Sejarah Awal Mula Ibadah Haji dan Qurban dalam Kisah Nabi Ibrahim As

sejarah awal mula ibadah haji

Pecihitam.org – Salah satu kisah Nabi yang sering dibahas menjelang Hari Raya Idul Adha, yaitu kisah Nabi Ibrahim AS. Kisah Nabi Ibrahim As ini merupakan sejarah awal mula ajaran Islam tentang ibadah haji dan menyembelih hewan qurban di Hari Raya Idul Adha.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Berikut kisah selengkapnya tentang sejarah awal mula ibadah Haji dan Qurban.

Daftar Pembahasan:

1. Nabi Ibrahim Memiliki Pertama Bernama Ismail

Dikisahkan dahlu Nabi Ibrahim menikah dengan seorang wanita bernama Sarah. Namun Nabi Ibrahim di beri cobaan oleh Allah, karena selama bertahun – tahun beliau menikah, tak kunjung dikarniai keturunan. Padahal, Nabi Ibrahim sangat menginginkan keturunan yang bisa meneruskan dakwahnya.

Kemudian Sarah, Istri dari Nabi Ibrahim pun berbaik hati, yang mengizinkan beliau untuk menikah lagi dengan seorang wanita bernama Siti Hajar. Dari pernikahan Nabi Ibrahim dengan Siti Sarah mendapatkan seorang putra yang diberi nama Ishaq. Namun .

Dari pernikahannya dengan Siti Hajar, beliau kemudian dikarunia anak, yaitu Nabi Ismail As. Nabi Ibrahim baru dikaruniai anak dari Siti Sarah setelah beberapa tahun setelah anak dari istri kedua dilahirkan.

Kelahiran Nabi Ismail sangat membuat hati Nabi Ibrahim bahagia. Karena, beliau sudah mendambakan keturunan sudah sejak lama. Kebahagiaan Nabi Ibrahim ternyata membuat hati Sarah bersedih karena belum bisa memberikan keturunan pada suaminya. Sarah merasa pilu saat melihat Hajar dan Ismail.

Nabi Ibrahim kemudian mengadukan permasalahan ini kepada Allah SWT. Lalu turunlah perintah agar Nabi Ibrahim membawa Siti Hajar dan Ismail pergi jauh dari Palestina.

Kemudian, Malaikat Jibril turun ke bumi untuk mengantar kepergian Nabi Ibrahim, Siti Hajar dan Nabi Ismail. Sampailah mereka di sebuah padang pasir gersang, sepi tak berpenghuni. Daerah inilah yang di kemudian hari menjadi kota Mekkah.

2. Siti Hajar dan Ismail Ditinggal di Padang Pasir

Nabi Ibrahim kemudian mendirikan sebuah tenda untuk berlindung anak dan istrinya. Tak lama kemudian, Nabi Ibrahim diperintahkan untuk meninggalkan keduanya dan kembali ke Palestina.

Siti Hajar pun begitu cemas dan sedih ketika Nabi Ibrahim akan meninggalkannya seorang diri bersama anaknya yang masih kecil di tempat sunyi, tidak ada orang sama sekali, kecuali hanya pasir dan batu.
Di sana tidak ada binatang, tidak ada pohon, bahkan air mengalir pun juga tidak terlihat di tempat itu.

Baca Juga:  Mengenal Sejarah Penulisan Kitab Ushul Fiqh dari Imam Syafi'i Hingga Abad Modern Ini

Namun, Nabi Ibrahim AS tidak bisa berbuat apa-apa dan tetap meninggalkan Hajar beserta Ismail dipadang pasir tersebut. Karena itu adalah perintah Allah SWT.

Nabi Ibrahim kemudian melanjutkan perjalanannya dan sampai pada sebuah bukit. Saat Nabi Ibrahim tidak dapat melihat Siti Hajar dan anaknya lagi, beliau kemudian berdoa untuk keselamatan istri dan putranya dengan mengangkat kedua belah tangannya.

3. Siti Hajar Kehabisan Air

Hingga suatu ketika Siti Hajar kehabisan persediaan air yang dibawanya, beliau sangat kehausan sehingga air susunya pun kering dan tak bisa menyusui Ismail.

Ia memandang kepada Ismail, bayinya yang sedang meronta-ronta kehausan. Hajar pun kemudian berusaha mencari sumber air. Dalam usahanya mencari air, Hajar berlari kesana kemari dari bukit Shafa dan Marwah selama tujuh kali.

Hajar sangat berharap bisa mendapatkan sesuatu yang bisa menolongnya, tetapi hanya batu dan pasir yang ia temui di sana. Lalu dari bukit Shafa, Hajar melihat bayangan air yang mengalir di atas Bukit Marwah.

Kemudian berlarilah ia ke bukit Marwah, tetapi setelah sampai di sana yang dikiranya air ternyata hanya bayangan.

Siti Hajar pun mendengar ada suara yang memanggilnya dari Bukit Shafa, pergilah ia ke ke tempat itu. Namun, setelah sampai di Bukit Shafa ia tidak menjupai siapa-siapa. Peristiwa inilah yang kemudian dikenal dengan ritual Sa’i dalam ibadah haji.

5. Allah Menciptakan Mata Air Zam-zam

Dari usaha pencariannya, Siti Hajar terus mendengar suara yang mengarah pada tempat di mana bayinya Ismail di baringkan dalam keadaan menangis sambil meronta-ronta dan menghentak-hentakan kakinya.

Tiba-tiba, di dekat Ismail berbaring, memancarlah mata air. Air itu terus keluar dengan melimpah.

Melihat mata air tersebut, Siti Hajar pun langsung gembira dan berlari tergesa-gesa untuk menampung air tersebut. Disebutlah air yang berlimpah itu dengan nama “Zam-Zam” yang artinya “berkumpul”.

Beliau langsung membasahi bibir putranya dengan air tersebut. Seketika wajah Ismail terlihat sangat segar. Begitu pula dengan Siti Hajar. Wajahnya terlihat kembali bersinar, ia merasa senang karena Allah telah memberikan pertolongan dengan memberikan kehidupan setelah dibayang-bayangi oleh kematian.

Baca Juga:  Sifat, Watak Dan Tabi’at Masyarakat Arab Pra Islam

6. Nabi Ibarahim Membangun Ka’bah Bersama Ismail

Setelah sekian lama ditinggalkan, Nabi Ibrahim pun kembali menemui Siti Hajar dan Ismail. Saat itu Nabi Ismail sudah beranjak remaja, dan Ibrahim pun sangat senang dapat bertemu mereka kembali.

Allah kemudian memerintahkan Nabi Ibrahim dan Ismail untuk membangun Ka’bah. Ka’bah dibangun hingga ketinggian 7 hasta. Malaikat Jibril pun turut andil dengan menunjukkan posisi peletakan batu Hajar Aswad.

Setelah Ka’bah sudah terbangun, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail melakukan ibadah Haji. Di tanggal 8 Dzulhijah, Malaikat Jibril kembali turun ke bumi dan menyampaikan pesan untuk menyebarkan air zam-zam kebeberapa tempat di sekitar Ka’bah seperti Mina dan Arafah. Hari ini disebut dengan Hari Tarwiyyah atau hari pendistribusian air.

Setelah melakukan haji dan mendistribusikan air zam-zam, Nabi Ibrahim berdoa kepada Allah SWT. Sebagaimana doa yang tercantum dalam surat Al Baqarah ayat 126

وَإِذْ قَالَ إِبْرَٰهِۦمُ رَبِّ ٱجْعَلْ هَٰذَا بَلَدًا ءَامِنًا وَٱرْزُقْ أَهْلَهُۥ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ مَنْ ءَامَنَ مِنْهُم بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۖ قَالَ وَمَن كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُۥ قَلِيلًا ثُمَّ أَضْطَرُّهُۥٓ إِلَىٰ عَذَابِ ٱلنَّارِ ۖ وَبِئْسَ ٱلْمَصِيرُ

…Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman, dan berikanlah rezki kepada penduduknya dari (berbagai macam) buah-buahan, (yaitu penduduknya) yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian.” Allah berfirman: “Dan siapa yang kafir maka Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku memaksanya menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali“. ( Q.S Al Baqarah : 126 )

6. Nabi Ibrahim Mimpi Menyembelih Ismail

Di kemudian hari Nabi Ibrahim mendapat mimpi bahwa ia harus menyembelih Ismail putranya. Awalnya, Nabi Ibrahim sangat sedih menerima mimpi itu. Mengetahui perintah itu, Nabi Ibrahim duduk dan termenung memikirkan ujian dari Allah yang begitu berat tersebut.

Sebagai seorang ayah yang baru saja dikarunia seorang anak setelah puluhan tahun didambakan, tiba-tiba harus disembelih untuk dijadikan qurban dan harus direnggut oleh tangan ayahnya sendiri.

Baca Juga:  Sejarah Singkat Qurban Idul Adha, Tentang Kesabaran Seorang Ayah dan Putranya

Dengan berat hati, Nabi Ibrahim kemudian menyampaikan mimpinya kepada Ismail. Mendengar perkataan ayahnya tentang mimpi tersebut, Ismail tanpa keraguan sedikitpun mengatakan, “Ayah, kerjakanlah apa yang telah diperintahkan oleh Allah SWT.”

7. Ismail Bersedia Disembelih oleh Nabi Ibrahim

Beberapa kali Nabi Ibrahim digoda oleh iblis agar tidak melaksanakan perintah Allah SWT untuk menyembelih Ismail tersebut. Namun, Nabi Ibrahim tidak goyah dan iblis pun gagal menggodanya. Bahkan menurut riwayat Iblis pun juga menggoda Ismail dan Siti Hajar namun juga gagal.

Hingga akhirnya, saat penyembelihan yang mengerikan telah tiba. Dibaringkan Ismail, lalu diambillah pedang tajam yang sudah tersedia. Nabi Ibrahim memegang erat pedang dengan kedua tangannya.

Kedua mata Nabi Ibrahim yang masih tergenang air mata pun memandang wajah putranya. Pada akhirnya dengan memejamkan matanya, Nabi Ibrahim meletakkan pedang pada leher Ismail dan penyembelihan dilakukan.

8. Ismail Digantikan Seekor Kambing oleh Malaikat

Ketika prosesi penyembelihan terjadi, Malaikat Jibril tiba-tiba mengangkat Ismail dan menggantikannya dengan seekor kambing yang sangat besar dan gemuk. Peristiwa inilah yang kemudian menjadi syariat Ibadah Qurban bagi umat Islam.

Selain itu, untuk memperingati peristiwa yang terjadi pada 10 Dzulhijjah di Mina itu, setiap tahunnya pada tanggal tersebut menjadi Hari Raya Idul Adha yang dirayakan umat muslim di seluruh dunia hingga saat ini.

Itulah kisah Nabi Ibrahim AS yang menjadi bagian dari sejarah awal mula ibadah Haji dan Qurban di Hari Raya Idul Adha. Nabi Ibrahim yang begitu penuh kesabaran dan pengorbanan karena harus rela menyembelih putra kesayangannya, Ismail. Yang kemudian dengan keikhlasannya itu Allah mengganti dengan hewan qurban.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik