Mengenal Kitab Risalah Ahlussunnah Wal Jamaah Karya KH. Hasyim Asyari

Mengenal Kitab Risalah Ahlussunnah Wal Jamaah Karya KH. Hasyim Asyari

PeciHitam.com  – Kitab Risalah Ahlussunnah Wal Jamaah  adalah salah satu karya KH. Hasyim Asyari yang cukup masyhur dan dikaji pada beberapa tempat khususnya di kalangan Nahdliyin.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Kitab ini berjudul lengkap Risalah Ahlussunnah Wal Jamaah  fi Hadis Al-Mauta wa Asyrat as-Sa’ah wa Bayani Mafhum As-Sunnah wa Al-Bid’ah. Kitab ini ditulis dengan menggunakan bahasa Arab. Mungkin sebagian dari kita bertanya, mengapa menggunakan bahasa Arab, sedangkan penulis kitab tersebut dari Indonesia?

Martin Van Bruienessen dalam salah satu bukunya tentang pesantren dan kitab kuning, menjelaskan alasannya, yaitu untuk menambah nilai kehormatan. Kemegahan intelektual tersendiri bagi pengkaji ilmu keislaman, termasuk para kiai, ketika menorehkan opininya dengan bahasa Arab.

Pada mulanya, kitab tersebut dicetak dalam bentuk sahifah (lembaran). Seiring berjalannya waktu, kitab tersebut dicetak dalam bentuk antologi (kumpulan), bahkan dilengkapi juga dengan makna gandul ala pesantren.

Isinya pun cukup segar untuk dikaji, terlebih pembahasan tentang sunnah dan bid’ah yang menimbulkan banyak perbedaan bagi kalangan tertentu. Setiap permasalahan yang dikaji dalam kitab ini, dibahas dan dicarikan dalil syar’i (hadis-hadis) sebagai rujukan.

Baca Juga:  Quratul Uyun, Kitab Hubungan Suami Istri Paling Dicari

Hadratus Syaikh Hasyim Asyari memang tidak menyebutkan secara eksplisit mengenai latar belakang penulisan kitab tersebut. Namun, seperti yang kita jumpai di masa sekarang, kitab ini dipelajari di pesantren-pesantren dan dijadikan sebagai rujukan amalan-amalan Ahl as-Sunnah wa al-Jama’ah.

Hal ini bukan tanpa alasan, sebab Hadratus Syaikh Hasyim Asyari yang notabenenya sebagai salah satu founder Nahdlatul Ulama yang berhaluan Ahl as-Sunnah wa al-Jama’ah merupakan tokoh yang amat berpengaruh di masanya. Bentuk pengajian kitab Risalah Ahlus Sunnah wal Jamaah merupakan upaya menggali pemikiran-pemikiran beliau sekaligus menguatkan barisan Nahdliyyin.

Kondisi masyarakat muslim yang mencampuradukkan antara hak dan bathil, munculnya ustadz-ustadz gadungan yang berfatwa secara serampangan. Menjadikan kitab ini amat penting bagi kaum Nahdliyyin yang sejatinya berhaluan paham Ahl as-Sunnah wa al-Jama’ah untuk menguatkan pemahaman mereka tentang permasalahan akidah.

Sistematika penulisan yang digunakan dalam kitab Ahlussunnah Wal Jamaah  yaitu mengutip sebuah hadis, kemudian menjelaskan secara detail kandungan hadis tersebut. Dalam hal pengutipan hadis, Syaikh Hasyim Asyari di beberapa bagian hanya menuliskan matan hadisnya saja, di bagian lain menyebutkan matan hadis disertai mukharrij hadisnya, ada juga yang menyebutkan secara lengkap baik sanad, matan dan mukharrij hadisnya.

Baca Juga:  Riyadhus Shalihin, Magnum Opus Imam an Nawawi yang Melegenda

Hadis yang disebutkan dalam kitab ini juga tidak hanya bersumber dari al-kutub at-tis’ah saja. Berikut beberapa sumber yang dirujuk dalam kitab ini, antara lain sebagai berikut:

  1. Shahih Bukhari berjumlah 10 hadis,
  2. Shahih Muslim berjumlah 5 hadis,
  3. Sunan at-Tirmidzi berjumlah 10 hadis,
  4. Sunan Abu Daud berjumlah 3 hadis,
  5. Sunan Ibnu Majah berjumlah 3 hadis,
  6. Musnad Ahmad berjumlah 8 hadis,
  7. Imam Malik berjumlah 3 hadis.

Sedangkan dalam kitab Sunan an-Nasa’i dan kitab Sunan ad-Darimi tidak dijumpai hadis yang terdapat dalam kitab Risalah. Sumber rujukan selain al-kutub at-tis’ah, di antaranya dikutip dari riwayat Ibnu as-Sakir, Ibnu Sirrin, ad-Dailami, dan Tabrani.

Hadis-hadis dicantumkan dalam kitab Risalah Ahlussunnah Wal Jamaah  merupakan hadis-hadis shahih yang dapat dijadikan sebagai hujjah. Jikalau pun dianggap dhaif, hadis tersebut tidak bertentangan dengan al-Quran maupun hadis lain yang lebih kuat. Tidak hanya itu hadis yang dicantumkan juga tidak bertentangan dengan akal sehat. Hal ini sesuai dengan ilmu mukhtalaf al-hadis (ilmu yang membahas mengenai hadis yang bertentangan), artinya dapat diterima.

Baca Juga:  Sunan Abu Dawud, Kitab Hadits Karya Imam Abu Dawud
Mohammad Mufid Muwaffaq