Kisah Sahabat Amr bin Tsabit, Ahli Surga yang Belum Pernah Shalat

amr bin tsabit

Pecihitam.org – Ada peristiwa menarik dalam lembaran sejarah sahabat nabi yang menunjukkan bahwa letak bernilainya amalan itu ialah bukan pada banyaknya namun pada hakikat kebaikannya, meskipun sedikit. Dikisahkan seorang sahabat yang hanya bermodal syahadat tulus kemudian ia berjihad hingga gugur syahid. Padahal ia belum sempat shalat apalagi melaksanakan rukun Islam yang lainnya.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Sahabat Nabi itu bernama Amr bin Tsabit Al Waqasy, dia adalah laki-laki dari kaum bani Asyhal. Dikenal juga dengan panggilan Al Ushairim. Amr bin Tsabit adalah orang yang belum memeluk agama Islam, padahal bani Asyhal kebanyakan sudah memeluk agama Islam. Amr bin Tsabit pernah diajak memeluk Islam, namun ia menolak karena hatinya belum bisa menerima petunjuk Islam.

Ketika perang Uhud berlangsung. Sahabat nabi Amr bin Tsabit bertanya pada Nabi Muhammad dimanakah kaumku? Nabi Muhammad pun menjawab, mereka menuju Uhud untuk membela Islam. Ketika itu pula sahabat nabi Amr bin Tsabit sudah merasa mantap hatinya untuk menerima petunjuk Islam sehingga seketika itu juga, ia menyatakan keislamannya pada Nabi Muhammad SAW.

Baca Juga:  Kemaksuman Nabi Muhammad: Kisah Nabi Muhammad yang Terjaga dari Kemaksiatan

Setelah mengucap 2 kalimat Sahadat, sahabat nabi ini bergegas pergi dan menggunakan baju perangnya. Kemudian, ia menaiki kudanya dan menyusul orang-orang menuju bukit Uhud untuk berperang. Ketika sesampainya ia di Uhud, orang-orang muslim kaget melihatnya dan mereka pun berkata “Menjauhlah engkau dari kami wahai Amr!.”

Amr bin Tsabit pun Menjawab “Aku telah beriman,”. Mendengar jawaban Amr, umat muslim pun mempersilahkannya untuk bergabung dengan pasukan untuk ikut dalam perang Uhud untuk membela agamanya. Amr lalu bertempur dengan gigih dan semangat hingga ia terluka.

Saat orang-orang dari Bani Asyhal mencari korban-korban peperangan dari kaum mereka, tidak disangka ternyata mereka menemukan Amr bin Tsabit dengan penuh luka parah. Mereka pun berkata, “Demi Allah ini adalah Al-Ushairim.”

Amr bin Tsabit pun dibawa pulang menuju keluarganya dengan keadaan penuh luka. Kaum bani Asyhal menanyakan kepada Amr bin Tsabit, apa yang menyebabkannya datang ke medan perang? Apakah ia berperang demi kaumnya atau karena Allah dan Rasul-Nya?

Baca Juga:  Abu Nawas: Cara Keledai Mengajari kita Membaca Buku

Amr menjawab, “Aku datang ke medan perang karena ingin masuk Islam, aku beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Aku masuk Islam lalu mengambil pedangku. Aku maju bersama Rasulullah SAW dan aku berperang hingga aku terkena serangan”. kata Amr dengan keadaan yang penuh luka. Tidak berselang lama, Amr pun meninggal dunia di hadapan kaumnya.

Salah seorang dari kaumnya lalu menceritakan kejadian itu kepada Rasulullah SAW. Ketika dilaporkan kepada Rasulullah, Rasul berkomentar: “Innahu min ahlil jannah” (ia termasuk dari penghuni surga). Padahal ia belum sempat shalat sama sekali. Di kesempatan lain Rasulullah Saw bersabda: “`Amila qolilan wa ujiro” (amalnya sedikit tapi mendapat ganjaran(yang besar).

Bahkan Abu Hurairah bertanya pada orang-orang, ceritakan padaku siapakah sahabat yang masuk Surga padahal belum pernah shalat? Ketika mereka tidak tahu, akhirnya meminta jawaban ke Abu Hurairah. Abu Hurairah menjawab: ia adalah Ushairim bin Abdil Asyhal.

Ushairim dengan amalnya yang sedikit mampu menjemput momen terbaik atas izin Allah. Kejadian yang dialaminya mengajarkan kita nilai penting: yaitu letak berharga tidaknya sebuah amalan ialah pada kebaikan yang terkandung di dalamnya, dalam artian sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Walau amalan terhitung sedikit, tetapi diposisikan pada standar semacam itu akan bernilai dahsyat.

Baca Juga:  Asal Usul Perang Badar Disebut Hari Furqaan, Bertemunya Pasukan Manusia dan Malaikat

Pada pandangan orang banyak memang amalannya terhitung sedikit, namun yang membuat amalan itu berharga dan bernilai dahsyat ialah karena ketulusan, keikhlasan, dan kesungguhan untuk berjuang di jalan Allah. Sedikit tapi berkualitas saja sudah bernilai dahsyat, apalagi jika kita melakukan amalan banyak tapi berkualitas, Allah subhanahu wata`ala pasti akan mencucurkan rahmat-Nya.

*Dari berbagai sumber

Arif Rahman Hakim
Sarung Batik