Hukum Baca al Quran di Kuburan Bid’ah? Coba Lihat Dalil yang Satu Ini!

hukum baca al quran di makam

Pecihitam.org – Salah satu amaliyah yang divonis bid’ah oleh kaum Wahabi adalah membaca al Quran di makam para ulama. Malah lebih jauh mereka menuduh umat Islam di Indonesia khususnya warna Nahdliyin sebagai penyembah kuburan. Sungguh merupakan tuduhan yang tak berdasar, bahkan lebih cenderung mengarah kepada fitnah yang keji. Lantas bagaimana sebenarnya hukum baca al Quran di kuburan?

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Mengenai hukum baca al-quran di kuburan, mayoritas ulama madzhab hanafi, syafi’i dan hambali menyunnahkannya. Pendapat mayoritas para ulama’ ini sesuai dengan banyak sekali dalil yang menerangkan tentang hal tersebut, diantaranya sebagai berikut:

Imam az-Zabidi menyebutkan di dalam kitab “ithaf” hadist dari Anas bin Malik ra bahwa Rasulullah SAW bersabda :

اذا دخل المقابر فقرا فيها يس خفف عنهم يومىءذ وكان له بعددهم حسنات

Artinya: “siapa yang masuk perkuburan lalu membaca surat “yaasin” maka akan diringankan siksa untuk mereka (penghuni kubur) dan bagi orang tersebut pahala sesuai jumlah penghuni perkuburan.”

Kemudian para ulama’ madzhab as-syafii juga berpendapat disunnahkan membaca apa saja dari al-qur’an. Imam Qolyubi berkata : yang diriwayatkan dari ulama’ salaf adalah membaca surat al-ikhlas sebanyak sebelas kali, dan pahalanya dihadiahkan ke penghuni kuburan, maka dia akan mendapat pahala sesuai jumlah yang berkubur disana.

Hal ini sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Imam Khollaf dalam “fadhoil surratil ikhlas” no 53 dari saydina Ali ra, Nabi SAW bersabda:

Baca Juga:  Hadis Kepengurusan Perempuan dalam Berbagai Hal, Bagaimanakah Penjelasannya?

من مر على المقابر وقرا قل هوالله احد احدى عشرة مرة ثم وهب اجره للاموات اعطي من الاجر بعدد الاموات

Artinya: Siapa yang melewati perkuburan dan membaca qul huwallahu ahad (surat al-ikhlas) 11 kali kemudian pahalanya dihadiahkan kepada orang yang meninggal maka dia akan diberi pahala sejumlah orang yang meninggal .

Selain itu Hafidz Syamsuddin al-Maqdisi al-Hambali yang konon adalah gurunya Ibnu Taimiyah menyebutkan beberapa hadist diantaranya;

من دخل المقابر ثم قرا فاتحة الكتاب وقل هوالله احد والهاكم التكاثر ثم قال اني جعلت ثواب ما قرات من كلامك لاهل المقابر من المؤمنين والمؤمنات شفعاء له الي الله تعالي

Artinya: Siapa yang memasuki perkuburan kemudian membaca fatihatul kitab (surat fatehah) dan qulhuwallahu ahad (surat al ikhlas) dan alhaakumut takatsur (surat attakatsur) lalu mengatakan : aku jadikan pahala yang kubaca dari firmanmu untuk para penghuni kubur dari mukminin dan mukminat maka mereka semua akan menjadi penolong baginya kepada Allah.

Kemudian beliau berkata semua hadist” ini meskipun lemah namun membaca al-qur’an di dekat kuburan mempunyai landasan hukum yang kuat. Ditambah lagi kaum muslimin disetiap generasi dan disetiap tempat selalu berkumpul dan membaca al-qur’an untuk orang yang telah meninggal tanpa ada ulama’ yang mengingkarinya, hal ini sudah seperti ijma’.

Imam Ibnu Abidin berkata, “Bacalah yang mudah seperti al-fatehah, awal surat al-baqarah hingga “muflihun”, ayat kursi, “aamanarrosul”, yaasin, tabarok, at-takatsur dan al-ikhlas dua belas kali,sebelas, tujuh atau tiga kali.”

Baca Juga:  Polemik Fatwa Hukum BPJS dalam Islam dan Solusi Jalan Tengah Bagi Masyarakat

Al-Buhuty berkata menurut Imam Samiri, “Di kepala kubur membaca pembuka surat al-baqarah sedangkan di kaki kubur bacalah akhir surat al-baqarah.”

Untuk lebih menguatkan pendapat-pendapat diatas mari kita lihat hadits berikut ini. Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ﺍﻗﺮﺀﻭﺍ ﻳﺲ ﻋﻠﻰ ﻣﻮﺗﺎﻛﻢ

“Bacalah surat Yaasiin untuk orang yang mati di antara kamu.” (Riwayat Imam Abu Dawud; kitab Sunan Abu Dawud, Juz III, halaman 191)

Asy-syaukani berkomentar:

ﻭﺍﻟﻠﻔﻆ ﻧﺺ ﻓﻲ ﺍﻷﻣﻮﺍﺕ ﻭﺗﻨﺎﻭﻟﻪ ﻟﻠﺤﻲ ﺍﻟﻤﺤﺘﻀﺮ ﻣﺠﺎﺯ ﻓﻼ ﻳﺼﺎﺭ ﺇﻟﻴﻪ ﺇﻻ ﻟﻘﺮﻳﻨﺔ

“ Lafazd hadits tsb berkenaan pada mayit, mengarahkannya pada orang yang sekarat menjelang wafat adalah majaz, maka tidak boleh diarahkan ke sana kecuali ada qarinah “. (Nail al-Awthar : 2/679)

Sedangkan Al-Faqih al-Hanbali al-Ushuli al-Mutqin al-‘allamah Qadhi qudhah, Ibnu an-Najjar memberikan komentar yang berbeda :

ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﻳَﺸْﻤَﻞُ ﺍﻟْﻤُﺤْﺘَﻀَﺮَ ﻭَﺍﻟْﻤَﻴِّﺖَ ﻗَﺒْﻞَ ﺍﻟﺪَّﻓْﻦِ ﻭَﺑَﻌْﺪَﻩُ , ﻓَﺒَﻌْﺪَ ﺍﻟْﻤَﻮْﺕِ ﺣَﻘِﻴﻘَﺔٌ , ﻭَﻗَﺒْﻠَﻪُ ﻣَﺠَﺎﺯٌ

“ Hadits tersebut mencangkup orang yang sekarat maupun sudah wafat, baik sebelum dimakamkan atau pun sudah dimakamkan. Setelah dimakamkan, maka itu adalah makna hadits secara hakikat (dhahir) dan sebelum dimakamkan, maka itu makna hadits secara majaz “ (Mukhtashar at-Tahrir syarh al-Kaukab al-Munir : 3/193)

Terakhri mari kita lihat apa kata Imam Nawawi dalam kitab al Majmuk:

Baca Juga:  Jangan Ngaku Sunni Kalau Belum Kenali Tokoh-Tokoh dan Ajaran Tasawuf Sunni

ﻭَﻳُـﺴْـﺘَﺤَﺐُّ ﻟِﻠﺰَّﺍﺋِﺮِ ﺍَﻥْ ﻳُﺴَﻠِّﻢَ ﻋَﻠﻰَ ﺍْﻟﻤَﻘَﺎﺑِﺮِ ﻭَﻳَﺪْﻋُﻮْ ﻟِﻤَﻦْ ﻳَﺰُﻭْﺭُﻩُ ﻭَﻟِﺠَﻤِﻴْﻊِ ﺍَﻫْﻞِ ﺍْﻟﻤَﻘْﺒَﺮَﺓِ . ﻭَﺍْﻻَﻓْﻀَﻞُ ﺍَﻥْ ﻳَﻜُﻮْﻥَ ﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ ﻭَﺍﻟﺪُّﻋَﺎﺀُ ﺑِﻤَﺎ ﺛَﺒـَﺖَ ﻣِﻦَ ﺍْﻟﺤَﺪِﻳْﺚِ ﻭَﻳُﺴْـﺘَـﺤَﺐُّ ﺍَﻥْ ﻳَﻘْﺮَﺃَ ﻣِﻦَ ﺍْﻟﻘُﺮْﺃٰﻥِ ﻣَﺎ ﺗَﻴَﺴَّﺮَ ﻭَﻳَﺪْﻋُﻮْ ﻟَﻬُﻢْ ﻋَﻘِﺒَﻬَﺎ ﻭَﻧَﺺَّ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﺸَّﺎِﻓﻌِﻰُّ ﻭَﺍﺗَّﻔَﻖَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍْﻻَﺻْﺤَﺎﺏُ

“Dan disunnahkan bagi peziarah kubur untuk memberikan salam atas (penghuni) kubur dan mendo’akan kepada mayit yang diziarahi dan kepada semua penghuni kubur, salam dan do’a itu akan lebih sempurna dan lebih utama jika menggunakan apa yang sudah dituntunkan atau diajarkan dari Nabi Muhammad Saw. dan disunnahkan pula membaca al-Qur’an semampunya dan diakhiri dengan berdo’a untuknya, keterangan ini dinash oleh Imam Syafi’i (dalam kitab al-Um) dan telah disepakati oleh pengikut-pengikutnya”. (al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab, V/258)

Dengan melihat semua pendapat di atas, tidak ada satupun dari mereka yang mengatakan hukum baca al Quran di kuburan itu bid’ah apalagi syirik. Bahkan pendapat-pendapat tersebut dikuatkan dengan hadits Rasulullah SAW.

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik