Misteri dan Asal usul Nabi Khidir dalam Kitab az Zahru an Nadhir

asal usul nabi khidir

Pecihitam.org – Sebagaimana kita ketahui bahwa Nabi Muhammad Saw merupakan khatamul anbiya yaitu utusan Allah paling akhir alias pemungkas dari para nabi dan rasul. Meskipun demikian, menurut riwayat yang masyhur masih ada empat nabi yang masih hidup hingga kini salah satunya adalah Nabi Khidir As. Namun adakah yang tahu bagaimana asal usul Nabi Khidir?

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Mengenai Nabi Khidir, memang hampir tak ada satu pun mushaf atau kitab yang menceritakan secara detail tentang kehidupan beliau. Meskipun demikian, kita masih bisa mendapatkan serpihan-serpihan kisah tentang Nabi yang sosoknya selalu misterius ini. Beberapa di antaranya adalah kisah Nabi Khidir dengan Nabi Musa atau soal eksistensi beliau yang katanya abadi sampai hari kiamat.

Lebih jauh tentang Nabi Khidir, berikut adalah deretan fakta-fakta tentang beliau yang pasti bakal membuat kita kagum dan tercengang.

Daftar Pembahasan:

Asal Usul Nabi Khidir

Manusia biasa benar-benar buta mengenai detail Nabi Khidir. Karena belum pernah ditemuka satu kitab pun yang membahas secara lengkap sosok Nabi yang satu ini. Namun beberapa riwayat setidaknya menjelaskan siapa dan bagaimana asal usul Nabi Khidir.

Dalam kitab Shahih Bukhari dan Muslim dijelaskan tentang asal-usul penamaan Nabi Khidir. Konon, suatu ketika ia duduk di atas tanah kering berwarna putih. Tiba-tiba tanah yang ia duduki berguncang dari bawah lalu berubah menjadi hijau (khadra).

Pendapat ini pernah pula diungkapkan Imam Ahmad bin Hanbal yang menukil perkataan gurunya yang bernama Abdullah bin Mubarak, seorang sufi dari kalangan tabi’it tabiin dan dikenal kuat atas argumentasinya.

Pendapat Imam Ahmad tentang nabi Khidir ini juga diungkap secara khusus dalam kitab az-Zahru an-Nadhir fi Naba’i al-Khadir karya Ibnu Hajar al Asqalani dengan redaksi sebagai berikut:

“Kami mendapatkan kisah dari Abdurrazzaq, ia diberitahu kisah Ma’mar dari Hammam dari Abu Hurairah, bahwasanya dinamakan Khidir karena ia duduk di atas farwah kemudian tanah itu berguncang dari bawah dan berubah menjadi hijau.”

Dalam kisah ini, farwah diartikan rumput kering berwarna putih. Ibnu Hajar al-Asqalani juga mengungkapkan tentang kenabian Khidir dengan sejumlah dalil-dalil dari Al-Quran. Ia mengutip surat al-Kahfi ayat ke-81, yang artinya,

Baca Juga:  Keistimewaan Bulan Syawal, Salah Satunya Adalah Bulan untuk Menikah

“Dan tidaklah aku melakukannya karena kemauanku sendiri.”

Ayat ini cukup bisa dipahami secara tekstual bahwa Nabi Khidir melakukannya karena perintah Allah. Perintah itu sampai kepadanya tanpa perantara. Meski ada pula kemungkinan bahwa perintah itu disampaikan melalui perantara nabi lain yang tidak disebutkan oleh Allah di dalam Alquran. Akan tetapi, Ibnu Hajar al- Asqalani tidak setuju dengan pendapat ini.

Dalam kitab kitab az-Zahru an-Nadhir fi Naba’i al-Khadir tersebut setidaknya dituangkan beberapa pendapat mengenai asal-usul Nabi Khidir sebagai berikut:

  1. Pendapat yang mengatakan bahwa Nabi Khidir adalah putra dari Nabi Adam. Pendapat ini disampaikan oleh Daruquthni di dalam karyanya berjudul al-Afrad dari jalur Rawwad bin Jarah.
  2. Pendapat yang mengatakan bahwa Nabi Khidir adalah putra Qabil bin Adam. Pernyataan ini pernah dikatakan oleh Abu Hatim as-Sijistani dalam kitab al-Mu’ammarin. Menurut As-Sijistani. ia mendapati kisah ini dari guru-gurunya, salah satunya Abu Ubaidah. Abu Hatim as-Sijistani menambahkan bahwa nama asli Khidir adalah Khadirun.
  3. Pendapat yang disampaikan oleh Wahhab bin Munabbih. Menurutnya nama asli dan garis keturunan Khidir adalah Balya bin Mulkan bin Qali bin Syalikh bin Abir bin Arfakhsyadz bin Sam bin Nuh. Pendapat ini didukung oleh Ibnu Qutaibah dan an-Nawawi.
  4. Pendapat yang disampaikan oleh Ismail bin Abi Uwais. Ia mengatakan, Khidir adalah Mu’ammar bin Malik bin Abdullah bin Nash bin al-Azad. Dan ada yang mengatakan bahwa nama aslinya adalah Amir, sebagaimana diceritakan oleh Abu al-Khattab bin Dihyah, yang bersumber dari Ibnu Habib al-Baghdadi.
  5. Pendapat yang mengatakan bahwa Khidir merupakan putra dari Amanil bin Nur bin al-Ish bin Ishaq. Pendapat ini diungkapkan oleh Ibnu Qutaibah. Sementara, menurut Muqatil, ayahnya bernama Amil.

Selain mengupas tentang asal usul Nabi Khidir, kitab az-Zahru an-Nadhir fi Naba’i al-Khadir juga mengungkap sejumlah hal lain yang berkaitan dengan Nabi Khidir, seperti kisahnya dengan Nabi Musa AS (baca kisahnya disini ), nasihat-nasihat dan ungkapan dari Nabi Khidir.

Sosok yang Bijaksana dan Berilmu Tinggi

Nabi Khidir dikenal sangat berilmu tinggi dan juga bijaksana. Banyak yang menagtakan bahwa Nabi Khidir menguasai ilmu Laduni di mana beliau bisa melakukan hal-hal apa pun yang tak bisa dilakukan oleh manusia biasa. Salah satu yang paling terkenal adalah kemampuan beliau yang sanggup membaca kejadian masa depan.

Baca Juga:  Benarkah Nabi Khidir Masih Hidup Hingga Sekarang? Ini Penjelasan Ulama

Bukan hanya berilmu tinggi, sosok Nabi Khidir juga sangat bijaksana. Setiap tutur katanya mengandung hikmah yang begitu dalam. Itu sebabnya, Allah sampai menyuruh Nabi Musa untuk berguru kepada Nabi Khidir sebagai bukti jika ilmu Allah itu tidak terbatas.

Mursyid dan Manusia Paling Misterius

Kalangan sufi menyebut Nabi Khidir sebagai tokoh rijalul ghaib. Syekh Abdul Qadir al-Jilani menyatakan,

“Di antara para wali ada orang yang sudah fanâ’ (menghilang) dari kebutuhan makan dan minum, menghindar dari umat manusia dan tak terlihat oleh pandangan mata mereka, ia diberi umur panjang, tidak mati-mati, seperti al-Khidir alaihis salam….”

Al-Khidir memang begitu lekat dengan benak kaum sufi. Bahkan Syekh Muhammad al-Kasanzan, Khalifah Tarekat Qadiriyah dunia pada akhir Abad 14 Hijriah, menyatakan bahwa al-Khidir adalah ramzun lit-thariq al-mûshil ilal-hayat al-khadhra’ al-abadiyah. Berarti dalam anggapan beliau, al-Khidir adalah semacam perlambang bagi jalan tasawuf.

Menurutnya, kata “khidr” adalah lambang kehidupan. Khidr memiliki akar kata yang sama dengan khudrah yang berarti hijau. Secara jasmani beliau hidup dalam masa yang panjang, dan secara ruhani beliau adalah lambang kehidupan batin.

Kenyataannya, Nabi Khidir memang menjadi ikon yang tak tergantikan dalam perjalanan kehidupan sufistik. Kisah para tokoh sufi dan para wali nyaris tak pernah lepas dari “bumbu” kedatangan beliau. Bahkan, Nabi Khidir ibarat menjadi pemberi stempel bagi status kewalian.

Dalam khazanah tasawuf tidak terlalu sulit menemukan kisah-kisah pertemuan para sufi dengan Nabi Khidir. Seperti dalam kisah-kisah Umar bin Abdil Aziz, Ibrahim bin Adham, Abdullah bin al-Mubarak, al-Junaid al-Baghdadi, al-Khawwash, Ahmad ar-Rifa’i, dan tokoh-tokoh sufi masyhur yang lain.

Syekh Abdul Qadir al-Jilani, tercatat memiliki kisah yang cukup banyak dengan Nabi Khidir yang menjadi semacam pembimbing bagi beliau. Mulai sejak tirakat pengembaraan selama 25 tahun, hingga beliau menetap di Baghdad dan menjadi tokoh besar yang didatangi oleh para salik dari seluruh penjuru dunia.

Baca Juga:  Tasawwuf, Jalan Sunyi menuju Tuhan dengan Penekanan 4 Substansi

Sebelum syekh Abdul Qadir masuk ke Baghdad dan mengakhiri tirakat pengembaraannya, konon Nabi Khidir menyuruhnya untuk tirakat di pinggir sungai di tepi Baghdad selama 7 tahun. Beliau makan dari rumput dan tumbuh-tumbuhan di sekitarnya, hingga warna hijau rumput membekas di lehernya. Setelah itu, al-Khidir mengatakan, “Hai Abdul Qadir, masuklah ke Baghdad.”

Selain Syekh Abdul Qadir al-Jilani, tokoh sufi lain yang memiliki banyak kisah dengan al-Khidir adalah Ibnu Arabi. Kisah-kisahnya dapat dilihat dalam kitab al-Futuhat al-Makkiyah

Maka, tidak heran jika Muhammad Ghazi Arabi menyatakan,

“Khidir adalah guru kalangan sufi. Beliaulah yang menjadi penuntun dalam perjalanan panjang mereka. Maka, bagi para sufi, Khidir adalah guru, teman bicara, dan kawan terbaik yang pernah menyertai mereka. Dialah gurunya para syekh. Ia membimbing dan menuntun para salik, langkah demi langkah.”

Bagi para sufi, Nabi Khidir memang pembimbing yang paling teduh, seteduh warna hijau yang terpantul di dalam namanya

Nabi Khidir Dipercaya Masih Hidup

Selain cerita bersama Nabi Musa, hal yang paling diketahui manusia soal Nabi Khidir adalah kepercayaan jika Nabi Khidir masihlah hidup sampai sekarang ini, meskipun keberadaannya tak pernah diketahui.

Konon umur panjang yang dimilikinya karena Nabi Khidir pernah meminum Ainul Hayat (Air Kehidupan). Dalam riwayat yang masyhur air tersebut awalnya adalah obsesi Raja Dzulkarnain. Namun atas izin Allah, Nabi Khidirlah yang dapat menemukannya. Kisah lengkap tentang Ainul Hayat bisa dibaca disini.

Wallahua’lam bisshawab.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik