Pecihitam.org – Imam Khatib asy-Syirbini, nama lengkapnya adalah Syamsuddin Muhammad bin Ahmad Asy-Syirbini. Dilahirkan di Kairo tahun 1509 M/916 H. dan wafat pada tahun 1570 M/977 H. Beliau berasal dari tempat yang bernama Syirbin, sebuah daerah yang pada zaman sekarang masuk provinsi Dakahlia atau Daqohliyyah di Mesir. Gelarnya adalah “Al-Khothib” karena beliau memang terkenal sebagai khatib di masjid yang dinamai dengan namanya.
Beliau hidup di zaman pergolakan politik yang hebat di masanya. Sempat mengalami Daulah Mamalik di Mesir dan juga mengalamai masa-masa penaklukan Sultan Salim I dari Daulah Utsmaniyyah ke Mesir. Keluasan dan kedalaman ilmunya terlihat dari fakta bahwa beliau diizinkan mengajar dan berfatwa pada saat guru-gurunya masih hidup.
Daftar Pembahasan:
Menuntut Ilmu
Imam Khatib asy-Syirbini memulai pendidikan awalnya dengan mempelajari al-Quran, nahwu, saraf, fiqh, tauhid, akhlak, sejarah Islam dan lain-lain. Kemudian, beliau meneruskan pelajarannya ke tingkat yang lebih tinggi dengan belajar dibawah bimbingan beberapa ulama besar yang hidup ketika itu, diantaranya Syeikh al-Islam Zakaria al-Ansari (w.926H), Syihabuddin al-Ramli (w.848H) ayah dari Syamsuddin Ar-Romli, sang muharrir mazhab Asy-Syafi’i.
Beliau juga berguru pada beberapa ahli fiqih Mazhab asy-Syafii yang lain, seperti Ahmad al-Burullusi yang terkenal mengarang hasyiyah ‘Amiroh, Nuruddin al-Mahalli, dan Badruddin al-Masyhadi. Dari para ulama tersebut beliau mendapat izin untuk memberi pelajaran kepada murid-murid yang datang kepadanya dan memberi fatwa kepada orang yang bertanya kepadanya tentang masalah-masalah keagamaan.
Akhlak dan Ibadahnya
Imam Khatib asy-Syirbini masyhur sebagai seorang yang wara, zuhud, dan Ibadahnya dikenal kuat. Kadang-kadang makan malamnya diberikan pengemis yang datang sehingga beliau bermalam dalam keadaan lapar. Diceritakan bahawa salah satu kebiasaannya ialah melakukan iktikaf di dalam masjid sepanjang bulan ramadhan. Mulai tanggal satu, beliau sudah beri’tikaf dan baru keluar dari i’tikaf saat shalat Ied. Disebutkan pula bahwa apabila beliau menunaikan haji, beliau lebih banyak berjalan kaki daripada menunggang binatang kendaraannya. Beliau hanya menunggang unta setelah sangat letih dalam perjalanan
Metodelogi Ilmiahnya
Dalam konteks ilmu pengetahuan, Imam Khatib asy-Syirbini mencurahkan pengetahuannya melalui penulisan buku, tetapi sebagian besar karyanya merupakan komentar kepada karya-karya yang telah ada sebelumnya. Namun usaha yang dilakukan oleh beliau tidak menghalanginya untuk mencurahkan buah pikirannya sendiri, terutama dalam perincian permasalahan.
Diantaranya Kitab Karya-karyanya
- Kitab Al-Iqna’ Fi Hall Alfaz Abi Syuja’, sebuah komentar atas kitab fiqih karya Abu Syuja’ (437-488) yang berjudul Gayatu al-Ikhtisar.
- Kitab Syart an-Tanbih, komentar atas karya Ibrahim bin Ali bin Yusuf bin Abdullah Abu Ishaq asy-Syirazi (w. 476 H/ 1083 M).
- Kitab Mughni al-Muhtaj Ila Ma’rifah Ma’ani Alfaz al-Minhaj, komentar atas karya Imam an-Nawawi yang berjudul Minhaj at-Talibin. Kitab ini ditulis Asy-Syirbini setelah beliau rampung menulis kitab syarah untuk kitab “At-Tanbih” karya Asy-Syirozi. Motivasi menulis kitab ini adalah atas saran dan rekomendasi kawan-kawannya. Ketika mendapat saran ini, awalnya beliau ragu. Tetapi setelah beliau mendapatkan kesempatan berziarah ke makam Nabi Muhammad SAW, shalat dua rakaat dan beristikharah, ternyata Allah melapangkan dadanya. Karena itu, ketika pulang beliaupun mulai mantap menulis syarah ini. Mulai penulisan kira-kira tahun 959 H.
- Kitab As-Siraj al-Munir (pelita yang bersinar), sebuah kitab tafsir, terdiri atas empat jilid.
- Kitab Fath al-Kholiq Fi Hal Alfaz Kitab Alfiyah Ibnu Malik, komentar atas kitab nahwu yang berjudul Al-Alfiyah (seribu bait syair), karya Ibnu Malik (ahli bahasa Arab).
- Kitab Syu’ab al-Iman Syart Minhaj Ad Din (cabang-cabang Iman: Komentar atas (kitab) Jalan Agama (karya al-Jurjanji).