waktu sehari semalam”. Orang itu bertanya lagi: “Apakah ada sholat lain yang wajib aku tunaikan selain sholat lima waktu itu?” Beliau Shallallahu Alaihi Wasallam menjawab: “Tidak, kecuali jika engkau mengerjakan shalat tathawu’ (sunnah) …….” (HR. Al Bukhari No.46 dan Muslim No.100)

Lima sholat yang diwajibkan tersebut adalah: Sholat Shubuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib dan Isya. Kelima sholat ini hukumnya fardhu ‘ain, dibebankan kepada setiap muslim yang mukallaf, laki-laki atau perempuan, orang merdeka ataupun budak.

Terkait dengan waktu pelaksanaan sholat tersebut didasarkan perintah Allah Swt seperti yang tertera dalam Q.S. An-Nisa ayat 103:

إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا

Artinya: “Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”

Juga berdasarkan beberapa hadits Rasulullah saw, diantaranya dari Ibnu Umar ra. yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari :

عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ

Dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Islam dibangun di atas lima (tonggak): Syahadat Laa ilaaha illa Allah dan (syahadat) Muhammad Rasulullah, menegakkan shalat, membayar zakat, hajji, dan puasa Ramadhan”.

Daftar Pembahasan:

Definisi Waktu Sholat Fardhu

Imam Jalaluddin al-Mahalli dalam Jam’ul Jawami’, menyebutkan definisi waktu dalam ibadah sebagai berikut:

Baca Juga:  Penjelasan Singkat Tentang Rukun Islam

وَالْوَقْتُ…الزَّمَانُ الْمُقَدَّرُ لَهُ شَرْعًا مُطْلَقًا

“Waktu … ialah masa yang telah ditentukan untuk pelaksanaan ibadah menurut syariah secara mutlak.”

Ada kalanya waktu ibadah itu bersifat leluasa (muwassa’) seperti haji. Maksudnya meski kita sudah mampu namun tidak mesti tahun ini kita harus berangkat. Ada juga ibadah yang waktunya sempit (mudhayyaq) seperti pelaksanaan puasa Ramadhan.

Sedangkan ibadah sholat memiliki dua sudut pandang waktu. Yakni leluasa dan masa yang hanya cukup untuk menyelesaikan sholat tersebut. Dalam masa ini waktu shalat menjadi sempit.

Sholat fardhu yang berjumlah lima memiliki waktu yang telah ditentukan secara syariat. Ada permulaan, di mana sholat tidak sah jika dijalankan sebelum masuk permulaan waktu, dan ada batas akhir, di mana sholat harus dilaksanakan sebelum habisnya batas waktu tersebut. Hal ini selaras dengan Surat An-Nisa ayat 103 diatas.

Waktu-Waktu Sholat

Waktu Sholat Shubuh

Awal waktu sholat shubuh ialah ketika sudah terbit fajar kedua (fajar shadiq), dan akhir waktu ikhtiyar sampai ufuq timur kelihatan memerah, dan waktu jawaz sampai terbitnya matahari. Sebagaimana keterangan hadits riwayat Muslim No. 612:

قال رسول الله – صلى الله عليه وسلم -: وقت صلاة الصبح من طلوع الفجر ما لم تطلع الشمس

“Bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Waktu shalat shubuh ialah sejak terbitnya fajar hingga terbitnya matahari.”

Adapun yang lebih utama pelaksanaanya adalah pada saat ghalas (hari masih gelap). Karena Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam hanya sekali mengerjakannya dalam keadaan isfar (hari telah terang)

Waktu Sholat Dhuhur

Sholat dhuhur dimulai sejak tergelincirnya matahari di ufuk barat (dari tengah langit) hingga masuknya waktu ashar atau ketika bayangan suatu benda sama panjang dengan bendanya sesudah matahari tergelincir. Hal ini digambarkan dalam hadits riwayat Muslim no. 612:

أن رسول الله – صلى الله عليه وسلم – قال: “وقت الظهر إذ زالت الشمس، ….. ما لم يحضر العصر

Baca Juga:  Benarkah Pakaian Wanita Harus Gelap dan Hitam? Ini Pendapat Ulama

“Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Waktu dhuhur ialah ketika matahari tergelincir, … sampai datangnya waktu ashar.”

Waktu Sholat Ashar

Sholat Ashar disebut juga dengan Sholat Wustho, ini pendapat shahabat Ali, Ibnu Mas’ud, Abu Ayyub, Abu Hurairah, dan Aisyah ra, demikian disebutkan oleh Al Imam Al Baghawi dan Al Imam Asy-Syaukani dalam Ma’alimut Tanzil 1/164, dan Nailul Authar 1/437-438.

Waktu sholat ashar dimulai sejak bayangan benda sama panjangnya dengan benda tersebut sampai terbenamnya matahari sebelum matahari menguning, dan belum jatuh sisinya yang awal -sebagai waktu ikhtiyar-, atau matahari belum tenggelam -sebagai waktu darurat. (Al Majmu’ 3/31, Al Mabsuth 1/134, Raudhatu Ath-Thalibin 1/208, Mughnil Muhtaj 1/249, Al Muhalla 2/197, Nailul Authar 1/430, Asy-Syarhul Mumti’ 2/109).

Sebagaimana hadits riwayat Imam Bukhari No. 554:

…..ومن أدرك ركعة من العصر قبل أن تغرب الشمس فقد أدرك العصر “

…Barangsiapa mendapati satu rakaat shalat ashar sebelum matahari terbenam, maka ia telah mendapati waktu ashar.”

Waktu Sholat Maghrib

Waktu sholat maghrib hanya satu, yakni terbenamnya matahari, dan sekedar cukup untuk mengumandangkan adzan, berwudlu, menutup aurat, lalu sholat maghrib, ditambah kira-kira cukup untuk sholat lima raka’at.

Ini adalah pendapat madzhab Syafi’i dalam qaul jadid, dalilnya adalah hadis tentang Malaikat Jibril as. yang diriwayatkan oleh Abu Dawud (393) dan at Tirmidzy (149) dan lainnya, dari Ibnu Abbas ra.

Di dalam hadits tersebut menceritakan bahwa Jibril as. shalat maghrib bersama Nabi saw. dalam dua hari berturut-turut ketika saat orang berbuka puasa. Artinya dalam satu waktu yang sama, yakni setelah matahari terbenam.

Kemudian menurut madzhab Syafi’i qoul qodim, waktu maghrib diperpanjang sampai hilangnya mega merah. Pengikut madzhab ini memperkuat beradasarkan dalil, seperti hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dimana peristiwa itu terjadi ketika beliau sudah berada di Madinah.

Baca Juga:  Konsep Dan Landasan Pluralisme Ala Gus Dur

Dan ini lebih kuat dibandingkan dengan hadits Jibril yang ketika itu masih di Makkah, oleh karena berita tersebut lebih akhir dibanding dengan hadits Jibril. Dan di dalamnya terdapat pernyataan: Lalu beliau mengakhirkan sholat maghrib sampai hilangnya mega merah. Sebagaimana Rasulullah Saw. bersabda:

وقت المغرب ما لم يغب الشفق

“Waktu maghrib berakhir hingga hilangnya awan merah dari cakrawala.” (HR. Muslim no. 612)

Waktu Sholat Isya

Waktu sholat isya dimulai sejak selesainya waktu maghrib ketika mega merah sudah hilang, dan akhir waktu ikhtiyar sampai sepertiga malam, dan waktu jawaz (masih diperbolehkan) sampai terbitnya fajar yang kedua.

Dari Aisyah Ra, ia berkata, “ Suatu malam Nabi SAW melaksanakn sholat ‘atamah (isya’) sampai dengan berlalunya malam dan penghuni masjid pun telah ketiduran, setelah itu beliau datang dan shalat. Kemudian beliau bersabda, ‘ sungguh ini adalah waktu shalat isya’ yang tepat, sekiranya aku tidak membertakan hambaku.” ( HR. Muslim no.683)

Ibnu Al-Qudamah memberikan pendapatnya tentang akhir waktu sholat isya’ sebagai berikut :

“Yang utama insyaAllah Ta’ala, waktu sholat yang tidak di akhirkan sampai pertengahan malam, itu boleh. Namun apabila hendak di akhirkan lebih dari pertengahan malam, maka itu adalah waktu dharuroh ( waktu darurat), yaitu waktu sebagaimana waktu daruratnya dalam sholat ashar.” ( Al Mughni Al-Qudamaah Al Maqdisi, Dar ‘Alam Al Kutub Riyadh. 2/28-290).

Wallahua’lam bisshawab.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik