Ketika Kaum Khawarij Iri dengan Sabda Nabi “Ali bin Abi Thalib Adalah Pintu Ilmu”

Ketika Kaum Khawarij Iri dengan Sabda Nabi Ali bin Abi Thalib Adalah Pintu Ilmu

PECIHITAM.ORG – Kaum Khawarij yang merupakan eks pengikut fanatik Ali bin Abi Thalib memang tidak henti-hentinya melancarkan serangan kepada sepupu sekaligus menantu Nabi itu. Bahkan mereka iri dan ingin membuktikan perihal sabda Nabi yang mengatakan Ali adalah pintu bagi ilmu pengetahuan.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam At-Thabrani, Nabi Muhammad SAW bersabda

أنا مدينة العلم وعلي بابها

“Aku adalah kota ilmu dan Ali adalah pintunya”.

Ketika riwayat hadis ini sampai dan terdengar oleh Kaum Khawarij mereka makin iri tehadap Sayyidina Ali, kemudian sepuluh orang pembesar mereka berkumpul. Mereka berkata,

“Sesungguhnya kita akan bertanya kepada Ali tentang satu persoalan dan kita akan melihat bagaimana dia akan memeberikan jawaban pada kita. Jika dia menjawab kepada masing-masing kita dengan jawaban yang yang berbeda, maka kita akan tahu bahwa dia adalah orang yang benar-benar berilmu sebagaimana telah disabdakan oleh Nabi SAW”.

Kemudian datanglah salah satu dari mereka dan bertanya, “Wahai Ali, lebih utama ilmu atau harta?”, Sayyidina Ali RA menjawab “Ilmu lebih utama daripada harta”. Dia bertanya, “Dengan bukti apa?”. Beliau RA menjawab, “Ilmu adalah warisan para Nabi, sedangkan harta adalah warisan Qarun, Syaddad, Firaun dan yang lainnya.”. Mendapatkan jawaban beserta alasan dari Ali, pulanglah orang pertama ini.

Dan datanglah orang kedua. Kemudian bertanya seperti yang ditanyakan oleh orang yang pertama, lantas Sayyidina Ali RA menjawab, “Ilmu lebih utama daripada harta”. Dia bertanya, “Dengan bukti apa?”. Beliau RA menjawab, “Ilmu menjagamu, sedangkan harta, kamu yang menjaganya”. Orang kedua ini pun pulang dengan jawaban ini.

Baca Juga:  Abu Nawas: Cara Keledai Mengajari kita Membaca Buku

Dan datanglah orang ketiga. Kemudian bertanya seperti yang ditanyakan orang pertama dan kedua, lantas Sayyidina Ali RA menjawab, “Ilmu lebih utama daripada harta”. Dia bertanya, “Dengan bukti apa?”. Beliau RA menjawab, “Pemilik harta memiliki banyak musuh, sedangkan pemilik ilmu memiliki banyak teman. Pulang lagi orang ketiga ini.

Diganti orang keempat yang datang. “Lebih utama ilmu atau harta?”, tanyanya. Lantas beliau RA menjawab, “Ilmu lebih utama”. Dia bertanya, “Dengan bukti apa”. Beliau RA menjawab, “Jika engkau menggunakan harta maka harta tersebut akan berkurang, sedangkan jika engkau menggunkan ilmu maka ilmu tersebut akan bertambah. Ia pun berpaling pulang.

Sekarang giliran orang kelima. Dan ianpun bertanya seperti pertanyaan kawan-kawanyanya, “Lebih utama ilmu atau harta?”. Beliau RA menjawab, “Ilmu lebih utama daripada harta. Dia bertanya, “Dengan bukti apa?”. Beliau RA menjawab, “Pemilik harta dipanggil dengan julukan pelit dan cacian, sedangkan pemilik ilmu dipanggil dengan julukan yang agung dan mulia” Maka pergilah orang kelima dengan jawaban ini.

Orang keenam pun menggantikan. Kemudian bertanya tentang hal tersebut. Dia bertanya, “Lebih utama ilmu atau harta?”. Beliau RA menjawab, “Ilmu lebih utama”. Dia bertanya, “Dengan bukti apa?”. Beliau RA menjawab, “Harta dijaga dari pencuri, sedangkan ilmu tidak dijaga dari pencuri” Dia pun pergi dari hadapan Ali.

Baca Juga:  Paham Takfirisme; dari Kaum Khawarij hingga Salafi-Wahabi

Orang ketujuh kini mau unjuk kebolehan. Dia bertanya kepada beliau “Dengan bukti apa engkau mengatakan ilmu lebih utama daripada harta?”. Beliau RA menjawab, “Pemilik harta dihisab pada hari kiamat, sedangkan pemilik ilmu memberi syafaat pada hari kiamat”. aka pergilah orang ketujuh ini.

Orang kedelapan tampil kemudian. Dia bertanya, “Lebih utama ilmu atau harta?”. Beliau RA menjawab, “Ilmu lebih utama daripada harta”. Dia bertanya, “Dengan bukti apa?”. Beliau menjawab, “Harta akan habis seiring berjalannya tempat dan waktu, sedangkan ilmu tidak habis dan musnah”. Ia pun pergi.

Orang kesembilan maju. Dia bertanya “Lebih utama ilmu atau harta?”. Beliau RA menjawab, “Ilmu lebih utama”. Dia bertanya, “Dengan bukti apa?”. Beliau RA menjawab, “Harta mengeraskan hati, sedangkan ilmu menyinari hati”. Pergilah orang kesembilan dengan jawaban ini.

Tibalah orang terakhir, orang kesepuluh. Dia bertanya tentang hal tersebut “Lebih utama ilmu atau harta?”. Beliau RA menjawab, “Ilmu lebih utama daripada harta”. Dia bertanya, “Dengan bukti apa?”. Beliau RA menjawab, “Pemilik harta akan dipanggil tuhan sebab harta, sedangkan pemilik ilmu akan dipanggil hamba”.

Demikianlah jawaban cerdas Ali pada 10 orang gembong Khawarij. Satu pertanyaan dari 10 orang berbeda, tapi bisa dijawab dengan jawaban berbeda dan semua jawaban itu benar, baik secara syariat maupun logika.

Baca Juga:  Kisah Aisyah dan Ali Bin Abi Thalib; Fitnah, Perang Jamal Hingga Penyesalan Keduanya

Hingga sebagai bentuk penentangan atas kesombongan 10 pentolan Khawarij itu, Ali bin Abi Thalib bekata:

فلو سألوني عن هذا لأجبت جوابا آخر مادمت حيا

Andaikata mereka menanyaiku tentang hal ini pasti aku akan menjawab dengan jawab yang lain selama aku masih hidup.

Akhirnya 10 orang Khawarij yang tadinya ingin menerka kedalaman ilmu suami Siti Fatimah ini dalam rangka membuktikan sabda Nabi yang menyatakan Ali adalah pintu ilmu, mereka semua bertaubat dari paham Khawarij.

Begitulah Ali bin Abi Tahlib, sepupu, menantu dan merupakan orang pertama dari kalangan anak-anak yang memeluk Islam. Lelaki yang bergelar Abu Turab ini tidak berlebihan kiranya Nabi bersabda bahwa Ali adalah pintu ilmu.

Faisol Abdurrahman