Surah At-Tahrim Ayat 6-8; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an

Surah At-Tahrim Ayat 6-8

Pecihitam.org – Kandungan Surah At-Tahrim Ayat 6-8 ini, Allah memerintahkan orang-orang yang beriman agar menjaga dirinya dari api neraka yang bahan bakarnya terdiri dari manusia dan batu, dengan taat dan patuh melaksanakan perintah Allah. Mereka juga diperintahkan untuk mengajarkan kepada keluarganya agar taat dan patuh kepada perintah Allah untuk menyelamatkan mereka dari api neraka.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surah At-Tahrim Ayat 6-8

Surah At-Tahrim Ayat 6
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارًا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ عَلَيۡهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعۡصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمۡ وَيَفۡعَلُونَ مَا يُؤۡمَرُونَ

Terjemahan: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Tafsir Jalalain: يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ (Hai orang-orang yang beriman! Peliharalah diri kalian dan keluarga kalian) dengan mengarahkan mereka kepada jalan ketaatan kepada Allah نَارًا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ (dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia) orang-orang kafir وَٱلۡحِجَارَةُ (dan batu) seperti berhala-berhala yang mereka sembah adalah sebagian dari bahan bakar neraka itu. Atau dengan kata lain api neraka itu sangat panas, sehingga hal-hal tersebut dapat terbakar.

Berbeda halnya dengan api di dunia, karena api di dunia dinyalakan dengan kayu dan lain-lainnya عَلَيۡهَا مَلَٰٓئِكَةٌ (penjaganya malaikat-malaikat) yakni, juru kunci neraka itu adalah malaikat-malaikat yang jumlahnya ada sembilan belas malaikat, sebagaimana yang akan diterangkan nanti dalam surat Al-Muddatstsir غِلَاظٌ (yang kasar) lafal ghilaazhun ini diambil dari asal kata ghilazhul qalbi, yakni kasar hatinya شِدَادٌ (yang keras) sangat keras hantamannya,

لَّا يَعۡصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمۡ (mereka tidak pernah mendurhakai Allah terhadap apa yang telah diperintahkan-Nya kepada mereka) lafal maa amarahum berkedudukan sebagai badal dari lafal Allah. Atau dengan kata lain, malaikat-malaikat penjaga neraka itu tidak pernah mendurhakai perintah Allah.

وَيَفۡعَلُونَ مَا يُؤۡمَرُونَ (dan mereka selalu mengerjakan apa yang diperintahkan) lafaz ayat ini berkedudukan menjadi badal dari lafal yang sebelumnya. Dalam ayat ini terkandung ancaman bagi orang-orang mukmin supaya jangan murtad; dan juga ayat ini merupakan ancaman pula bagi orang-orang munafik yaitu, mereka yang mengaku beriman dengan lisannya tetapi hati mereka masih tetap kafir.

Tafsir Ibnu Katsir: Mengenai firman Allah: قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارًا (“Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”) Mujahid mengatakan: “Bertakwalah kepada Allah dan berpesanlah kepada keluarga kalian untuk bertakwa kepada Allah.” Sedangkan Qatadah mengemukakan:

“Yakni, hendaklah kamu menyuruh mereka berbuat taat kepada Allah dan mencegah mereka durhakan kepada-Nya. Dan hendaknya engkau menjalankan perintah Allah kepada mereka dan perintahkan mereka untuk menjalankannya, serta membantu mereka dalam menjalankannya. Jika engkau melihat mereka berbuat maksiat kepada Allah, peringatkan dan cegahlah mereka.”

Demikian itu pula yang dikemukakan oleh adh-Dhahhak dan Muqatil bin Hayyan, dimana mereka mengatakan: “Setiap muslim berkewajiban mengajari keluarganya, termasuk kerabat dan budaknya, berbagai hal yang berkenaan dengan yang diwajibkan Allah kepada mereka dan apa yang dilarang-Nya.”

وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ (“Yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.”) kata waquudun; berarti bahan bakar yang tubuh umat manusia dilempar ke dalamnya. وَٱلۡحِجَارَةُ (“dan batu”), ada yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kata itu adalah patung yang dijadikan sembahan. Hal itu didasarkan pada firman Allah: إِنَّكُمۡ وَمَا تَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ حَصَبُ جَهَنَّمَ (“Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah adalah umpan jahanam, kamu pasti masuk ke dalamnya.”) (al-Anbiyaa’: 98)

Baca Juga:  Surah Al-Isra Ayat 42-43; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

عَلَيۡهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ (“Penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras.”) maksudnya karakter mereka sangat kasar, dan hatinnya telah dihilangkan dari rasa kasihan terhadap orang-orang yang kafir kepada Allah Ta’ala, شِدَادٌ (“yang keras”) maksudnya, susunan tubuh mereka sangat keras, tebal, dan penampilannya menakutkan.

لَّا يَعۡصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمۡ وَيَفۡعَلُونَ مَا يُؤۡمَرُونَ (“Yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”) maksudnya, apa pun yang diperintahkan oleh Allah kepada mereka, mereka segera melaksanakannya, tidak menangguhkan meski hanya sekejap mata, dan mereka mampu mengerjakannya, tidak ada kelemahan apapun pada diri mereka untuk melaksanakan perintah tersebut. Mereka itu adalah malaikat Zabaniyah –semoga Allah melindungi kita semua dari mereka semua.

Tafsir Kemenag: Dalam ayat ini, Allah memerintahkan orang-orang yang beriman agar menjaga dirinya dari api neraka yang bahan bakarnya terdiri dari manusia dan batu, dengan taat dan patuh melaksanakan perintah Allah.

Mereka juga diperintahkan untuk mengajarkan kepada keluarganya agar taat dan patuh kepada perintah Allah untuk menyelamatkan mereka dari api neraka. Keluarga merupakan amanat yang harus dipelihara kesejahteraannya baik jasmani maupun rohani.

Di antara cara menyelamatkan diri dari api neraka itu ialah mendirikan salat dan bersabar, sebagaimana firman Allah: Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan salat dan sabar dalam mengerjakannya. (thaha/20: 132)

Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang terdekat. (asy-Syu’ara’/26: 214)

Diriwayatkan bahwa ketika ayat ke-6 ini turun, ‘Umar berkata, “Wahai Rasulullah, kami sudah menjaga diri kami, dan bagaimana menjaga keluarga kami?” Rasulullah saw menjawab, “Larang mereka mengerjakan apa yang kamu dilarang mengerjakannya dan perintahkan mereka melakukan apa yang diperintahkan Allah kepadamu. Begitulah caranya menyelamatkan mereka dari api neraka.

Neraka itu dijaga oleh malaikat yang kasar dan keras yang pemimpinnya berjumlah sembilan belas malaikat. Mereka diberi kewenangan mengadakan penyiksaan di dalam neraka. Mereka adalah para malaikat yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya.

Tafsir Quraish Shihab: Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah diri dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya terdiri atas manusia dan bebatuan. Yang menangani neraka itu dan yang menyiksa penghuninya adalah para malaikat yang kuat dan keras dalam menghadapi mereka. Para malaikat itu selalu menerima perintah Allah dan melaksankannya tanpa lalai sedikit pun.

Surah At-Tahrim Ayat 7
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ لَا تَعۡتَذِرُواْ ٱلۡيَوۡمَ إِنَّمَا تُجۡزَوۡنَ مَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ

Terjemahan: Hai orang-orang kafir, janganlah kamu mengemukakan uzur pada hari ini. Sesungguhnya kamu hanya diberi balasan menurut apa yang kamu kerjakan.

Tafsir Jalalain: يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ لَا تَعۡتَذِرُواْ ٱلۡيَوۡمَ (Hai orang-orang kafir, janganlah kalian mengemukakan uzur pada hari ini) ucapan ini dikatakan kepada mereka sewaktu mereka dimasukkan ke dalam neraka; dikatakan demikian karena uzur atau alasan itu tiada gunanya. إِنَّمَا تُجۡزَوۡنَ مَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ (Sesungguhnya kalian hanya diberi balasan menurut apa yang kalian kerjakan) sebagai balasannya.

Tafsir Ibnu Katsir: Firman Allah: يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ لَا تَعۡتَذِرُواْ ٱلۡيَوۡمَ إِنَّمَا تُجۡزَوۡنَ مَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ (“Hai orang-orang kafir, janganlah kamu mengemukakan udzur pada hari ini. Sesungguhnya kamu hanya diberi balasan menurut apa yang kamu kerjakan.”) maksudnya pada hari kiamat kelak akan dikatakan kepada orang-orang kafir:

“Janganlah kalian memberikan alasan, karena sesungguhnya sekarang tidak ada lagi yang bisa diterima kalian dan kalian tidak akan diberi balasan kecuali atas apa yang pernah kalian kerjakan.”

Tafsir Kemenag: Pada ayat ini, Allah mengeluarkan satu ketegasan yang ditujukan kepada orang-orang kafir bahwa di hari kemudian nanti, tidak ada lagi gunanya mereka itu mengemukakan alasan, serta menginginkan satu kehendak dan harapan.

Baca Juga:  Surah At-Tahrim Ayat 9-10; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Waktu dan kesempatan untuk mengemukakan alasan dan harapan sudah lewat. Hari Kiamat hanyalah hari untuk mempertanggungjawabkan dan menerima pembalasan dari apa yang telah dikerjakan di dunia, sebagaimana firman Allah:

Demikianlah Kami menghukum mereka karena kedurhakaannya. Dan sungguh, Kami Mahabenar. (al-An’am/6: 146)

Dijelaskan pula dalam ayat lain: Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir. (Saba’/34: 17).

Tafsir Quraish Shihab: Pada hari kiamat akan dikatakan kepada orang-orang kafir, “Pada hari ini, janganlah kalian mencari-cari alasan. Sesungguhnya kalian akan diberi balasan sesuai dengan perbuatan kalian di dunia.”

Surah At-Tahrim Ayat 8
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ تُوبُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ تَوۡبَةً نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمۡ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمۡ سَيِّـَٔاتِكُمۡ وَيُدۡخِلَكُمۡ جَنَّٰتٍ تَجۡرِى مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ يَوۡمَ لَا يُخۡزِى ٱللَّهُ ٱلنَّبِىَّ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَعَهُۥ نُورُهُمۡ يَسۡعَىٰ بَيۡنَ أَيۡدِيهِمۡ وَبِأَيۡمَٰنِهِمۡ يَقُولُونَ رَبَّنَآ أَتۡمِمۡ لَنَا نُورَنَا وَٱغۡفِرۡ لَنَآ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَىۡءٍ قَدِيرٌ

Terjemahan: Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”.

Tafsir Jalalain: يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ تُوبُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ تَوۡبَةً نَّصُوحًا (Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya) dapat dibaca nashuuhaa dan nushuuhaa, artinya tobat yang sebenar-benarnya, bertobat tidak akan mengulangi dosa lagi, dan menyesali apa yang telah dikerjakannya.

عَسَىٰ رَبُّكُمۡ (mudah-mudahan Rabb kalian) lafal ‘asaa ini mengandung makna tarajji, yakni sesuatu yang dapat diharapkan akan terjadi أَن يُكَفِّرَ عَنكُمۡ سَيِّـَٔاتِكُمۡ وَيُدۡخِلَكُمۡ جَنَّٰتٍ (akan menutupi kesalahan-kesalahan kalian, dan memasukkan kalian ke dalam surga-surga) yakni taman-taman surga تَجۡرِى مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ يَوۡمَ لَا يُخۡزِى ٱللَّهُ (yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan) Allah tidak akan memasukkan ke dalam neraka.

ٱلنَّبِىَّ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَعَهُۥ نُورُهُمۡ يَسۡعَىٰ بَيۡنَ أَيۡدِيهِمۡ (Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dia, sedangkan cahaya mereka memancar di hadapan mereka) maksudnya, di depan mereka terang benderang oleh cahayanya (dan) cahaya itu pun memancar pula وَبِأَيۡمَٰنِهِمۡ يَقُولُونَ (di sebelah kanan mereka. Mereka berkata) lafal yaquuluuna merupakan jumlah isti’naf atau kalimat baru:

رَبَّنَآ أَتۡمِمۡ لَنَا نُورَنَا (“Ya Rabb kami! Sempurnakanlah bagi kami cahaya kami) hingga sampai ke surga, sedangkan orang-orang munafik cahaya mereka padam وَٱغۡفِرۡ لَنَآ (dan ampunilah kami) wahai Rabb kami إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَىۡءٍ قَدِيرٌ (sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”).

Tafsir Ibnu Katsir: Selanjutnya firman Allah: يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ تُوبُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ تَوۡبَةً نَّصُوحًا (“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya.”) maksudnya taubat yang sebenarnya dengan tekad penuh, yang dapat menghapuskan berbagai keburukan yang pernah ada sebelumnya, yang akan menyatukan dan mengumpulkan orang yang bertaubat, juga menahan dirinya dari berbagai perbuatan hina.

Oleh karena itu para ulama mengatakan: “Taubat nashuha adalah bertekad untuk meninggalkan dosa yang akan datang dan menyesali dosa-dosa yang telah lalu, kemudian berkeinginan kuat untuk tidak mengerjakannya kembali di hari-hari berikutnya. Lalu jika dosa tersebut berhubungan dengan hak manusia, hendaklah ia kembalikan [hak] apa yang telah ia ambil.”

Baca Juga:  Surah At-Tahrim Ayat 11-12; Terjemahan dan Tafsir Al-Qur'an

Firman Allah: عَسَىٰ رَبُّكُمۡ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمۡ سَيِّـَٔاتِكُمۡ وَيُدۡخِلَكُمۡ جَنَّٰتٍ تَجۡرِى مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ (“Mudah-mudahan Rabbmu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.”) kata ‘asaa (semoga/mudah-mudahan) bagi Allah berarti pasti.

يَوۡمَ لَا يُخۡزِى ٱللَّهُ ٱلنَّبِىَّ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَعَهُۥ (“Pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengannya.”) maksudnya Allah juga tidak akan menghinakan mereka jika mereka bersama Nabi, yakni pada hari kiamat kelak.

نُورُهُمۡ يَسۡعَىٰ بَيۡنَ أَيۡدِيهِمۡ وَبِأَيۡمَٰنِهِمۡ (“Sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan disebelah kanan mereka.”) sebagaimana penafsirannya telah dikemukakan dalam surah al-Hadiid ayat 12. يَقُولُونَ رَبَّنَآ أَتۡمِمۡ لَنَا نُورَنَا وَٱغۡفِرۡ لَنَآ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَىۡءٍ قَدِيرٌ (“Sambil mereka mengatakan: ‘Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.”)

Mujahid, adh-Dhahhak, al-Hasan al-Bashri, dan lain-lain mengatakan: “Hal itu dikemukakan oleh orang-orang mukmin ketika mereka melihat padamnya cahaya orang-orang munafik pada hari kiamat kelak.”

Tafsir Kemenag: Seruan pada ayat ini ditujukan kepada orang-orang yang percaya kepada Allah dan para rasul-Nya. Mereka diperintahkan bertobat kepada Allah dari dosa-dosa mereka dengan tobat yang sebenar-benarnya (tobat nasuha), yaitu tobat yang memenuhi tiga syarat. Pertama, berhenti dari maksiat yang dilakukannya. Kedua, menyesali perbuatannya, dan ketiga, berketetapan hati tidak akan mengulangi perberbuatan maksiat tersebut.

Bila syarat-syarat itu terpenuhi, Allah menghapuskan semua kesalahan dan kejahatan yang telah lalu dan memasukkan mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Pada saat itu, Allah tidak mengecewakan dan menghinakan Nabi saw dan orang-orang yang beriman bersamanya. Bahkan pada hari itu, kebahagiaan mereka ditonjolkan, cahaya mereka memancar menerangi mereka waktu berjalan menuju Mahsyar tempat diadakan perhitungan dan pertanggungjawaban.

Mereka itu meminta kepada Allah agar cahaya mereka disempurnakan, tetap memancar dan tidak akan padam sampai mereka itu melewati sirathal Mustaqim, tempat orang-orang munafik baik laki-laki maupun perempuan memohon dengan sangat agar dapat ditunggu untuk dapat ikut memanfaatkan cahaya mereka.

Mereka juga memohon agar dosa-dosa mereka dihapus dan diampuni. Dengan demikian, mereka tidak merasa malu dan kecewa pada waktu diadakan hisab dan pertanggungjawaban. Tidak ada yang patut dimintai untuk menyempurnakan cahaya dan mengampuni dosa kecuali Allah, karena Dialah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu, berbuat sesuai dengan kodrat dan iradat-Nya.

Tafsir Quraish Shihab: Wahai orang-orang yang beriman, bertobatlah dari dosa-dosa kalian dengan tulus. Mudah-mudahan Tuhan akan menghapus dosa-dosa kalian dan memasukkan kalian ke dalam surga yang dialiri sungai- sungai di bawah istana dan pepohonannya.

Pada hari ketika Allah mengangkat derajat Nabi dan orang-orang yang beriman bersamanya, cahaya mereka memancar di muka dan di sebelah kanan mereka. Dengan mendekatkan diri kepada Allah, mereka berkata, “Ya Tuhan yang mengendalikan segala urusan kami, sempurnakanlah cahaya kami sehingga kami dapat menuju ke surga, dan ampunilah segala dosa kami. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.”

Shadaqallahul ‘adzhim. Alhamdulillah, kita telah pelajari bersama kandungan Surah At-Tahrim Ayat 6-8 berdasarkan Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Kemenag dan Tafsir Quraish Shihab. Semoga menambah khazanah ilmu Al-Qur’an kita.

M Resky S