Pecihitam.org – Menjelang momentum Hari Pancasila, Rais Syuriyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Australia, KH Nadirsyah Hosen (Gus Nadir) mengatakan, konsistensi kesetiaan NU terhadap Pancasila bisa dilihat dalam perjalanan Muktamar NU sejak di Situbondo, Krapyak hingga Lirboyo (1999).
Dalam beberapa kali Muktmar itu, asas tunggal Pancasila selalu menjadi salah satiu topik bahasan dan keputusannya mempertegas asas tunggal Pancasila.
Gus Nadir mengungkapkan, Muktamar NU di Lirboyo (1999) suasananya lain.
Pasalnya, kata dia, saat itu Soeharto sudah lengser dari kursi kepresidenan, orde baru juga sudah tumbang. Tidak ada lagi tekanan apapun terkait penerimaan asas tunggal.
“Kemudian muncul pertanyaan: apakah NU saat menerima asas tunggal di Muktamar Situbondo itu hanya karena siasat politik saja atau karena fiqih siyasah. Karena NU tak bisa berkelit dari tekanan orde baru sehingga terpaksa menerima (asas tunggal) misalnya, atau memang menerima karena punya argumentasi yang kokoh sesuai fiqih siyasah,” ujar Gus Nadir, dikutip dari situs NU Online, Senin, 17 Agustus 2020.
Gus Nadir mengatakan, bahwa Muktamar NU di Lirboyo itu menegaskan hubungan NU dan kebangsaan begitu kental.
Dosen senior Bidang Hukum di Monash University, Melbourne, Australia mengungkapkan, saat itu terjadi perdebatan di kalangan kiai sebagaimana terjadi dalam Bahtsul Masail.
Sebagian kiai berpendapat bahwa asas tunggal tak perlu lagi diterima karena orde baru sudah habis, sehingga asas tunggal juga tak perlu lagi. Namun, sebagian yang lain berkehendak sebaliknya.
Hingga akhirnya sejumlah kiai sepuh turun tangan, termasuk KH Ahmad Sahal Mahfudz dan sejumlah masyayikh Lirboyo.
Akhirnya, disepakati untuk tetap menerima dan mempertahankan asas tunggal.
“Lewat Keputusan Muktamar NU di Lirboyo, diputuskan asas tunggal (tetap) diterima. Pancasila tidak bertentangan dengan agama. Sebuah keputusan yang cantik dan ciamik dari Muktamar NU,” pungkas Gus Nadir.