Aisyah Memang Cantik, Namun Mengapa Nabi Saw Tak Bisa Melupakan Khadijah?

khadijah al kubra

Pecihitam.org – Imam Ahmad, al-Hakim dkk meriwayatkan tentang empat wanita penghuni surga yang menjadi teladan abadi bagi setiap insan utamanya bagi perempuan disebutkan dalam riwayat bahwa Nabi saw bersabda:

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ خَطَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْأَرْضِ أَرْبَعَةَ خُطُوطٍ قَالَ تَدْرُونَ مَا هَذَا فَقَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفْضَلُ نِسَاءِ أَهْلِ الْجَنَّةِ خَدِيجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ وَفَاطِمَةُ بِنْتُ مُحَمَّدٍ وَآسِيَةُ بِنْتُ مُزَاحِمٍ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ وَمَرْيَمُ ابْنَةُ عِمْرَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُنَّ أَجْمَعِينَ

Artinya: Rasulullah saw membuat empat garis seraya berkata tahukah kalian apa ini? Para sahabat berkata Allah dan Rasul-Nya lebih tahu. Maka Nabi saw bersabda: wanita penghuni syurga yang paling utama adalah Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imran dan Asiyah binti Muzahim istri Fir’aun, Allah meridhai semuanya.

Beberapa hadis menggunakan term hadis Afdhalu Nisa al-Alamin, Afdhalul Nisa Ahli al-Jannah, Sayyidati Nisa, Hasbuka min Nisa al-Alamin semua yang dimaksud adalah empat wanita tersebut, yaitu Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imran, serta Asiyah binti Muzahim.

Pertanyaannya kemudian, kenapa hanya empat wanita saja disebutkan dalam hadis? Apakah tidak ada wanita lain yang setara dengan mereka? Lalu atas dasar apa empat wanita tersebut mendapatkan kedudukan yang begitu tinggi di sisi Allah swt?

Berdasarkan hadis memang hanya empat yang disebutkan, yang menunjukkan bahwa kualitas pengorbanannya berbeda dengan yang lainnya. Kedudukan yang mereka dapat bukan tanpa usaha pengorbanan tetapi penuh dengan usaha dan perjuangan. Saya ingin membatasi pembahasan khusus Sayyidatina Khadijah al-Kubra istri pertama Nabi saw.

Baca Juga:  Qasidah Burdah Karya Imam Bushiri Syirik? Ini Bantahan Untuk Ustadz Zainal Abidin Lc

Khadijah bin Khuwailid istri pertama Nabi Muhammad saw adalah wanita suci yang menjaga kehormatannya di masa Jahiliah. Ia tidak ikut larut dengan kebiasaan jahiliah pada masanya padahal kesempatan terbuka lebar baginya, apalagi dia seorang wanita kaya raya pada masanya. Bisnisnya skala international, sebelum menikah dengan Nabi saw ia pernah mempercayakan bisnisnya kepada Nabi saw.

Dari situ ia kenal dengan Nabi saw dan akhirnya keduanya menikah. Menurut sejarah umum mengatakan umur Nabi saw 25 tahun sementara Khadijah al-Kubra Umur 40 tahun. Ia seorang janda. Khadijah tidak pernah dipoligami oleh Nabi saw, beliau baru melakukan poligami setelah meninggalnya Khadijah. Dalam sejarah, meninggalnya Khadijah al-Kubra dikenal sebagai tahun duka cita (am al-huzni)

Dalam riwayat Imam Ahmad bin Hambal meriwayatkan bahwa Aisyah pernah berkata kepada Nabi saw, “engkau masih terus menyebut nama perempuan tua itu padahal Allah telah memberi ganti yang lebih baik.” Nabi saw berkata: Demi Allah tidak ada yang dapat menggantikan kedudukan Khadijah, karena empat hal:

1. Dia mempercayaiku, ketika manusia menentangku

آمَنَتْ بِي إِذْ كَفَرَ بِي النَّاسُ

Dakwah Nabi saw ketika berada di Makkah melalui dua cara, pertama: dakwah secara sembunyi-sembunyi dan ini dilakukan kurang lebih tiga tahun; kedua: secara terang-terangan hingga Nabi wafat.

Kedua cara dakwah Nabi saw selama di Makkah, istrinya selalu mendukungnya. Ia mempercayai betul apa yang disampaikan oleh suaminya dan tidak ada niat sedikitpun untuk menjauh dari Nabi saw. Saat kaum kafir Quraish menentang, menganggapnya gila, menjauhinya justru istrinya mendukung dakwahnya.

Baca Juga:  Bagaimana Hukum Praktek Pemilu dalam Pandangan Islam? Begini Penjelasannya

2. Dia membenarkanku, ketika orang mendustakanku.

وَصَدَّقَتْنِي إِذْ كَذَّبَنِي النَّاسُ

Paman Nabi saw Abu Lahab adalah penentang dakwah Nabi saw yang paling gigih. Ia berbeda dengan saudaranya Abu Thalib justru mendukung dakwah keponakannya Nabi saw. Khadijah selalu membenarkan dan berjuang bersama dengan Nabi saw.

3. Dia memberikan hartanya untukku ketika orang lain mengharamkan hartanya

وَوَاسَتْنِي بِمَالِهَا إِذْ حَرَمَنِي النَّاسُ

Salah satu puncak penentangan dan penderitaan Nabi saw yang ia hadapi adalah ketika kafir Quraish bersekongkol untuk memboikot Nabi saw secara ekonomi. Tidak ada yang boleh melakukan tranksaksi dengan beliau.

Khadijah adalah orang kaya tetapi setelah menikah dengan Nabi saw ia memberikan seluruh hartanya untuk perjuangan dakwah suaminya. Saat diasingkan selama 3 oleh kafir Quraish, Khadijah pun turut serta dalam pengasingan itu. Segala bentuk penderitaan ia alami demi menyertai suaminya.  

4. Allah memberiku keturunan melalui Khadijah (anak) ketika istriku (yang lain) tidak sanggup memberikannya

وَرَزَقَنِي اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ وَلَدَهَا إِذْ حَرَمَنِي أَوْلَادَ النِّسَاء

Selain dari istrinya Khadijah, tidak ada yang memberinya anak. Dialah yang melahirkan Fathimah az-Zahra. Dan dari Fathimah az-Zahra melahirkan dua pemudah ahli surga yaitu imam Hasan dan Imam Husain.

Walau dia seorang janda tua sebagaimana yang digambarkan oleh sejarah pada umumnya, namun dialah satu-satunya yang memberinya keturunan. Istrinya Aisyah yang dinikahi sebagai seorang gadis dalam catatan sejarah tidak memiliki keturunan.

Baca Juga:  Norma Agama; Tujuan, Ciri dan Fungsinya dalam Kehidupan Manusia

Oleh karena itu, Khadijah al-Kubra mendapatkan kedudukan yang begitu tinggi disisi Allah swt karena dirinya, harta, pengorbanan dan segala yang ia miliki ia persembahkan untuk suaminya tercinta Rasulullah saw. Bahkan sebelum meninggal ia menetaskan air mata, meminta maaf kepada suaminya Rasulullah saw karena merasa belum berbakti kepada suaminya.

Jadi istri yang begitu dicintai Rasulullah saw adalah Khadijah al-Kubra, sepeninggalnya ia masih sering menyebut nama istrinya sehingga membuat Aisyah ra cemburu.

Dalam riwayat lain, seorang wanita datang, dan Nabi saw menghamparkan surbannya untuk menghormati wanita tua itu. Saat ia pulang. Aisyah bertanya, siapa itu Ya Rasulullah engkau begitu menghormatinya?

Nabi saw menjawab, “itu teman Khadijah, dulu Khadijah begitu menghormatinya karena itu sayapun menghormatinya sebagaimana Khadijah menghormatinya.”

Salah satu cara membalas kebaikan orang yang mendahului kita adalah meneruskan hal-hal yang baik yang pernah ia lakukan. Ibarat seorang anak, sekiranya baru menyadari kebaikan orang tuanya setelah meninggal, maka ia masih punya kesempatan untuk berbakti kepada kedua orang tuanya, dengan meneruskan kebaikan yang salalu dilakukan mereka.

Wallahu A’lam bis Shawab.

Muhammad Tahir A.