Menghina Agama Lain dalam Islam, Apakah di Perbolehkan? Yuk Pahami

Menghina Agama Lain dalam Islam, Apakah di Perbolehkan? Yuk Pahami

PeciHitam.org – Masih lekat dalam ingatan kita, tahun 2017 adalah tahun politik yang sangat panas dengan bumbu-bumbu isu yang memekakan telinga.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Tahun itu adalah momentum pemilihan Guberur DKI Jakarta, yang mana calon petahana tersandung kasus Penistaan Agama. Penulis tidak akan menyinggung esensi dari kasus tersebut, akan tetapi fakta hukum menampilkan Gubernur Petahana (BTP-inisial) kalah dalam pesta demokrasi tersebut dan masuk penjara.

Selain itu, fenomena yang terjadi belakangan ini di media sosial juga memperlihatkan dengan jelas, saling menghina seorang pemuka agama terhadap agama lainnya.

Tidak terbanyangkan, jika tokoh bertindak demikian bagaimana keadaan para pengikut tokoh tersebut, bisa jadi akan timbul pertikaian yang bersifat fisik.

Kasus tersebut bagi kita harus menjadi bahan refleksi, terkait konteks keberagaan dalam Negara Berketuhanan Yang Maha Esa. Konsep berketuhanan yang maha Esa sejalan dengan surah al-Quran nomor 112 yaitu;

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ 

“Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa” (Qs. Al—Ikhlas: 1)

Refleksi bagi umat beragama adalah jangan dengan mudah menghina, atau mencampuri urusan agama orang lain. Hal tersebut dijelaskan pula dalam surah al-Anam ayat 108.

Baca Juga:  Inilah Rahasia Kitab Maulid Karya Al-Habib Umar Bin Hafidz

وَلا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ كَذَلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ أُمَّةٍ عَمَلَهُمْ ثُمَّ إِلَى رَبِّهِمْ مَرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ 

Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan Setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan (Qs. Al-Anam: 108).

Kasus penodaan agama yang terjadi dan diputus Sah dan Meyakinkan oleh pengadilan, sebenarnya harus menjadi bahan koreksi kita. Bahwa dalam hidup berdampingan di Negara yang Plural/ beraneka ragam ras dan budaya harus menjaga keharmonisan bersama.

Menjaga harmonisasi tersebut dengan jangan melakukan tindakan-tindakan provokatif, saling menghina, menjelekan dan menginjak-injak harga diri masing-masing agama yang diakui negara.

Harusnya tidak ada kata-kata yang menghina atau mengolok seluruh atau sebagian penganut agama dan kepercayaan lain di Indonesia. Karena keseluruhan penganut agama mempunyai hak serta kewajiban yang sama.

Baca Juga:  Mencukur Rambut Selama 40 Rabu Akan Menjadikan Seseorang Alim Fiqh?

Apalagi argumentasi bahwa mayoritas harus menang serta selalu benar atas minoritas, hal ini sangat memalukan sebagai penganut agama Islam. Hal ini tidak senada dengan firman Allah SWT surah al-Maidah: 8:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Qs. Al-Maidah: 8)

Jelas sekali dipaparkan dalam surah al-Anam di atas bahwa sebagai Muslim jangan sampai mengolok dan menghina serta memaki sesembahan selain Allah SWT. Karena kausalitas atau timbal baliknya berdampak pada permusuhan dan penyalahan para pengikut sesembahan tersebut pada Islam sediri.

Baca Juga:  Meneladani Gaya Kepemimpinan Rasulullah Melalui Sifat-sifatnya

Pemicu kebencian tersebut yang menjadikan sesama warga bangsa saling curiga, jegal dan bahkan terhubung dalam konflik, naudzubillah. Keramaian saling maki dan olok satu sama lain dengan tanpa pengetahuan, hanya akan menimbulkan perpecahan.

Rambu-rambu dalam Islam jelas sebagaimana termaktub dalam surat al-Maidah ayat 8 bahwa sebenci-bencinya kita pada sesuatu kejadian, orang atau lainnya tetap harus bersikap Adil. Karena keadilan merupakan salah satu dari sikap berserahnya kita pada Tuhan Semesta Alam. Ash-Shawabu Lillah

Mohammad Mufid Muwaffaq