Cara Mensyukuri Nikmat Allah Sesuai Anjuran Rasulullah

Cara Mensyukuri Nikmat Allah Sesuai Anjuran Rasulullah

PeciHitam.org – Bersyukur merupakan salah satu bentuk wujud terimakasih kepada Allah atas nikmat yang telah dianugerahkan kepada kita. Ketika seorang hamba mau bersyukur, Allah pasti menambah kenikmatan yang diberikan kepadanya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Lawan dari syukur ialah kufur, yang dapat diartikan menutup mata atas nikmat yang telah dikaruniakan. Bahkan diingatkan khusus lewat Firman Allah SWT dalam surat Ibrahim ayat 7 berikut:

وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَىِٕن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِیدَنَّكُمۡۖ وَلَىِٕن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِی لَشَدِیدࣱ

“Dan ingatlah, tatkala Tuhanmu mengingatkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari, maka sesungguhnya azabKu amat pedih.”

Disebutkan dalam Kitab Shahihain, bahwasanya Rasulullah SAW tidak pernah meninggalkan ibadah shalat malam (qiyamullail) hingga kaki beliau bengkak. Maka ketika ada yang bertanya kepada beliau, “Ya Rasulullah, mengapa anda rajin melaksanakan shalat malam? Bukankah Allah telah menjamin bahwa anda bebas dari segala dosa, baik yang telah lalu dan yang akan datang?”. Beliau menjawab, “Tidak bolehkah jika aku menjadi hamba yang banyak bersyukur?”

Dari hadis tersebut dapat kita renungkan, Rasulullah saja yang bebas dari dosa, sudah dijamin masuk surga (ma’shum), beliau masih sangat giat dalam beribadah kepada Allah.

Baca Juga:  Wali Rajabiyyun, Kekasih Allah yang Tampak Karomahnya Hanya Ketika Bulan Rajab

Namun kita sebagai umat saja, yang belum jelas nasibnya, masih mengharap syafaat Rasulullah di Yaumil akhir, apakah cara mensyukuri nikmat Allah sudah sedemikian giatnya meneladani Rasulullah?

Dari hadits di atas selayaknya kita kembali bercermin kepada diri kita masing-masing, Rasulullah SAW yang terjamin bebas dari dosa saja ingin menjadi hamba yang banyak bersyukur, lantas bagaimana dengan diri kita?. Sudahkah kita bersyukur atas nikmat-nikmat tak terhitung jumlahnya yang telah kita peroleh?.

Perwujudan rasa syukur seorang hamba meliputi tiga rukun, belum dapat disebut syukur kecuali dengan terkumpulnya ketiga rukun tersebut, antara lain:

  1. Mengakui kenikmatan secara batiniah.
  2. Mengucapkannya secara lahiriah.
  3. Menggunakannya sebagai motivasi untuk peningkatan ibadah kepada Allah SWT.

Jika berpatokan pada ketiga rukun di atas, syukur yang sebenarnya merupakan gabungan antara perilaku, hati, lisan serta anggota badan dapat selaras. Anggota badan di sini sebagai salah satu wujud nyata perilaku syukur, anggota badan sebagai wadah dalam melaksanakan syukur tersebut sekaligus mencegah berbuat maksiat kepada Allah..

Allah menjadikan syarat bertambahnya nikmat dengan keharusan bersyukur, dan tambahan nikmat dari Allah itu sangatlah luas, sebagaimana rasa syukur kepadaNya juga tidak mengenal batas ruang dan waktu.

Baca Juga:  Sufi Menurut Pandangan Syekh Ibnu Taimiyah

Begitu tingginya derajat orang yang bersyukur ini, sampai-sampai iblis membuat program khusus untuk menjauhkan manusia dari sifat syukur, dalam Surat Al-A’raf ayat 17 disebutkan, “Kemudian kami akan mendatangi mereka dari muka dan belakang, dari kanan dan kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.”

Nabi juga pernah mengingatkan kepada umatnya agar jangan sampai terlena dengan kenikmatan yang diberikan oleh Allah. Seperti hadits berikut yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, Nabi saw bersabda, “Ada dua nikmat yang kebanyakan manusia terkelabui, yaitu kesehatan dan waktu luang,” (HR. Bukhari).

Biasanya seseorang baru merasa nikmat itu sangat besar dan penting justru saat kehilangan sehat alias sakit atau di saat sibuk hingga tidak bisa mengerjakan sesuatu yang dia inginkan dan dambakan. Baru di saat itulah manusia mengalami kesadaran betapa kedua anugerah Allah sangat berharga dan mestinya sejak awal dimanfaatkan sebaik mungkin.

Kita diingatkan untuk memperhatikan kesehatan, sebab dengan kesehatan yang prima manusia bisa produktif dan menjalankan segala aktivitas dengan optimal.

Dari sini manusia mesti memperhatikan mulai dari gaya hidup, makanan dan minuman, pola pikir, pergaulan serta menjaga kualitas ibadah ritual serta sosio-kultural. Sebab sehat yang ideal dalam Islam adalah yang sehat secara lahir dan batin.

Baca Juga:  11 Akhlak Terhadap Allah, Amalkan Jika Ingin Menjadi Hamba yang Paling Dicintai

Selanjutnya, kita juga diingatkan untuk mensyukuri nikmat waktu yang terbatas, memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Sehingga waktu yang terbatas tersebut tidak terbuang sia-sia. Dua hal tersebut memanglah tidak mudah, tidak banyak hamba yang mampu menyukuri keduanya semaksimal mungkin.

Demikian kami jelaskan sedikit mengenai cara mensyukuri nikmat Allah. Sudah seharusnya kita bersyukur atas segala nikmat tersebut. Mensyukuri nikmat sehat dan waktu luang sebaik-baiknya agar tidak menjadi manusia yang merugi di kemudian hari.

Mohammad Mufid Muwaffaq