6 Proses Penciptaan Alam Semesta dalam Islam Menurut al-Quran

6 Proses Penciptaan Alam Semesta dalam Islam Menurut al-Quran

PeciHitam.org – Al-Quran memang tidak secara eksplisit menjelaskan proses penciptaan alam semesta seperti pemisahan langit dan bumi. Dalam suatu ayat, dijelaskan bahwa proses penciptaan langit dan bumi hanya berlangsung selama enam hari. Hal ini terekam dalam surat al-Hud ayat 7, berikut:

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

وَهُوَ الَّذِي خَلَق السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاء لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَلَئِن قُلْتَ إِنَّكُم مَّبْعُوثُونَ مِن بَعْدِ الْمَوْتِ لَيَقُولَنَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ إِنْ هَـذَا إِلاَّ سِحْرٌ مُّبِينٌ ﴿٧﴾

Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah ‘Arsy-Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata (kepada penduduk Mekah): “Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati”, niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: “Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata.”

Dalam Tafsir al-Maraghi disebutkan bahwa Allah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari, yaitu hari-hari Allah dan periode-periode yang dikehendaki-Nya dalam penciptaan dan pembentukan makhluk. Hari-hari manusia di bumi berbeda dengan hari-hari Allah.

Begitu juga dengan hari di planet selain bumi, yang memiliki panjang yang berbeda dengan hari-hari di bumi sesuai dengan volume masing-masing planet.

Baca Juga:  Harta Kekayaan Nabi Sulaiman dan Nabi Muhammad; Siapa Lebih Kaya?

Kata sittati ayyam (enam hari), para ulama berbeda pendapat. Ada yang berpendapat bahwa enam kali 24 jam kendati ketika itu matahari, bahkan alam raya belum tercipta dengan alasan ayat ini ditujukan kepada manusia dan menggunakan bahasa manusia, sedang manusia memahami kata sehari sama dengan 24 jam.

Ada pula yang memahami kata sittati ayyam ini sebagai hari menurut perhitungan Allah. Namun hal ini dibantah oleh ulama lainnya. Menurut mereka, manusia mengenal aneka perhitungan. Perhitungan berdasarkan kecepatan cahaya, atau suara, atau kecepatan detik-detik jam.

Dalam hal ini, perbedaan perhitungan di atas bukanlah menunjukkan adanya ayat-ayat al-Quran yang saling bertentangan. Namun hal tersebut merupakan isyarat tentang relativitas waktu. Ada yang dapat menempuh jarak tertentu dalam waktu yang lebih cepat dari pada yang lain.

Kalimat wa kama ‘arsyuhuu ‘alaa al-maa’i dipahami oleh sementara ulama dalam pengertian hakiki. Thahir Ibn ‘Asyur, misalnya, memahami ‘arsy dalam arti suatu makhluk yang sangat besar yang telah tercipta sebelum terciptanya langit dan bumi.

Hal ini menunjukkan bahwa air juga telah tercipta sebelum terciptanya langit dan bumi. Bahkan, sementara beberapa ilmuan berpendapat bahwa air atau uap merupakan bahan penciptaan langit dan bumi.

Baca Juga:  Menjadi Wanita Karir: Selama Masih dalam Fitrahnya, Why Not?

Namun demikian, Ibn ‘Asyur menggarisbawahi bahwa perincian dan kaidah/caranya tidak dapat dijangkau oleh pemahaman kita. Akan tetapi, banyak juga ulama yang memahami penggalan ayat di atas dalam arti majazi, yakni kekuasaan dan ilmu Allah swt. mencakup segala sesuatu.

Menurut Thabathaba’i sebagaimana yang dikutip oleh Quraish Shihab bahwa penggalan ayat ini mengandung maksud: kekuasaan-Nya ketika itu mantap di atas air, sedang air notabenenya merupakan sumber hidup.

Dengan kata lain posisi ‘arsy di sini merupakan pertanda kekuasaan, sedang kemantapannya di satu tempat berarti kemantapannya di tempat itu.

Salah satu teori penciptaan alam semesta yang popular dan diterima oleh khalayak umum yaitu Teori Big Bang. Saat ini, teori Big Bang menjadi titik paling mutakhir yang dapat dicapai oleh ilmu pengetahuan tentang asal mula alam semesta.

Teori Big Bang tersebut menjelaskan proses penciptaan alam semesta yang terjadi melalui ledakan pada suatu titik yang berisi semua materi dan energi alam semesta yang  penyebarannya mampu merambah ke segenap penjuru ruang angkasa dengan kecepatan yang sangat tinggi.

Dari materi dan energi yang dihasilkan oleh ledakkan ini, kemudian muncullah suatu keseimbangan yang luar biasa yang melingkupi alam semesta. Hukum alam pun terbentuk.

Baca Juga:  Mengenal Tradisi Bahtsul Masail Ala Pondok Pesantren Salaf

Teori Big Bang telah menunjukkan suatu hal yang sangat luar biasa. Biasanya, ledakan merupakan sesuatu yang berbahaya. Pecahannya bukanlah suatu keteraturan.

Akan tetapi, ledakan ini berbeda, ledakan ini menghasilkan bagian-bagian yang teratur, dan memiliki keseimbangan yang sangat teliti dan sempurna.

Hal ini kemudian menggiring pada suatu pertanyaan tentang siapakah pencipta dan pengatur kesesuaian dan kesempurnaan alam semesta? Inilah yang diisyaratkan oleh al-Quran dari ayat-ayat di atas dengan memerintahkan kepada orang-orang yang tidak percaya kepada Allah untuk mengamati dan mempelajari alam semesta. Pengamatan ini diharapkan dapat mengantarkan mereka pada keimanan terhadap keesaan dan kemahakuasaan Allah.

Mohammad Mufid Muwaffaq