Merugilah Jika Seseorang Harus Menunda Haji Karena Bisnis

menunda haji karena bisnis

Pecihitam.orgIbadah haji merupakan ibadah yang banyak membutuhkan syarat dan pengorbanan untuk menunaikannya, mulai dari mengorbankan waktu, harta, raga, dan pikiran. Hal itu berat sehingga banyak orang yang sudah diberikan kemampuan berupa harta dan kesehatan oleh Allah swt. namun Ia belum menyempatkan dirinya untuk menuaikannya. Ada istilah bahwa ia belum terpanggil. Bahkan Adapula yang beralasan lain bahwa menunda haji karena bisnis yang sedang dijalani dikhawatirkan merugi jika ditinggalkan.

Pecihitam.org, dapat Istiqomah melahirkan artikel-artikel keislaman dengan adanya jaringan penulis dan tim editor yang bisa menulis secara rutin. Kamu dapat berpartisipasi dalam Literasi Dakwah Islam ini dengan ikut menyebarkan artikel ini ke kanal-kanal sosial media kamu atau bahkan kamu bisa ikut Berdonasi.

DONASI SEKARANG

Kondisi bangsa Indonesia saat ini, umumnya masyarakat Islam tidak ingin menunaikan Ibadah Haji disebabkan dengan alasan antrian yang sangat Panjang. Sehingga mengatakan “percuma mendaftar haji di Indonesia, karena saya sudah tua pasti jadwal itu keluar dan saya sudah meninggal”. Bukankah ajal itu sudah ditentukan? Tidak elok jika alasan seperti ini menjadi legitimasi sehingga menunda haji.

Pada hal lain ada kasus bahwa menunda haji karena bisnis padahal ia sudah mampu, memiliki investasi dimana-mana, bahkan mengatakan “saya sangat sibuk dengan bisnis, sehingga tidak pernah terpikirkan untuk naik haji (mengunjungi Baitullah)”. Orang seperti ini harus kita peringatkan bahwa ada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh abu Hurairah, sebagai berikut:

Baca Juga:  Alasan Mengapa 10 Muharram Disebut Hari Raya Anak Yatim

عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: العمرةُ إلى العمرةِ كفَّارَةٌ لمَا بينَهمَا ، والحجُّ المبرورُ ليسَ لهُ جزاءٌ إلا الجنَّةُ

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Ibadah umrah ke ibadah umrah berikutnya merupakan penggugur (dosa) di antara keduanya, dan haji yang mabrur tiada balasan (bagi pelakunya) melainkan surga” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Orang orang yang sudah mampu namun ia tidak memampukan diri, tidak ingin mengorbankan hartanya, mengorbankan jiwa raga dan kesempatannya untuk berhaji atau umrah, maka Ia merupakan orang yang menghindari surga, hal yang dia lakukan (bisnisnya) sia-sia disebabkan ia tidak mensyukuri nikmat Allah berupa kelapangan harta, dimana harta tersebut bisa Ia keluarkan untuk memenuhi panggilan ke Baitullah. Golongan orang-orang seperti itu ialah golongan orang-orang yang menolak syurga. Sangat jelas pada hadis diatas bahwa jika berumrah atau berhaji maka dosa-dosa digugurkan dan mendapatkan balasan surga.

Baca Juga:  Ketika Umat Islam Belum Mampu Bedakan Penceramah dengan Ulama

Meraih surga itu butuh upaya dan kesungguhan untuk memerolehnya, walau hasil terbaiknya Allah sebagai penentunya. Naik haji adalah salah satu rukun Islam dan barangsiapa yang berhasil menunaikannya, Ia merupakan orang-orang istimewa dihadapan sang Khalik. Istimewanya karena masuk dalam golongan orang-orang mampu dan dimampukan oleh Allah swt. Ke baitullah, dosa-dosanya diampuni, dan kelak akan mendapatkan hadiah syurga.

Alangkah indahnya hidup seseorang yang diberikan kelapangan harta dan menempatkan harta itu sebagai amanah yang harus di jaga, titipan terbaik yang pasti dipertanggungjawawbkan kelak. Ada pesan dari Nabi saw bahwa:

قال الله : إن عبدا صححت له جسمه ووسعت عليه في المعيشة يمضي عليه خمسة أعوام لا يفد إلي لمحروم

Allah Ta’ala berfirman: Sesungguhnya seorang hamba yang telah Aku sehatkan baginya badannya, aku luaskan rizkinya, namun berlalu atasnya lima tahun dan dia tidak mendatangiKu sungguh dia adalah orang yang sangat merugi. (Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban)

Orang yang hanya sibuk berbisnis lalu lupa untuk memenuhi panggilah Allah swt. sungguh Ia sangat merugi. Selama sehat dan mendapatkan nikmat berupa harta, maka sisihkanlah harta kejalan Allah dan sisihanlah harta yang dimiliki menuju Baitullah.

Baca Juga:  Perbedaan Syariat dan Fiqih dalam Terminologi Hukum Islam

Bisnis merupakan kesibukan dunia dan hal itu baik, bahkan dianjurkan untuk memenuhi keberlangsungan hidup manusia. Tapi jika hanya berbisnis tanpa ada investasi akhirat, berarti hanya sibuk dengan urusan dunia dan tidak mementingkan kebutuhan akhirat. Bisnis yang terbaik ketika bisnis itu semakin mendekatkan kita kepada Allah swt. tidak dijadikan legitimasi bahwa menunda haji karena sibuk berbisnis.

Ust. Muhammad Asriady

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *