Alasan Mengapa 10 Muharram Disebut Hari Raya Anak Yatim

hari raya anak yatim

Pecihitam.org – Bagi masyarakat Muslim, Muharram adalah salah satu momentum mulia karena menjadi bulan pembuka tahun baru Islam, sehingga menjadi hal yang wajar jika dalam kondisi ini ada yang menyebutnya sebagai “Hari Raya Umat Islam”.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Bukan hanya itu, karena banyak sekali keistimewaan bulan Muharram bahkan sebagian masyarakat Indonesia menganggap bahwa tanggal 10 Muharram (Asyura) adalah Hari Raya anak yatim. Mengapa bisa disebut sebagai harai raya anak yatim?

Istilah Idul Yatama (Hari Raya anak yatim) sebenarnya hanyalah ungkapan kegembiraan bagi anak-anak yatim, karena pada saat itu (10 Muharram) banyak orang yang memberikan perhatian dan santunan kepada mereka.

Momentum 10 Muharram ini dijadikan sebagai Hari raya anak Yatim atau Idul Yatama, berdasarkan sebuah hadits tentang anjuran untuk menyantuni anak-anak yatim pada hari tersebut.

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah Saw sangat menyayangi anak-anak yatim. Dan beliau Saw lebih menyayangi lagi pada hari Asyura (tanggal 10 Muharram). Pada tanggal tersebut, Beliau Saw menjamu dan bersedekah bukan hanya kepada anak yatim, tapi juga keluarganya.

Baca Juga:  Inilah Urutan Jalur Nasab Nabi Muhammad dari Keluarga Bani Hasyim

Abul Laits as-Samarqandi dalam kitab Tanbihul Ghafilin bi-Ahaditsi Sayyidil Anbiyaa-i wal Mursalin disebutkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda:

مَنْ صَامَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ مِنَ الْمُحَرَّمِ أَعْطَاهُ اللَّهُ تَعَالَى ثَوَابَ عَشْرَةِ آلافِ مَلَكٍ ، وَمَنْ صَامَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ مِنَ الْمُحَرَّمِ أُعْطِيَ ثَوَابَ عَشْرَةِ آلَافِ حَاجٍّ وَمُعْتَمِرٍ وَعَشْرَةِ آلافِ شَهِيدٍ ، وَمَنْ مَسَحَ يَدَهُ عَلَى رَأْسِ يَتِيمٍ يَوْمَ عَاشُورَاءَ رَفَعَ اللَّهُ تَعَالَى لَهُ بِكُلِّ شَعْرَةٍ دَرَجَةً

“Barangsiapa berpuasa para hari Asyura (tanggal 10) Muharram, niscaya Allah akan memberikan seribu pahala malaikat dan pahala 10.000 pahala syuhada’. Dan barang siapa mengusap kepala anak yatim pada hari Asyura, niscaya Allah mengangkat derajatnya pada setiap rambut yang diusapnya“.

Penjelasan tentang kemuliaan bulan Muharram ini ditulis oleh KH Sholeh Darat as Samarani pada bulan Muharram tahun 1317 H. Dalam kitab Lathaifut Thaharah wa Asrarus Shalah KH Shaleh Darat menjelaskan,

“Bahwa awal Muharram itu adalah tahun barunya seluruh umat Islam. Adapun tanggal 10 Muharram adalah “Hari Raya”yang digunakan untuk bergembira dengan shadaqah,”

Menurut beliau hari raya ini adalah untuk mensyukuri nikmat Allah, bukan hari raya dengan shalat. Namun hari raya dengan pakaian rapi dan memberikan makanan kepada para faqir.

Baca Juga:  6 Peristiwa Penting Dalam Bulan Safar

KH Sholeh Darat menjelaskan, “Sebaiknya orang Islam mengetahui tahun baru Islam. Hari wuquf di Arafah itu akan menjadi hari pertama bulan Muharram dan akan menjadi tanggal 27 bulan Rajab.”.

Islam mempunyai dua belas bulan dalam hitungan satu tahun menurut hitungan kalender hijriyah yang telah ditetapkan. Empat bulan di antaranya adalah bulan yang dimuliakan oleh Allah Swt yaitu, bulan Dzulqo’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.

Bulan Muharram termasuk bulan yang dimuliakan Allah SWT. Begitu mulianya, ia dijuluki dengan syahrullah (bulan Allah) yang dalamnya terdapat amalan sunnah yang sangat dianjurkan untuk melakukannya. Amalan sunah yang dimaksud ialah puasa.

Kesunahan puasa di bulan Muharram didasarkan pada hadits riwayat Abu Hurairah:

جاء رجل إلى النبي ضلى الله عليه وسلم فقال: أي الصيام أفضل بعد شهر رمضان؟ قال: شهر الله الذي تدعونه المحرم

Artinya, “(bahwasannya) Seseorang datang menemui Rasulullah SAW, ia bertanya, ‘Setelah Ramadhan, puasa di bulan apa yang lebih afdhal (utama)?’ Nabi menjawab, ‘Puasa di Bulan Allah, yaitu bulan yang kalian sebut dengan Muharram,” (HR Ibnu Majah).

Dalam hadis riwayat Imam Muslim disebutkan sebagai berikut.

Baca Juga:  Memahami Islam Wasatiyah dalam Perspektif al Quran

أفضل الصيام بعد رمضان شهر الله المحرم

Artinya, “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan ialah puasa di bulan Allah, (yaitu bualn) Muharram.”

Dalam kitab Al Majmuk Syarah Shahih Muslim, Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa dalam hadits diatas menjadi dalil keutamaan puasa pada bulan Muharram. Wallahua’lam bisshawsab.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik