Aneh, Salafi Wahabi Menolak Takwil Tapi Malah Melakukan Tajsim

Aneh, Salafi Wahabi Menolak Takwil Tapi Malah Melakukan Tajsim

PeciHitam.org – Penolakan kaum salafi wahabi terhadap penggunaan takwil untuk memahami sebagian ayat terkait sifat Allah SAWT berdampak kepada Tashawwur.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Anggapan mereka menolak takwil dengan dalih untuk mensucikan Nama Allah SWT sesuai ketetapanNya. Akan tetapi pemahaman tekstual terhadap ayat Al-Qur’an faktanya sangat bahaya, melebihi dari tuduhan takwil.

Tashawwur secara sederhana sebagai perbuatan penggambaran dzatullah, dzat Allah SWT dengan part atau bagian sebagaimana makhluk. Hal inilah yang kemudian terkenal bahwa kaum salafi wahabi disebut sebagai kaum Mujassimah, Tajsim.

Kaum Tajsim, Mujassimah terkenal dengan perbuatan menyematkan kepada Allah SWT sebagian sifat dan bagian makhluk kepada Khalik.

Penolakan Takwil Hanya Pembohongan

Pemikiran dan gerakan salafi wahabi mengklaim diri sebagai pemurnian atas praktek heretik takwil kepada ayat Al-Qur’an. Sebagaimana biasanya, kalangan mereka menuduh Ahlussunnah wal Jamaah melakukan bid’ah karena melakukan perbuatan yang tidak dilakukan oleh Rasul, Khaulafaur Rasyidin dan Ulama Salaf.

Akan tetapi tuduhan mereka seperti perbuatan melemparkan bumerang, karena salafi wahabi yang sering terjebak melakukan perbuatan berbeda dengan Ulama Salaf.

Ulama Kerajaan Arab Saudi, Syaikh Bin Baz yang menjadi rujukan kalangan salafi wahabi mengatakan bahwa,

Baca Juga:  Meluruskan Pemahaman Salafi Wahabi Tentang Ghuraba’, Tersesat Kok Ngaku Benar!

Sesungguhnya mentakwil nash-nash yang ada dalam al-Qur’an dan sunnah tentang sifat-sifat Allah SWT adalah bertentangan dengan pendapat yang disepakati (ijma’) oleh umat Islam dari masa sahabat, tabi’in dan orang–orang yang mengikuti ajaran mereka sampai pada masa sekarang ini

Namun ternyata anggapan Sayikh Bin Baz tersebut hanya klaim pribadi yang terbantahkan pada fakta bahwa Imam Syaraf bin Yahya an-Nawawi Ad-Dimasyq menjelaskan dalam syarah Muslim tentang mentakwil sebagian ayat Al-Qur’an.

Pendapat Imam Nawawi tersebut bersumber dari Qadhi ‘Iyadh bahwa,

ءَأَمِنتُم مَّن فِي السَّمَآءِ ومثلهم لا يرا بظهره بل بتكويله

Artinya; ‘Ayat (A’amintum man fi As-Sama’) apakah kalian beriman kepada apa yang ada dilangit, dan semacamnya maknanya bukanlah seperti dhahirnya akan tetapi seluruhnya ditakwilkan’

Penerimaan takwil oleh Imam Bukhari juga terindikasi dalam kitab tafsir beliau yakni Kitabu At-Tafsir terkait surat Al-Qashash ayat 88. Bahwa ayat tersebut menggunakan redaksi ‘كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلا وَجْهَهُ’ yang bermakna tekstual ‘segalanya akan binasa kecuali Wajah Allah SWT’.

Dalam mengartikan kata ‘وَجْهَهُ’ Imam Bukhari tidak seperti salafi wahabi yang menolak Interpretasi diluar makna teksnya, namun menerima makna diluar bentuk dzahirnya.

Menurut Imam Bukhari bahwa ‘وَجْهَهُ’ dapat dimaknai sebagai ‘KekuasaanNya’, bukan ‘WajahNya’ seperti salafi wahabi.

Bahaya Tajsim atau Tajassum

Ulama-ulama Ahlussunnah wal Jamaah telah melakukan pengerucutan metodologi berpikir keagamaan agar memiliki landasan pemikiran yang kuat.

Baca Juga:  Albani; Ulama Salafi Wahabi yang Mengkafirkan Imam Bukhari

Dalam bidang teologi atau Ilmu Kalam merujuk kepada argumentasi Asy’ariyah dan Maturidiyah yang muncul ditengah-tengah perdebatan panas Mu’tazilah tentang Kemakhlukan Qur’an.

Bahwa penerimaan asy’ariyah dan Maturidiyah terhadap takwil sebagian Sifat Allah sebagai bentuk penyederhanaan terhadap alur teologi Islam. Tujuannya jelas sebagai batu pijakan untuk umat Islam awam memahami dzatullah dengan tidak mencampurkan dengan sifat-sifat Makhluk.

Muslim awam akan sangat susah memahami sebuah teks tanpa disertai dengan penjelasan Ulama. Sedangkan Ulama salafi wahabi menolak takwil dan hanya menjelaskan bahwa Allah memiliki Tangan (sebagaimana dalam ayat Al-Fath: 10), Allah SWT memiliki Wajah (seperti ayat Al-Qashash: 88), atau Allah memiliki Kursi seperti ayat Al-Baqarah: 255,

وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَلا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

Artinya; “Kursi Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar” (Qs. Al-Baqarah: 255)

Maka takwil terhadap sebagian sifat Allah SWT adalah untuk mensucikan dzatNya dari pikiran-pikiran seperti Tajsim oleh salaffi wahabi. Jangan-jangan golongan Salafi Wahabi melakukan perbuatan Tajassum (Tajsim) terhadap Allah SWT dalam beribadah.

Baca Juga:  Betulkah Pendiri Wahabi adalah Abdul Wahab bin Rustum?

Maka implikasinya, mereka membuat penggambaran terhadap Dzat Allah SWT dan dibayangkan dalam bentuk mempunyai tangan, duduk di Kursi, memiliki penglihatan, memiliki wajah dan lain sebagainya.

Penyematan sifat ini terhadap Allah SWT memang ada dalam Al-Qur’an, namun ketika dipahai secara tekstual bukan Balaghi maka akan menjebak manusia kedalam jurang Tajsim yang menyesatkan. Ash-Shawabu Minallah

Mohammad Mufid Muwaffaq