Begini Doa Masuk Istana ala Ketua BPIP Prof Yudian Wahyudi

Doa Masuk Istana ala Ketua BPIP Prof Yudian Wahyudi

PeciHitam.org – Bagi sebagian orang, mendengar nama Yudian Wahyudi mungkin sudah tidak asing lagi. Terlebih jika pernah berinteraksi dengannya, ia adalah sosok yang tergolong memiliki karakter yang lugas, idealis, nasionalis, relijius serta pekerja keras.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Karakter tersebut sedikit banyak terbentuk berkat didikan ayahnya yang merupakan seorang tantara zaman revolusi yang ditugaskan di pemerintahan Balikpapan, Kalimantan Timur, tepatnya pada tahun 1948.

Yudian Wahyudi Asmin dilahirkan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, pada tanggal 17 April 1959. Sejak usia 12 tahun, ia mengenyam Pendidikan di Pondok Pesantren Termas, Pacitan.

Masa pendidikannya di Termas ini hingga tahun 1978 atau kurang lebih tujuh tahun. Selesai dari Termas, ia memutuskan untuk melanjutkan studinya di Yogyakarta, tepatnya di IAIN (sekarang UIN) Sunan Kalijaga sekaligus nyantri di Pondok Pesantren al-Munawwir Krapyak pada tahun 1979.

Ia lulus dari Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga dengan gelar doktorandus pada tahun 1982. Tidak hanya itu, ia juga mengenyam Pendidikan di Fakultas Filsafat UGM dan lulus meraih gelar Bachelor of Art (BA) pada tahun 1986.

Belasan tahun menjadi santri, tentu membuatnya fasih menggunakan Bahasa Arab. Namun ia masih memiliki kelemahan dalam Bahasa Inggris.

Mendengar kabar Kementerian Agama pada waktu itu membuka program Pembibitan Calon Dosen IAIN se-Indonesia pada tahun 1988, ia memutuskan untuk mengasah kemampuan Bahasa Inggrisnya agar dapat memperoleh beasiswa tersebut.

Baca Juga:  Darimana Asal Redaksi Adzan dan Doa Sesudah Adzan? Begini Penjelasannya

Pada tahun 1991, ia berangkat ke Kanada. Dua tahun berselang, tepatnya tahun 1993, ia berhasil menyelesaikan studinya dan memperoleh gelar MA.

Tak kenal lelah, setelah itu ia juga memperoleh beasiswa doktoral dan menyelesaikan pendidikan doktor (PhD) di McGill University, Kanada. Pada tahun 2002-2004, ia berhasil menembus Harvard Law School di Amerika Serikat.

Berkat seabrek gelar yang diperolehnya, baik di dalam negeri maupun luar negeri, pada periode tahun 2005-2006 ia tergabung dalam American Asosiation of University Professors dan mengajar di kampus Amerika, tepatnya di Comparative Department, Tufts University.

Tidak hanya itu, ia juga menguasai berbagai Bahasa di antaranya Bahasa Arab, Inggris dan Perancis. Terbukti dengan puluhan karya yang pernah ia terjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, meliputi 40 buku terjemahan Bahasa Arab, 13 buku bahasa Inggris dan 2 karya terjemah bahasa Perancis.

Karya-karya akademiknya juga tak kalah banyak, di antaranya Aliran dan Teori Filsafat Islam (terbit tahun 1995), Hassan Hanafion Salafism and Secularism (terbit tahun 2006), dan Berfilsafat Hukum Islam dari Harvard ke Sunan Kalijaga (terbit tahun 2014). Ia juga pernah mengatakan bahwa ia merupakan dosen Asia pertama yang mempresentasikan karya akademiknya di lima benua.

Baca Juga:  Doa Memohon Kesembuhan Untuk Orang Lain yang Sedang sakit

Pada tahun 2016, ia mengikuti tes penjaringan Rektor dan berhasil dilantik menjadi Rektor UIN Sunan Kalijaga periode 2016-2020. Pada masa jabatannya, UIN Sunan Kalijaga sedang gencar diserang paham radikal yang mengatasnamakan agama.

Banyak kajian-kajian kampus yang berafiliasi kelompok tertentu yang dianggap radikal. Salah satunya ialah banyak mahasiswi yang menggunakan cadar di area kampus.

Seperti yang kita ketahui bersama, area kampus UIN Sunan Kalijaga sejatinya memang tidak membolehkan mahasiswinya untuk mengenakan cadar. Sebab penggunaan cadar di area kampus amat rawa terjadinya perjokian saat ujian.

Sebagai rektor, ia sempat membuat kebijakan untuk melarang penggunaan cadar bagi mahasiswi di UIN Sunan Kalijaga. Ia juga membuat pembinaan ideologi bagi mahasiswi bercadar yang dinilai telah terpengaruh paham radikal.

Keputusannya ini mendapatkan respon yang luar biasa. Terbukti banyak mahasiswa bahkan masyarakat umum yang terusik dan mendemonya. Akhirnya kebijakan tersebut dicabut guna menjaga iklim akademik yang kondusif.

Melihat segudang prestasi yang dimilikinya tidak heran jika ia ditunjuk oleh Presiden Joko Widodo menggantikan Yudi Latif sebagai Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) pada tanggal 5 Februari 2020. Ada doa khusus yang dibaca oleh Yudian Wahyudi ketika hendak memasuki Istana Negara.

Baca Juga:  Sebut Agama Musuh Terbesar Pancasila, Ini Klarifikasi Kepala BPIP Yudian Wahyudi

Berikut doa masuk istana ala Yudian Wahyudi:

اَللّهُمَّ افْتَحْلِيْ أَبْوَابَ “الْإِسْتَنَى” وَمَفَاتِحَ كُرْسِكَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرّحِمِيْن

Allahumaftahli Abwabal Istana wa mafatiha kursika birahmatika yaa Arhamar Rahimiin.

“Yaa Allah bukakanlah pintu-pintu Istana dan kunci-kunci kursi-Mu dengan rahmat-Mu Wahai Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”

Begitulah sedikit biografi dan doa yang dibaca oleh Yudian Wahyudi sebelum memasukin Istana Presiden. Keren juga ya.

Mohammad Mufid Muwaffaq