Tuduhan Syirik Terhadap Burdah, Bukti Ustadz Wahabi Tak Hormati Jasa Ulama

Tuduhan Syirik Terhadap Burdah, Bukti Ustadz Wahabi Tak Hormati Jasa Ulama

PeciHitam.org – Tuduhan kasar Ustadz Zainal Abidin kepada umat Islam ahlussunnah wal jamaah di Nusantara adalah menganggap bahwa burdah adalah Qashidah syirik.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Dasar tuduhannya adalah sangat khas seperti kebanyakan Ustadz-ustadz atau pendakwah wahabi salafi, yakni tidak ditemukan dalil pada masa Nabi.

Pun ketika ia menuduh demikian juga tidak pernah ditemukan pada masa Nabi Muhammad SAW, kecuali diada-adakan oleh ia sendiri. Bahkan lebih jauh lagi, Ustadz pengharam lagu ‘Balonku ada Lima’ karena bermuatan lirik membenci Islam, ia menyebut Imam Bushiri bukan Ulama.

Tuduhan terhadap Burdah oleh Ustadz Zainal Abidin

Menanggapi tuduhan Ustadz Wahabi Salafi tentang kesyirikan redaksi qashidah Burdah acapkali tidak diindahkan oleh mereka karena sudah tertutup hatinya dari menerima ilmu baru.

Bahkan tuduhan-tuduhan terhadap amaliyah Aswaja di Nusantara seringkali dibumbui dengan penyesatan dan pengkafiran. Na’udzubillah.

Sekilas memang sangat meyakinkan tuduhan Ustadz salafi Wahabi Zainal Abidin bahwa Burdah meredaksikan Qashidah syirik. Tuduhan tersebut merujuk pada syair bait sebagai berikut;

يا أكرم الخلق ما لي من الوذ به # سواك عند حلول الحادث العمم

Wahai paling mulianya makhluk, tidak ada bagiku seseorang yang aku mintai pertolongan

 Selainmu tatkala adanya kejadian yang merata (kiamat)

Potongan syair ini dipahami oleh orang-orang salafi wahabi sebagai biang syirik atau menyekutukan Allah SWT. Bahwa dalam pikiran mereka Nabi diposisikan sebagai Tuhan yang memiliki kemampuan untuk menolong mutlak.

Pada bait syair di atas juga mendapatkan kritikan atau tuduhan yang sangat merendahkan pribadi maupun kedudukan Nabi Muhammad SAW. Redaksi ‘يا أكرم الخلق’ bermakna semulia-mulianya penciptaan dianggap sesuatu yang salah alamat.

Baca Juga:  Imam Ibnu Muflih; Tradisi dalam Masyarakat Bukan Bid'ah, Ini Contoh dan Penjelasannya

Pun hanya dengan akal sehat common sense, dalam setiap jiwa muslim akan meyakini bahwa makhluk termulia yang pernah hidup di dunia adalah Nabi Muhammad SAW.

Bahkan Al-Qur’an sendiri mensifati Nabi Muhammad SAW sebagai Uswah Hasanah, Teladan yang Baik. Jika hal yang demikian sederhana dalam memahami Nabi SAW saja tidak paham, apalagi memahami kedudukan Nabi SAW.

Jawaban atas Kritik Burdah

Ustadz Zainal Abidin bukan hanya membuat geram pengamal Qashidah Burdah dengan menyebut karya beliau sebagai biang syirik dan pengarangnya bukan Ulama.

Imam Bushiri bernama lengkap Syarafuddin Abu Abdillah Muhammad bin Zaid Al-Bushiri adalah tokoh kelahiran Dallah Maroko. Beliau banyak bermukim di Mesir dan banyak menimba Ilmu disana.

Beliau adalah tokoh produktif yang banyak mengarang syair dan qashidah untuk memuji Nabi Muhammad SAW. Karya pujian kepada Nabi SAW yang belakangan ini mendapatkan klaim biang syirik oleh para Ustadz Salafi Wahabi.

Imam Bushiri adalah Murid dari Imam Hasan Asy-Syadzili (pendiri tarekat Syadziliyyah) dan penerusnya Abul Abbas Al-Mursi.

Baca Juga:  Surat al Ikhlas; Tulisan Arab, Manfaat dan Hadis Tentang Keutamaannya

Oleh karenanya, tuduhan Ustadz Zainal Abidin kepada Imam Bushiri bukan Ulama adalah bentuk penghinaan. Pun demikian, jika Imam Bushiri bukan Ulama bisa dipastikan Ustadz Zainal Abidin lebih tidak layak lagi disebut sebagai ‘Ustadz’.

Pun terkait Qashidah untuk memuji-muji Rasulullah SAW adalah hadits Taqririyah bukan bid’ah apalagi biang syirik seperti tuduhan golongan Salafi Wahabi.

Hadits Taqririyah ini dapat diketemukan dalam riwayat Nabi SAW ketika menghadiahkan selimut bergaris kepada Ka’ab bin Zuhair bin Abi Sulma RA karena ridha dengan gubahan syair miliknya.

Gubahan syair milik Ka’ab bin Zuhair bin Abi Sulma RA disebut dengan Banat Su’ad. Bentuk Syair Burdah Imam Bushiri tidak lain sama karakternya dengan banat Su’ad. Dan Bait Burdah  atas bukanlah ajakan syirik namun bait ini merujuk pada lisensi Syafaat yang telah diterangkan dalam hadits;

خُيِّرْتُ بَيْنَ الشَّفَاعَةِ وَبَيْنَ أَنْ يَدْخُلَ نِصْفُ أُمَّتِى الْجَنَّةَ فَاخْتَرْتُ الشَّفَاعَةَ لأَنَّهَا أَعَمُّ وَأَكْفَى أَتُرَوْنَهَا لِلْمُؤْمِنِيْنَ الْمُتَّقِينَ؟ لاَ, وَلَكِنَّهَا لِلْمُذْنِبِينَ الْخَطَّائِينَ الْمُتَلَوِّثِينَ

Artinya; “Saya diberi pilihan antara syafaat dan separuh umatku akan dimasukkan surga. Maka saya memilih syafaat, karena syafaat itu lebih umum dan lebih banyak. Apakah kamu sekalian melihat bahwa, syafaat itu untuk orang-orang mukmin yang bertaqwa ?. Tidak, akan tetapi syafaat itu untuk orang-orang yang berdosa, penuh kesalahan, dan banyak kotoran” (HR. Imam Ahmad dan Ibnu Majah)

Dan pastinya mayoritas Ulama salafi wahabi tidak mau membaca secara utuh dalam rangkaian penuh, serta menihilkan keilmuan sastra dalam memahami qashidah. Bait pendahulu dari syair ‘يا أكرم الخلق ما لي…’ adalah;

Baca Juga:  Mana yang Harus Diutamakan, Berhaji atau Membantu Kerabat?

فمبلغ العلم فيه انه بشر # وانه خير خلق الله كلهم

artinya; “Maka puncak dari pengetahuan tentang Rosululloh, sesungguhnya beliau itu adalah manusia (bukan Tuhan). Dan sesungguhnya beliau adalah sebaik baiknya seluruh makhluk.

Tuduhan Ustadz Wahabi Salafi kepada Imam Bushiri dan Karyanya sebagai tokoh yang tidak pantas disebut Ulama serta biang syirik merupakan bentuk kelancangan kepada Tokoh Islam.

Kiranya mereka tidak pernah mau menghormati jasa Ulama, apalagi karyanya karena dorongan kebencian. Ash-Shawabu Minallah

Mohammad Mufid Muwaffaq