Begini Cara Islam Memuliakan Wanita Sejak Zaman Rasulullah

Begini Cara Islam Memuliakan Wanita Sejak Zaman Rasulullah

PeciHitam.org – Wanita selalu menjadi sorotan dalam banyak perbincangan mengenai kedudukannya dalam Islam yang kemudian masuk ke pembahasan tentang bagaimana Cara Islam Memuliakan Wanita?

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Berbicara mengenai kedudukan perempuan dalam Islam tentu tidak lepas dari sejarah sebelum masa kerasulan, yakni masa sebelum munculnya Nabi akhir zaman Muhammad SAW yang membawa risalah agama Islam. Masa itu disebut pula dengan masa atau zaman jahiliyah yang menggambarkan kehidupan manusia dalam kehancuran akhlak dan moral. Di masa itu pula wanita tidak dihargai, dianggap rendah, dan diperlakukan secara budak.

Para lelaki Arab di masa itu mempunyai banyak istri dan tidak dibatasi jumlah istri yang dapat mereka miliki. Demikian pula sebaliknya, para wanita di zaman itu boleh memiliki suami sebanyak yang mereka inginkan.

Perzinahan adalah hal yang umum terjadi di antara orang-orang Arab sebelum Islam muncul. Anak tiri dapat menikahi ibu tiri mereka dan bahkan kadang-kadang seorang saudara kandung menikahi saudari kandung mereka sendiri. Pria dan wanita bebas melakukan apapun menuruti hasrat mereka.

Posisi wanita sangat direndahkan dalam masyarakat Arab. Mereka diperlakukan sebagai barang yang hina dan sebagai alat pemuas nafsu belaka. Kelahiran seorang anak perempuan dianggap sebagai kutukan yang besar.

Baca Juga:  Peristiwa-Peristiwa Penting yang Terjadi di Bulan Rajab

Mempunyai anak perempuan merupakan hal yang memalukan di zaman itu, dan mempunyai anak laki-laki adalah sebuah kebanggaan. Karenanya, tidak jarang orang-orang Arab di masa itu membunuh bayi-bayi perempuan mereka.

Sebaliknya, mereka sangat berbangga hati apabila yang lahir adalah bayi laki-laki. Wanita di zaman itu tidak memiliki hak waris dari suami atau ayah kandung mereka. Kesimpulannya, wanita tidak memiliki kedudukan dalam masyarakat.

Kondisi jahiliyah masyarakat Arab tidaklah jauh berbeda dengan kondisi masyarakat Barat. Perempuan bukan hanya saja tidak dihargai, namun direndahkan, tidak dianggap penting, dianggap hina dan sebagai kutukan besar. Namun di satu sisi mereka menjadikan perempuan sebagai alat pemuas nafsu laki-laki.

Setelah Islam muncul, barulah hak-hak dan nilai-nilai perempuan diangkat, perempuan dihargai serta dimuliakan. Penghargaan terhadap perempuan dalam Islam tercantum dalam beberapa dalil Al-Quran dan Hadits, di antaranya sebagai berikut:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَحِلُّ لَكُمْ أَنْ تَرِثُوا النِّسَاءَ كَرْهًا ۖ وَلَا تَعْضُلُوهُنَّ لِتَذْهَبُوا بِبَعْضِ مَا آتَيْتُمُوهُنَّ إِلَّا أَنْ يَأْتِينَ بِفَاحِشَةٍ مُبَيِّنَةٍ ۚ وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا

Baca Juga:  Cara Nalar Berpikir Mufassir dalam Menyusun Kitab Tafsir Berbahasa Lokal

“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.”

Ayat di atas merupakan salah satu wujud, bagaimana cara Islam memuliakan perempuan. Bahwa yang tadinya kaum pria dapat seenaknya memperlakukan perempuan, merendahkan martabatnya, kemudian ayat ini turun menghapuskan itu semua.

Adapun bukti yang lain ketika masyarakat Arab saling berlomba-lomba memperbanyak jumlah istri-istrinya, kemudian Islam hadir dan turunlah seruan dalam Surat an-Nisa’: 3, bahwa Islam dalam hal ini membatasi seorang laki-laki hanya berhak memperistri dua, tiga atau empat melainkan dengan catatan harus dapat berlaku adil. Ketika ia tidak mampu berlaku adil, maka satu lebih baik.

Begitu juga dengan hadis, terdapat teks yang menerangkan bahwa berbakti kepada ibu adalah sesuatu yang diutamakan. Adapun kutipan teksnya yakni: Ada orang bertanya kepada Rasullah, “Kepada siapa aku mesti memberikan pembaktian?” Rasulullah menjawab, “Ibumu!” Ditanyanya sekali lagi, masih dijawab, “Ibumu!” Ditanyanya sekali lagi, masih dijawab, “Ibumu!” Tanya yang keempat barulah dijawab, “Ayahmu!”.

Baca Juga:  Benarkah Nabi Muhammad Buta Huruf? Baca Penjelasan al-Quran dan Hadis Berikut Ini

Kemudian mengenai seorang pemuda yang dilarang berperang oleh Rasulullah demi menjaga ibunya. Rasulullah bersabda, “Tetaplah berada pada kedua kakinya dan di situlah terdapat surga!

Contoh-contoh kasus di atas merupakan sedikit bukti bagaimana cara Islam memuliakan wanita. Semoga tulisan yang singkat ini bermanfaat. Wallahu A’lam.

Mohammad Mufid Muwaffaq