Ajaran Akhlak Islami Ronggowarsito dalam Serat Kalatidha

Ajaran Akhlak Islami Ronggowarsito dalam Serat Kalatidha

Pecihitam.org – Ronggowarsito memiliki keresahan terhadap perkembangan zamannya saat itu (abad ke 18 M). Pujangga Jawa yang pernah nyantri kepada Kiai Hasan Besari itu resah terhadap situasi sosial zaman itu karena kekuasaan dan hegemoni Jawa sedang mengalami penurunan wibawa. Pada masa itu Keraton Mataram tunduk terhadap kekuasaan kolonial Belanda.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Keresahan-keresahan sang pujangga Jawa itu diguratkan dalam karyanya berjudul Serat Kalatidha. Dalam serat tersebut, Ronggowarsito memberikan analisis bahwa zaman itu adalah “Zaman Edan”, yang memiliki arti sebagai zaman kegilaan.

Pandangan Ronggowarsito yang tertaung dalam  Serat Klatidha tersebut memiliki akar pemikiran yang berasal dari kebudayaan Jawa yang dicampurkan dengan khazaman Keislaman.

Pandangan ini diperkuat oleh posisi Ronggowarsito sendiri sebagai bangsawan Jawa yang sekaligus pernah menjadi santri di Pesantren Gebang Tinantar yang diasuh oleh Kiai Hasan Besari.

Menurut Desi Cahya Wulandari dalam riset skripsinya berjudul Ajaran Raden Ngabehi Ronggowarsito Tentang Pendidikan Akhlak Islam (2017) pandangan-pandangan moral Ronggowarsito relevan dengan akhlak dalam ajaran Islam, seperti akhlak untuk bersikap ikhlas, bertaubat, amanah, teladan yang baik, menanggapi kabar secara kritis dan selalu berikhtiar.

Baca Juga:  Meneladani Akhlak Rasulullah dalam Mengemban Misi Dakwah Islam

Dari riset tersebut menampakkan betapa cukup kentalnya kaitan pandangan-pandangan moralitas Ronggowarsito dengan pandangan akhlak dalam agama Islam. Sebab, tak bisa dipungkiri bahwa Ronggowarsito pernah menjadi santri dari Kiai Hasan Besari yang tentu saja sedikit banyak memengaruhi cara berfikirnya.

Adapun panduan moralitas Ronggowarsito yang kemudian dipandang relevan dengan pandangan akhlak dalam Islam ini meliputi:

Pertama, tidak adanya teladan perilaku pemimpin mengakibatkan rusaknya negara. Dalam pandangan Ronggowarsito, dalam sebuah masyarakat harus ada sebuah keteladanan pemimpin supaya negaranya dapat sejahtera dan maju.

Pandangan ini merupakan sebuah refleksi sang pujangga atas penurunan wibawa kepemimpinan Keraton Mataram karena pemimpinnya berkolaborasi dengan penjajah Belanda untuk menyengsarakan rakyatnya. Dari keprihatinan Ronggowarsito tersebutlah kemudian muncul panduan moral ini, yakni pentingnya keteladanan pemimpin.

Kedua, kepandaian tanpa moralitas akan membawa petaka. Pandangan ini merupakan refleksi Ronggowarsito atas situasi Keraton Mataram yang tokoh-tokoh besarnya kehilangan hati nurani dalam memimpin.

Baca Juga:  8 Tips Ini Bikin Perempuan Bisa Cantik Cara Islam

Saat itu, pemimpin dan penasehatnya merupakan seorang cerdik cendikia yang sebenarnya mengerti tentang mana yang benar dan mana tindakan yang salah. Namun, persoalannya adalah karena tidak memiliki hati nurani maka kemudian mengorbankan rakyatnya untuk demi kepentingan pribadi mereka saja.

Ketiga, siapapun harus bertahan dengan kebenaran walaupun sekelilingnya berbuat angkara murka. Dalam pandangan sang pujangga tersebut melihat bahwa walaupun situasi zamanya penuh angkara murka, kita harus tetap bertahan dan berpegang pada sebuah kebenaran.

Pada kondisi kekacauan negara, seringkali kecurangan dan kebohongan dianggap sebagai sesuatu yang dianggap lumrah. Namun, menurut Ronggowarsito bahwa dalam kondisi yang buruk pun, kita harus senantiasa berperilaku dengan benar. Jika dalam situasi yang kacau dan semua menormalisasi itu sebagai hal yang wajar, maka kondisi masyarakatnya akan semakin kacau.

Dari sekian panduan moral dari Ronggowarsito ini menampakkan betapa prihatinnya ia atas situasi saat itu. Maka tak heran kalau nuansa dari gagasan Ronggowarsito tersebut berupa kritikan tajam atas kekuasaan keraton saat itu.

Baca Juga:  Strategi Dakwah Walisanga Menyebarkan Ajaran Islam di Nusantara

Namun, di balik kritikan tersebut sebenarnya terdapat panduan moralitas yang sangat relevan dengan pandangan moral dalam Islam.

Misalnya tentang pentingnya keteladanan pemimpin, hal itu sangat mirip pentingnya uswatun khazanah (keteladanan yang baik) dalam ajaran Islam. Contoh lainnya, misal tentang pentingnya dalam berpegang teguh dalam kebenaran. Hal ini sangat mirip dengan doktrin “katakanlah kebenaran walaupun pahit” dalam ajaran Islam.

Demikianlah panduan moral Ronggowarsito yang relevan dengan pandangan moralitas (akhlak) dalam ajaran Islam. Ajaran tentang pentingnya teladan pemimpin teladan, hati nurani dan keberanian selalu berkata benar adalah akhlak yang pada hari-hari ini sering dilupakan dalam masyarakat. Dengan demikian, pandangan Ronggowarsito sangat relevan dengan situasi zaman ini juga. Wallahua’lam.