Belajar Islam dari Internet dan Tantangan Keberagaman

Belajar Islam dari Internet dan Tantangan Keberagaman

Pecihitam.org – Teknologi komunikasi semakin berkembang, jarak antar wilayah kini tidaklah menjadi hambatan yang signifikan dalam berkomunikasi. Bahkan tak hanya dapat mendengar suaranya sebagaimana semasa awal-awal populernya komunikasi telepon, kini kita dapat melihat langsung lawan komunikasi yang jauh melalui fitur video call (panggilan video).

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Zaman teknologi komunikasi yang semakin maju ini konon disebut sebagai zaman peradaban teknologi digital. Semua yang kita inginkan tersedia dalam alat yang bisa kita genggam sehari-hari. Dari gawai yang ada di genggaman, kita dapat melakukan apa saja: komunikasi dengan sanak keluarga, transaksi perbankan, pesan makanan/minuman, bahkan bisa juga belajar agama dari situ.

Pada point terakhir itulah saat ini yang menjadi fenomena yang menarik untuk kita bahas. Saat ini mulai ada pergeseran pada kalangan umat Islam dalam mempelajari agamanya. Mulai banyak orang tidak lagi belajar langsung di surau-surau atau masjid secara langsung dengan seorang ulama’ yang otoritas keilmuan agamanya dapat dipertanggungjawabkan.

Kini, banyak kaum muslim yang mempelajari ajaran agama hanya melalui internet saja. Mereka mencari tema yang ingin ia pelajari melalui mesin pencari Google. Biasanya mereka mengakses via artikel web-web keislaman dan juga melalui video-video ceramah di Youtube. Dan naasnya, mereka secara random saja dalam memilih konten keislaman dan tidak memiliki pertimbangan kritis.

Baca Juga:  Wabah Corona, Benarkah Tentara Allah? Begini Pandangan Prof. Quraish Shihab

Gejala pergeseran kaum muslim dalam mempelajari ajaran agama tersebut sebenarnya sudah pernah diprediksikan oleh seorang intelektual muslim generasi sebelumnya, Prof. Dr. Kuntowijoyo melalui tulisannya berjudul “Muslim Tanpa Masjid (1998)”. Tetapi, prediksi Prof. Kunto masih dalam konteks perkembangan teknologi televisi, belum era internet dan digital seperti saat ini.

Menurut Prof. Kunto, dengan adanya perkembangan televisi dan VCD, akan terjadi pergeseran pada kaum muslim dalam mengakses ajaran agamanya. Dan benar, tak lama dari waktu prediksi tersebut, fenomena belajar Islam dari televisi dan VCD memang kian marak. Saat itu ceramah- ceramah agama melalui televisi mulai menjamur. Dan juga omset penjualan kaset-kaset ceramah juga sangat tinggi.

Baca Juga:  Mengkritisi Slogan Kembali ke Al Qur'an dan Hadits Sebagai Sumber Hukum Islam

Perubahan cara belajar ajaran agama melalui televisi dan VCD tersebut oleh Prof. Kunto disebut akan berdampak pada terciptanya generasi muslim yang lebih memiliki sikap demokratis. Menurutnya, umat Islam tak lagi harus berpatron kepada satu ulama’ secara fanatik sebagaimana era sebelumnya.

Akan tetapi, prediksi Prof. Kunto yang menyebut bahwa akan tercipta generasi muslim yang tidak fanatik tersebut tidak sepenuhnya benar. Kini yang terjadi justru malah banyak kaum muslim yang belajar Islam dari internet memiliki tingkat fanatisme yang mengkhawatirkan dan sudah pada ambang batas yang mengkhawatirkan.

Banyak dari kaum muslim yang belajar Islam dari internet sangat mudah untuk dimobilisasi dan diprovokasi untuk kepentingan segelintir kalangan yang kurang memiliki pertimbangan kemaslahatan. Misalnya dimobilisasi untuk kepentingan politik praktis yang sebetulnya jauh dari substansi ajaran Islam. Umat rawan dipecah belah oleh pihak-pihak yang tak bertanggung jawab dan kurang memiliki hati nurani untuk kepentingan sesaat.

Situasi perkembangan fanatisme buta tersebut menimbulkan kekhawatiran bagi banyak kalangan. Dimana ditakutkan akan mengancam sendi-sendi persaudaraan dalam berbangsa. Hal ini menjadi tantangan kita bersama umat Islam dalam menggunakan perkembangan internet ini secara bijak.

Baca Juga:  Krisis Teologi ( Keimanan ) di Tengah Wabah Covid-19

Kita sebagai generasi yang sangat akrab dan menguasi internet tersebut harus juga ikut berkontribusi dalam memproduksi konten narasi perspektif keislaman yang lebih ramah terhadap keberagaman dan nilai-nilai persaudaraan.

Upaya tersebut sangat mendesak untuk kita lakukan. Mengingat, jika saja kita telat, akan semakin banyak umat Islam yang terpapar perspektif keislaman yang penuh kebencian dengan yang liyan. Wallahu a’lam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *