Pecihitam.org – Dari sebagian banyak kisah-kisah sufi, sebagian dari kita mungkin sudah tidak asing lagi dengan nama Nasruddin Hoja. Nasruddin atau Nasreddin merupakan seorang tokoh sufi yang memiliki kisah satir penuh hikmah dari Dinasti Saljuk.
Naruddin Hoja diketahui meninggal pada abad ke-13. Walaupun ia seorang sufi dan filsuf yang bijak, namun sebagian besar kisah-kisah yang sampai kepada kita adalah anekdotnya yang lucu.
Nasruddin Hoja muncul dalam ribuan cerita, terkadang bijak, kadang pula jenaka dan pintar, namun tak jarang juga ia bersikap bodoh atau menjadi bahan lelucon. Setiap kisah Nasruddin Hoja biasanya mengandung humor cerdas dan mendidik.
Bahkan karena begitu terkenalnya, untuk menghormati sang sufi jenaka ini, di Turki selalu diadakan Festival Nasreddin Hodja, yang dirayakan secara internasional antara 5–10 Juli setiap tahunnya.
Hingga kini, kisah-kisah Nasruddin Hoja telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Pada beberapa wilayah, Nasruddin bahkan sempat menjadi bagian kebudayaan dan seringkali disebut dalam kehidupan sehari-hari.
Karena terdapat ribuan cerita Nasruddin Hoja yang berbeda-beda, kisah-kisahnya selalu ada saja yang sesuai dengan kejadian dan kehidupan sehari-hari dalam masyarakat. Itulah mengapa kisah sufi ini tak pernah lekang oleh waktu.
Nasruddin sering muncul sebagai tokoh bertingkah-laku aneh dalam berbagai tradisi rakyat Albania, Arab, Armenia, Azerbaijani, Bahasa Ladino, Kurdish, Bahasa Pashtun, Persia, Romania, Serbia, Rusia, Turkish, Bengali, Bosnia, Bulgaria, China, Yunani, Gujarati, Hindi, Italia, dan Urdu.
Salah satu kisah menarik tentang Nasruddin Hoja ialah saat ia mengejar suara adzan. Suatu hari, ketika masuk waktu dhuhur, Nasruddin Hoja mengumandangkan azan di masjid.
Namun bukannya datang kemasjid, beberapa tetangga sekitarnya justru hanya asyik mengobrol di depan rumah dan mereka bertingkah seolah-olah tidak mendengar suara adzan. Memang para tetangga itu jarang sekali pergi ke masjid.
Perlahan-lahan Nasruddin mengeraskan suaranya agar terdengar lebih jelas, tapi tidak ada yang berubah. Tidak kurang ide, Nasruddin kemudian lari ke arah para tetangga itu sambil terus mengumandangkan adzan.
Beberapa tetangga yang melihat mulai mengira ada sesuatu yang aneh terjadi pada Nasruddin. Mereka pun kemudian bertanya.
“Wahai Nasruddin, ada apa gerangan? Mengapa engkau adzan sambil berlari?”
“Aku penasaran seberapa jauh jangkauan suara adzanku, jadi aku berlari untuk mengejarnya,” jawab Nasruddin sambil terus saja berlari.
Dari kisah di atas setidaknya memberikan pelajaran dan mengingatkan kepada kita yang sering melalaikan panggilan shalat. Padahal jika saja kita mengerti sesungguhnya adzan merupakan suara kerinduan. Kabar rindu dari Dia yang Maha Penyayang kepada kita semua. Dengan penuh kasih, yang Maha Cinta mengundang kita menuju pelukan-Nya.
Dalam sebuah hadis qudsi, Allah SWT berfirman:
“Wahai hamba-Ku, berdirilah menghadap-Ku. Aku sambut kalian dengan berjalan. Dan berjalanlah menuju-Ku, Aku akan sambut dan hampiri kalian dengan berlari” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kita dipanggil untuk shalat, bukan maksud Allah untuk memberatkan hidup kita. Dengan panggilan shalat, Allah hendak membersihkan segala noda dan dosa dalam hidup kita.
Dengan panggilan shalat, Allah hendak menyempurnakan nikmat-Nya kepada kita. Dengan panggilan salat, Allah hendak menanamkan jiwa yang penuh syukur kedalam hati kita. Bahkan Allah Swt telah menyiapkan hidangan istimewa untuk kita yang memenuhi panggilan-Nya.