Kisah Jalaludin Rumi Hampir Dibunuh Demi Membeli Sebotol Arak

kisah jalaludin rumi

Pecihitam.org – Kisah ini bermula ketika Jalaludin Rumi masih muda, suatu malam ia mengundang gurunya, Syams Tabrizi ke rumah. Sang guru pun memenuhi undangan tersebut dan mendatangi kediaman Rumi. Setelah makanan sudah siap, Syams Tabrizi lalu mengatakan sesuatu pada muridnya itu.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

“Apakah kau bisa menyediakan minuman untukku?”. (maksudnya arak / khamr)

Rumi cukup kaget mendengarnya, “Memangnya anda juga minum?.”

“Iya”, jawab Syams.

Rumi masih terkejut, “Maaf, saya tidak mengetahuinya.”

“Sekarang kau sudah tahu. Maka sediakanlah”. kata Syams

Rumi pun masih bertanya, “Di waktu malam seperti ini, dari mana aku bisa mendapatkan arak?”.

“Perintahkan saja salah satu pembantumu untuk membelinya”. sang guru menimpali.

Karena merasa wibawanya bisa jatuh, Rumi pun mengelak, “Bagaimana mungkin, kehormatanku di hadapan para pembantuku akan hilang”.

“Kalau begitu, kau sendiri pergilah keluar untuk membeli minuman itu”. Jawab sang guru.

“Seluruh kota ini mengenalku. Bagaimana bisa aku keluar membeli minuman?”. Rumi masih merasa ragu.

Sampai disini sang guru mulai tegas, “Kalau kau memang muridku, kau harus menyediakan apa yang aku inginkan. Tanpa minum, malam ini aku tidak akan makan, tidak akan berbincang, dan tidak bisa tidur”.

Baca Juga:  Karomah Habib Sholeh bin Muchsin Al-Hamid Laksana Matahari di Siang Hari

Karena kecintaan pada Syams gurunya, akhirnya Rumi memakai jubahnya, menyembunyikan botol di balik jubah tersebut. Ia pun lalu berjalan ke arah pemukiman kaum Nasrani.

Sebelum Rumi masuk ke pemukiman tersebut, tidak ada yang berpikir macam-macam terhadapnya. Namun begitu ia masuk ke pemukiman kaum Nasrani, beberapa orang yang melihat terkejut dan akhirnya menguntitnya dari belakang.

Mereka melihat Rumi masuk ke sebuah kedai arak. Ia terlihat mengisikan botol minuman kemudian ia sembunyikan lagi di balik jubah.

Setelah keluar dari kedai arak itu, ia diikuti terus oleh orang-orang yang jumlahnya semakin banyak. Hingga sampailah Rumi di depan masjid tempat dimana ia menjadi imam bagi masyarakat kota.

Tiba-tiba salah seorang yang mengikutinya berteriak sambil menyingkap jubah Rumi: “Ya ayyuhan naas, Syeikh Jalaluddin Rumi yang setiap hari jadi imam shalat kalian baru saja pergi ke perkampungan Nasrani dan membeli minuman!!!”.

Orang-orang akhirnya melihat botol yang dipegang Rumi. “Orang yang mengaku ahli zuhud dan kalian menjadi pengikutnya ini membeli arak dan akan dibawa pulang!!!”, orang itu kembali menambah perkataannya.

Orang-orang kemudian silih berganti meludahi muka Rumi dan memukulinya hingga sorban yang ada di kepalanya lengser ke leher.

Baca Juga:  Karamah Seorang Wanita yang Istiqamah Membaca Surat Al-Ikhlas di Bulan Rajab, Inilah Kisahnya

Melihat Jalaluddin Rumi yang hanya diam saja tanpa melakukan pembelaan, orang-orang semakin yakin bahwa selama ini mereka ditipu oleh kebohongan Rumi dan ajarkannya. Mereka benar-benar tanpa belas kasihan terus menghajar Rumi, bahkan ada yang berniat membunuhnya.

Kemudian Syams Tabrizi tiba-tiba datang ke kerumunan itu sambil berkata, “Hai orang-orang yang tak tahu malu. Kalian telah memfitnah seorang alim dengan tuduhan minum arak. Ketahuilah bahwa botol itu hanya berisi cuka untuk memasak.”

Namun beberapa di antara orang-orang itu tetap mengelak. Akhirnya Syams mengambil botol tersebut dan membuka tutupnya. Dia menuangkan isi dari botol itu di tangan orang-orang. Ternyata botol itu memang benar berisi cuka.

Akhirnya mereka sangat menyesal dan mulai memukuli kepala mereka sendiri. Orang-orang bersimpuh di kaki Rumi. Mereka menangis dan saling berdesakan untuk meminta maaf kepada alim tersebut dan menciumi tangan sang sufi. Kemudian mereka pun pergi satu per satu.

“Ya Syaikh malam ini engkau telah menyebabkan aku terjerumus dalam permasalahan yang besar. Kehormatan dan nama baikku menjadi ternoda. Mengapa kau melakukan semua ini?” tanya Rumi pada gurunya.

Baca Juga:  Abbas Bin Abdul Muthallib, Sahabat yang Berperan Besar dalam Perjuangan Islam

“Supaya kau paham bahwa wibawa itu hanyalah khayalan semata. Selama ini mungkin kau berpikir kalau penghormatan dari orang-orang seperti mereka adalah sesuatu yang abadi. Sekarang bisa kau lihat sendiri bukan?

Hanya karena satu botol minuman saja dalam sekejap semua penghormatan itu sirna, mereka mulai menghajarmu sampai ingin membunuhmu. Ini kebanggaan yang selama ini kau banggakan dan kejar sepenuh tenaga dan hilang seketika.

Bersandarlah hanya kepada Allah , Dzat yg maha Abadi. Janganlah sekali kali bergantung kepada makhluk, karena kehormatan yg disandarkan kepada Manusia hanya akan menuai Kehinaan.

*Dikutip dari kisah Jalaludin Rumi

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik