Menjawab Tuduhan Wahabi, Benarkah Hadits Doa Bulan Rajab Palsu?

hadits doa bulan rajab

Pecihitam.org – Kaum muslimin mungkin sudah familiar yang mana setiap kali memasuki bulan Rajab memanjatkan doa khusus yang berbunyi “Allahumma barik lana fi Rajab wa Sya’bana wa ballighna Ramadhan” yang artinya, “Ya Allah berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan.”

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Tidak hanya dibaca secara sendiri-sendiri oleh umat Islam namun doa ini juga sering dibaca secara bersama-sama setiap kali selesai salat fardhu di masjid ataupun mushalla. Makna dan tujuan doa tersebut sangatlah baik, namun beberapa kali penulis menemukan artikel-artikel yang mengatakan bahwa bacaan doa di atas tidak memiliki landasan dari hadits.

Hadits Amalan Ibadah di Bulan Rajab ini Populer tapi Palsu!!

Di V*A Islam, timeline diatas ditulis besar berwarna merah. Penulisnya atas nama B*drul T*m*m bahkan mengatakan bahwa hadits doa bulan Rajab tersebut tidak ditemukan dalam kitab-kitab sunnah dan atsar.

Parahnya mereka bilang tak seorang ulama ahli hadits yang mengenal atau mengetahui riwayat doa tersebut. Bahkan dalam kitab-kitab hadits dusta dan palsu milik para ulama terdahulu juga tidak ditemukan. Ini menurut mereka.

Eit lagi-lagi anehnya, mereka mengatakan bahwa riwayat tersebut ditemukan di sebagian kitab Syi’ah yang dipenuhi dengan riwayat-riwayat dusta tanpa disertakan isnad dan hukumnya. Dari sini kemudian mereka menyimpulkan bahwa hadits doa bulan Rajab tersebut palsu yang katanya ditinjau dari beberapa sisi:

  • Pertama, haditsnya tidak memiliki sanad.
  • Kedua, hanya kitab Syi’ah Rafidhah yang menyebutkan riwayat ini. Sehingga wajib diwaspadai penyebaran hadits-hadits semacam ini yang bersumber dari kitan Syi’ah yang berisi kedustaan dan kebohongan.
  • Ketiga, hadits ini berkaitan dengan keutamaan bulan Rajab, padahal secara umum para ulama memperingatkan agar berhati-hati terhadap riwayat-riwayat yang menyebutkan tentang masalah ini. Banyak sekali hadits-hadits maudhu’ yang membicarakan masalah ini sehingga sebagian ulama menyusun kitab khusus tentangnya.

Tanda kutip,, semua pendapat diatas adalah kata mereka lho ya..!

Belum selesai disitu, masih di V*A Islam saya menemukan tulisan masih atas nama B*drul T*m*m dengan judul yang sedikit berbeda. Yang pertama tadi mengatakan bahwa hadits doa bulan Rajab palsu dan berasal dari Syiah, namun di artikel ke dua mereka mengatakan hadits tersebut dhaif.

Baca Juga:  Sedekah untuk Mayit, Benarkah Pahalanya tidak Sampai?

Ternyata Hadits ”Ya Allah Berkahi Kami di Rajab dan Syaban” Dhaif!!

Saya jadi tidak habis pikir, sepertinya yang menulis artikel tersebut terkena demam inkonsistensi.. baru bilang haditsnya palsu tapi kemudian jadi dhaif. Padahal hadits palsu dan dhaif itu dua hal yang jauh berbeda.

Mereka kemudian mencantumkan redaksi hadist dan juga perawinya dengan mengatakan hadits tersebut terdapat dalam Musnad Imam Ahmad (1/259);

حدثنا عبد الله ، حدثنا عبيد الله بن عمر ، عن زائدة بن أبي الرقاد ، عن زياد النميري ، عن أنس بن مالك قال : كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا دخل رجب قال : اللهم بارك لنا في رجب وشعبان وبارك لنا في رمضان وكان يقول : ليلة الجمعة غراء ويومها أزهر

“Abdullah menyampaikan kepada kami, Ubaidullah bin Umar menyampaikan kepada kami, dari Zaidah bin Abi al-Raqqad, dari Ziyad al-Numairi, dari Anas bin Malik berkata: Apabila masuk bulan Rajab adalah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam membaca:

اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

“Ya Allah berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikan kami kepada Ramadhan.”

Kemudian beliau berkata, “Pada malam jumatnya ada kemuliaan, dan siangnya ada keagungan”.”

Hadits ini juga diriwayatkan Ibnu Sunni dalam Amal al-Yaum wa al-Lailah (659), Al-Baihaqi menyebutkan dalam Su’ab al-Iman (3/375), Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah (6/269), Al-Bazzar dalam Musnadnya (Mukhtasar Zawaidul Bazar li al-Hafidz: 1/285, 402), dari berbagai jalan periwayatan dari Zaidah bin Abu Raqqad, ia berkata, “Telah menceritakan kepadaku Ziyad an Numairi, dari Anas secara marfu’.”

Berkata al-Baihaqi, “Hadits ini hanya diriwayatkan oleh an-Numairi, dan dari dia hanya oleh Zaidah. Berkata Bukhari : ‘Zaidah jikalau meriwayaktan dari Ziyad al-Numairi haditsnya munkar.’ An-Numairi ini juga orang yang lemah.”

Untuk membuktikannya, mari kita buka tentang pertanyaan apakah doa bulan Rajab tersebut pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW atau itu hanya sebatas doa para ulama yang hingga saat ini terus populer dan diriwayatkan secara lisan?

Baca Juga:  Hukum Memakai Cadar Menurut Pandangan Para Ulama

Kemudian, andaikata doa tersebut tidak bersumber dari Nabi Muhammad SAW, maka bolehkah kita tetap membaca dan mengamalkannya? Insyallah akan kita ulas dalam tulisan yang sederhana ini.

Doa bulan Rajab tersebut diriwayatkan oleh beberapa ahli hadits. Di antaranya Ibnu Abid Dunya dalam kitab Fadhail Ramadhan, Imam At-Thabarani dalam kitab Mu’jamul Ausath, Abu Nu’aim dalam kitab Hilyatul Auliya’, Imam Al-Baihaqi dalam kitab Fadhailul Auqat, dan Imam Muhyidin An-Nawawi dalam kitab Al-Adzkar yang juga mengutip doa tersebut dan menempatkannya di bab dzikir-dzikir yang berkaitan dengan ibadah puasa.

Berikut adalah redaksi doa tersebut yang tercantum dalam kitab Al-Adzkar Imam An-Nawawi:

وروينا في حلية الأولياء بإسناد فيه ضعفٌ، عن زياد النميري عن أنس رضي الله عنه قال : كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا دخل رجب قال : “اللَّهُمَّ بارِكْ لَنا في رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنا رَمَضَانَ”، ورويناه أيضاً في كتاب ابن السني بزيادة.

Artinya, “Kami riwayatkan dalam kitab Hilyatul Auliya dengan sanad yang dhaif (lemah), bersumber dari Ziyad An-Numairi dari Anas bin Malik RA. Ia berkata, ‘Rasulullah Saw ketika memasuki bulan Rajab berkata: Ya Allah berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban. Sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan.’ Riwayat serupa juga kami riwayatkan dari kitab Ibnus Sinni dengan sedikit tambahan redaksi.”

Ditinjau dari sisi kualitas, sanad hadits tersebut memang sedikit bermasalah. Imam An-Nawawi juga menilai hadits tersebut sedikit dhaif (lemah). Imam At-Thabarani menggolongkannya sebagai hadits mungkar karena salah seorang perawinya yang bernama Zaidah bin Abir Riqad dinilai sebagai seorang rawi yang munkarul hadits.

Ibn Abi Hatim juga menyebutkan bahwa Zaidah sering meriwayatkan hadits dari Ziyad An-Numairi, dari Anas bin Malik RA berupa hadits-hadits marfu’ yang munkar. Sementara itu, Imam Abu Dawud mengakui, beliau tidak mengetahui sumbernya.

Kemudian Ziyad bin Abdillah An-Numairi (salah seorang perawi lain dari hadits tersebut) juga dianggap dhaif oleh Ibnu Ma’in dan Abu Dawud. Ibn Hibban menilainya sebagai seorang yang munkarul hadits juga. Abu Hatim menegaskan, haditsnya dapat ditulis tapi tidak bisa dijadikan sebagai hujah (dalil).

Baca Juga:  Batas Aurat Perempuan Menurut Para Fuqaha

Dari keterangan tersebut kita dapat menyimpulkan bahwasanya secara sanad memang hadits tersebut sedikit bermasalah. Lantas dengan demikian apakah doa yang terdapat dalam hadits tersebut tidak boleh diamalkan?

Jika kita perhatikan kembali, isi dari hadits tersebut adalah doa dan harapan kebaikan yang tidak ada hubungan serta dampak langsung dengan akidah maupun ibadah mahdhah (murni), namun digolonglan dalam ranah fadhail (keutamaan-keutamaan) saja.

Adapun kedhaifan hadits tersebut menurut versi Imam An-Nawawi sepertinya tidak terlalu dipermasalahkan. Hal ini terlihat dengan beliau tetap memasukkannya ke dalam kitab al-Adzkar, yang kita tahu kitab tersebut diniatkan sebagai rujukan bagi mereka yang ahli ibadah. Berikut redaksi perkataan Imam An-Nawawi dalam kitabnya tersebut.

فلهذا أرجو أن يكون هذا الكتاب أصلاً معتمداً، ثم لا أذكر في الباب من الأحاديث إلا ما كانت دلالته ظاهرة في المسألة.

Artinya, “Karena ini, saya berharap agar kitab ini (Al-Adzkar) menjadi sumber rujukan yang mu’tamad (diakui). Lalu, tidak saya sebutkan pada bab-babnya kecuali hadits-hadits yang memunyai hubungan makna yang jelas dengan tema yang sedang dibahas.”

Dengan demikian, kita akhirnya bisa menyimpulkan bahwa memang benar adanya hadits tersebut berstatus dhaif (lemah), namun bukan berarti tidak boleh diamalkan, sebab Imam An Nawawi mengatakan tingkat kedhaifannya yang tidak terlalu parah dan tidak berkaitan dengan masalah akidah dan ibadah mahdhah. Sehingga doa bulan Rajab tersebut sah diamalkan dan insya Allah tetap berpahala. Wallahua’lam bisshawab.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik